part 20

6K 583 33
                                    

Sebelumnya maaf super telat update ini. Gak nyangka bisa nulis sampai chapter 20 ☺👏👏 Biasanya cuma bisa nulis oneshot. Terimakasih banyak buat yang selalu support cerita ini dari awal 🙆👍👍

Eiidiy tinggal dua chapter terakhir (termasuk ini). Please be anticipated ><

.
.
.
.
.

Roda kereta masih bergulir menempuh perjalanan. Ketukan sepatu kuda terdengar saling bersahutan menapaki tanah. Sore yang hangat telah berganti menjadi malam yang dingin. Jungkook dkk. kembali mencari sebuah desa yang dapat dijadikan sebagai naungan.

Pagi-pagi sekali mereka bergegas hanya untuk kembali melanjutkan perjalanan. Jimin mengatakan kepada Jungkook kalau sebentar lagi mereka akan tiba di perbatasan Silla.

"Taehyung, bangunlah. Kita sudah sampai di Silla."

Jungkook menepuki pipi Taehyung pelan. Sejak tadi pagi dia masih keenakan tidur di pangkuan Jungkook. Seharusnya Jungkook yang tidur di pangkuan Taehyung karena dia masih sakit. Tapi melihat Taehyung yang beberapa kali nyaris menjatuhkan kepalanya seraya menahan kantuk membuat Jungkook jadi tidak tega dan berakhir dengan membiarkan pemuda manis itu merebahkan kepala di pahanya.

Sebenarnya Jungkook juga luar biasa mengantuk, tetapi dia tidak ingin melewatkan pemandangan ketika Taehyung yang terlelap dalam damai. Sungguh, Taehyung yang sedang tertidur itu seperti malaikat tanpa sayap. Jungkook amat sangat beruntung bisa memilikinya.

"Taehyung."

"Heum," Taehyung bergumam dan beranjak dari pangkuan Jungkook. Pinggangnya jadi sedikit pegal karena dia tidur dalam posisi setengah duduk.

"Yang Mulia."

"Sebentar lagi kita tiba di istana."

Jungkook membelai pipi Taehyung yang memerah. Terdapat sedikit garis-garis samar akibat posisi kepalanya yang terus dibiarkan miring. Taehyung segera merapikan rambutnya yang acak-acakkan sebelum benar-benar keluar dari kereta.

Rombongan Jungkook dkk. tiba di istana. Jungkook meminta para hwarang dan nangdo untuk kembali ke pondok. Dikarenakan kondisi Jungkook yang belum pulih jadi dia menunda untuk menemui Ratu Jisoo dan para menteri.

"Park Jihan, temui aku malam ini. Pengawal Park akan menjemputmu."

"Baik Yang Mulia."

"Semuanya, kembalilah ke pondok hwarang untuk beristirahat. Aku sangat berterimakasih atas bantuan yang kalian berikan selama perjalanan ini."

Para pemuda itu segera memberikan penghormatan serentak sebelum berbalik dan bubar di tempat. Taehyung juga sudah ingin kembali tapi ada satu hal yang menahannya.

Jungkook masih belum melepas pegangan tangannya.

"Hmm, Yang Mulia, bisakah kau melepas ini?" tanya Taehyung sambil sedikit menggerakkan satu tangannya yang masih ditahan Jungkook.

"Tidak bisa."

"U-uh, memangnya kenapa?"

"Kau harus tetap disini untuk menemaniku dan merawatku sampai aku sembuh."

"Tapi ada tabib Kim yang lebih mahir dariku."

"Tabib Kim?" Jungkook tertawa renyah. "Maksudmu kakakmu? Hei bahkan dia masih berada di Goryeo."

Mendengar kenyataan tersebut sontak membuat pupil mata Taehyung melebar. Astaga, bahkan dia lupa kalau kakaknya masih menetap di perkemahan untuk merawat Seojoon.

"Oh, aku," Taehyung sudah membuka mulutnya hendak memberi bantahan namun Jungkook sudah lebih dulu menyela.

"Jangan banyak beralasan, sekarang ikut aku!"

Even If I Die, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang