part 6

7.3K 799 34
                                    

"Bukankah kau orang yang bertemu denganku semalam?"

Jimin menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Bak orang bodoh, dia menganga menatap tabib Kim yang memicingkan mata, seolah bersiap akan membunuh Jimin.

"Kau yang semalam menipuku iya kan?!" sekali lagi Taeyeon bertanya.

"Bukan, kau salah orang," jawab Jimin, antara panik sekaligus lega. Dia panik karena kembali bertemu dengan Taeyeon yang semalam sudah dia buat pingsan di tempat. Tapi dia juga lega karena sedang tidak berpakaian seperti pengawal istana. Hanya berbalut pakaian biasa.

"Tidak! Aku yakin kau pengawal itu. Kau yang memukulku kan! Sial!" Taeyeon mencakari Jimin sampai pria itu mengerang kesakitan.

"Katakan! Kau yang menipuku, cepat mengaku!"

"Arghh hentikan! Ini sakiittt!!!"

"Unnie, apa yang sedang kau lakukan?"

"Tu-tuan Puteri?" Taeyeon langsung membungkukkan diri karena malu dilihat Somi.

"Bereskan peralatanmu di kamarku."

"Tuan Puteri tidak melanjutkan pengobatan?"

Somi menggeleng. "Yang Mulia baru saja memberiku tugas jadi kita akan bertemu lagi minggu depan."

"Baik, Tuan Puteri."

Selepas kepergian Somi, kesempatan ini Jimin gunakan untuk melarikan diri dengan mengekor di belakang para pelayan istana, bersama sang puteri. Taeyeon masih belum melepaskan tatapan pada Jimin. Dia akan mengingat pria itu dan berniat membalaskan dendamnya nanti.

Pintu kamar Jungkook terbuka dan menampilkan wujud sang adik di hadapannya. Di belakang Somi, Jungkook dapat menemukan sosok Jimin.

"Jimin kenapa wajahmu terlihat pucat sekali?" tanya Jungkook yang menyambut kedatangan pengawal abadinya itu, tanpa mempedulikan keberadaan Somi disana.

"Jadi kau lebih mengkhawatirkan pengawalmu ketimbang adikmu sendiri? Tidak bisakah Orabeoni menyapaku terlebih dahulu?"

"Untuk apa? Kau datang kesini tanpa diminta."

"Tinggalkan kami berdua!" titah Puteri Somi.

"Tidak!" Jungkook menolak. "Aku ada urusan dengan Jimin. Jadi sebaiknya kau yang pergi."

"Kau bebas berbicara dengannya setelah mendapat ijin dariku."

"Hahahaha," Jungkook tertawa hambar. "Kedudukanmu masih lebih rendah dariku, Tuan Puteri," sahut Jungkook dengan nada sopan namun tersirat sindiran di dalamnya.

"Setidaknya aku masih diakui di negeri ini daripada kau," balas Somi tidak mau kalah. Dia tersenyum melihat Jungkook yang menatap nyalang padanya. Jungkook skakmat.

Jungkook langsung menghampiri adiknya, hendak melayangkan tangannya untuk ditempatkan pada pipi putih yang merona merah alami itu. Namun Jimin mencegah sebelum semua itu terjadi.

"Lepaskan tanganku Jimin!"

"Tidak pernah ada kisah dimana seorang pangeran menyakiti adiknya."

"Hyung!"

"Yang Mulia Pangeran seharusnya menghormati seorang perempuan."

Jungkook menepis kasar tangan Jimin dan membenarkan ujung pakaiannya.

"Biarkan Tuan Puteri menghantarkan rasa rindunya pada Yang Mulia. Kita bisa bertemu kapanpun setelah ini," ucap Jimin seraya mundur dan membiarkan kakak-adik itu menikmati waktu berdua.

.
.
.
.
.

Seojoon dan Minho baru saja kembali dari tempat kejadian perkara dimana Taehyung mengalami kecelakaan. Tanpa ragu-ragu Minho langsung menghampiri Jihan yang tengah duduk sendiri di ruang belajar utama hwarang.

Even If I Die, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang