Chapter 14

5.4K 290 3
                                    

"Berani lo keluarin itu awas aja,"

"Lah, suka suka gue lah,"

"Banyak acara ih kalian, Luna cepetan,"

Aku tertawa jahat.

"Cih"

Aku tersenyum dan melemparkan kartu ke tumpukan kartu yang lainnya. "Uno Game! Yahaaa gue menang!"

Axel cemberut melihat kartu yang baru saja kukeluarkan. Kalian tahu bukan dalam permainan Uno ada satu kartu yang katanya bisa merusak persahabatan? Ya dan aku baru saja mengeluarkannya.

Sebanyak 2 lembar.

Haha, makan itu, benar-benar menyenangkan melihat Axel mengambil 8 buah kartu pinalti. Sania, Ana dan Dika hanya tertawa menanggapi nasib buruk Axel.

"Ah parah nih, kalian semua kartunya tinggal 2-4 lembar, lah gue ada 10, jelas gue yang kalah lah," keluh Axel. "Belum tentu, udah San cepet," ucap Dika. Aku merebahkan badanku diatas karpet. Ya kami sedang bermain dirumahku, tepatnya di ruang tamu. Kalau kalian tanya soal Rifqi, dia tidak ada disini, dia masih rapat OSIS dan setelahnya pergi bekerja part time.

Dan benar saja Axel menang di posisi ke 3 dan yang kalah adalah Ana. Kami semua sudah sepakat bahwa yang kalah akan dicolek pakai bedak, dan muka Ana sudah berantakan dengan bubuk putih itu.

"Aish, masa gue yang kalah sih?" omel Ana sambil bercermin. Aku hanya tertawa melihatnya. "Eh Lun, kakak lo gak akan pulang sekarang kan?" tanya Ana. Aku menggeleng, "Kenapa?"

Ana menghela napas, "Bagus deh, kan gak lucu kalau dia liat gue kayak begini."

"Kaya kakak dia mau aja sama lo," ucap Axel. "Woo ada yang cemburu gais," ucap Sania. "Xel paling nanti dia balik lagi sama lo kok," ucap Dika. Aku tergelak, pantas saja mereka suka menggodaku dan Dika, rasanya menyenangkan sekali.

"Dih gue bosen sama lo Xel, masa iya 6 tahun barengan terus," ucap Ana. Aku terkejut, 6 tahun dan mereka gak ada feeling apa-apa? Hebat sekali.

"Oh oke lo bosen sama gue, pulang jalan kaki ya lo," ucap Axel. Ana terkejut dan langsung bergerak mendekat pada Axel. "Jangan dong, gitu doang kok ngambek sih say," goda Ana. Aku dan Sania langsung berteriak kegirangan. Dika hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ayo main lagi," ucap Dika.

Handphone-ku tiba-tiba berdering, aku menyunggingkan senyumanku melihat siapa yang mengirimiku pesan. Aku tak tahu sejak kapan aku mulai tersenyum ketika melihat pesan di handphoneku ini.

Raka Pratama
Fa, lagi sibuk?

Luna
lagi main kak, hehe

Luna
kenapa kak?

Raka Pratama
o

h lagi main

Raka Pratama
okay deh, have fun ya :)

Luna
ih kenapa kak? kepo nih ><

Raka Pratama
nggak kok, nanya aja

Raka Pratama
udah sana main cah haha

Luna
send a sticker

Raka Pratama
send a sticker

"Siapa Lun?" tanya Ana. "Temen," ucapku. "Halah temen-temen, posisi lo terancam Dik haha," tawa Sania. "Berisik lo San, ayo main lagi," ucap Dika. "Cie marah, temen doang elah," ucap Axel. "Apasih kalian, udah main lagi," ucapku sambil membereskan kartu.

"Kalian laper gak sih?" tanyaku. Mereka semua mengangguk, "Masak yuk."

"masak apaan?"

"mie?"

"ih gak sehat! Tapi enak sih, apalagi pake telor"

"yeu ini nih, anak kost banget?"

"bodo amat yang penting kenyang"

"yaudah yuk masak"

Akupun mengambil panci dan mendidihkan air disana, sementara teman-teman yang lain menyiapkan mangkuk dan membuka bungkus mie. "Lun, boleh?" ucap Axel sambil memperlihatkan apel yang baru saja dia ambil dari kulkas. "Ambil aja, sekalian kupasin buat kita semua haha," tawaku. "Okay," ucap Axel.

"Lun, kamar lo diatas?" tanya Ana. "Iya, kenapa?" tanyaku. "Ya, kita selama ini main gak pernah naik ke lantai 2 jadi penasaran, waktu kita nginep kita tidur dilantai 1," tanya Ana. "Mau naik? naik aja, gak apa apa kok," ucapku yang lalu seketika panik karena ingat di lantai dua ada foto keluargaku yang terpajang dan isinya banyak sekali. Ya, walaupun waktu kami semua masih kecil, tapi bagaimana jika teman-temanku yang tingkat keponya gak ketulungan ini mengenali Rifqi?

"Ah gak jadi deh, malu juga lo nya diem disini aku naik sendiri," ucap Ana. Aku bernapas lega, syukurlah.

Setelah memasak kamipun segera melahap mie yang baru saja matang dan juga buah-buahan yang tadi dikupas oleh Axel. Saat kami makan tiba-tiba pintu rumah terbuka, kaget? Iyalah. Aku bahkan sampai tersedak, takut-takut Rifqi yang khilaf malah pulang sekarang.

"Eh, lagi ada temen-temennya Luna," ucap Mbak Kirei sambil masuk kedalam rumah. "Ih, mbak Kirei kalau masuk salam dulu kek," omelku sambil terbatuk. "Lah, kaget kamu? haha," tawa mbak Kirei. Teman-temanku hanya melongo melihat mbak Kirei. "Itu kakak aku, mbak Kirei," ucapku menjelaskan. "Rifqi udah balik dek?" tanya mbak Kirei. Mati. Kenapa harus tanya soal Rifqi sih?

"Belum mbak, rapat katanya," ucapku berusaha tenang. "Pada makan apa nih? Ih kalian kok pada makan mie? Mbak masakin nasi goreng ya?" ucap mbak Kirei. "Gak usah kak, nanti ngerepotin, ini juga udah kenyang kok," ucap Axel. "Iya kak, gak usah," ucap Ana. "Ih gak apa-apa, sebentar ya," ucap mbak Kirei langsung bersiap didepan kompor.

"Mbak pedes ya mbak," ucapku. "Yeu, harusnya kamu tuh yang masak, dasar gak mau ribet," ucap mbak Kirei. Aku hanya tertawa. "Luna gimana di sekolah?" tanya mbak Kirei. "Gila," ucap Dika asal. Mbak Kirei tertawa, "Gak dirumah gak disekolah gila kamu dek? haha"

"Ih, dia asal ngomong aja mbak, aku tuh selalu jaga image," ucapku. "Halah jaga-jaga apanya, kemaren aja jalan sama gua malah teriak-teriak didepan kelas orang," ucap Ana. Semua tertawa. "Yeu, lo juga teriak An," omelku. "Nih dimakan ya, mbak ke kamar dulu," ucap mbak Kirei sambil menyajikan nasi goreng. "Makasih kak," ucap Ana, Axel, Sania dan Dika bersamaan. "Asik, makasih mbak, love you," ucapku. "Dasar, abisin, jangan lupa cuci piringnya."

"Lun, kakak kamu umur berapa?" tanya Axel. "Kenapa Xel? Udah punya orang dia haha," tawaku. "Yeu, nanya doang elah, keliatan masih muda banget masa udah nikah," ucap Axel. "Udah 25 tahun dia tuh, udah wajar kan kalau udah nikah," ucapku. "Eh? sumpahnya? Keliatannya umur 19 tahun sumpah," ucap Ana. "Ini lagi ribut amat," ucap Dika. "Ya emang lo gak aneh Dik? gak ngerasa dia kaya kakak kelas kita?" tanya Ana. "Nah ini nih, kebanyakan micin," ucap Sania. "Makanya micin jangan dijadiin cemilan An," ucap Dika. Kita semua tertawa terbahak-bahak.

-----
update hehe ^^

berhubung besok lebaran, author mau mengucapkan minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin ^^

maaf atas segala kekurangan author selama ini ^^

dan selamat membaca teman-teman ihiyy

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang