Chapter 39

3.2K 173 4
                                    

Yooo maaf baru bisa update ehe
selamat membaca

--------------

Aku tengah berdiam diri dikelas, menunggu jam istirahat sementara guru sudah keluar dari kelasku.

"Istirahat masih lama apa ya?" tanya Ana sembari meregangkan badannya. Aku terkekeh, "Sabar An, sebentar lagi kok."

"Udah kelaperan tuh macan," celetuk Dika yang duduk didepanku bersama Axel. Jika ini di komik mungkin dapat terlihat aebuah perempatan muncul didahi Ana. "Jangan diganggu Dik, Ana lagi pms," ucap Axel.

"Sini lo dasar sialan!" ucap Ana sambil menarik kepala Dika kebelakang. "Astaga! Jangan ditarik bego!" jerit Dika terkejut. "Ana, astaga lepasin Dika," ucap Sania. Sementara aku hanya bisa melongo melihat tingkah Ana.

"Diem gak!" ucap Ana yang mencoba menahan kepala Dika. "Sakit woe!"

"Fa"

Aku menoleh melihat Ajo berdiri disampingku. Aku sedikit takut berbicara pada anak ini. "Mau apa lo sama Luna gue?" tanya Ana kasar. "Gak urusan sama lo Ya, tuh pacar lo nungguin diluar," ucap Ajo.

"He? Pacar?" tanyaku, Ana, Sania, dan Axel. "Lo sejak kapan punya pacar Lun?" tanya Axel. "Lah bukannya pacarnya Luna itu Dika?" tanya Ana. "Ye, ngaco aja, gue masih jomblo," ucapku kesal. "Liat dulu aja deh Lun, siapa tau er lo tau, kakak lo," bisik Sania. Aku mengangguk. "Makasih Jo, gue kedepan dulu."

Ajo mengangguk lalu pergi ke bangkunya. Akupun berjalan keluar dan tak menemukan siapapun diluar. "Apa-apaan? Aku dibohongin?" tanyaku kesal. Saat aku akan berbalik menuju kelas seseorang menarikku dan membawaku pergi. Yah aku sukses menjerit.

"Mau kemana manis? Sama gue yuk makan di kantin"

"Ih kak Raka apaan sih?!" tanyaku kesal. Kak Raka terkekeh, "Duh anak manis jangan marah dong, aku tuh kangen tau."

Aku menghela napas kesal.

"Berhenti dulu bisa?" ucapku kesal. Kak Raka berhenti, "Kenapa?"

"Aku bisa jalan sendiri kak, gak usah tarik-tarik, tanganku sakit," ucapku. Kak Raka melepaskan pergelangan tanganku, "Oh maaf, bilang dong."

Akhirnya kami berjalan berdampingan menuju kantin. Ya bisa dibilang aku kabur dari kelas? Beruntung guru tidak ada jadi aku tidak perlu beralasan.

Sampai di kantin kami memilih makanan dan kemudian duduk disalah satu meja. Dan ketika makanan sampai tiba-tiba saja Dika duduk disampingku dan mengambil mangkuk makananku. Oh Tuhan.

"Whoa, selain jadi junior tidak sopan lo juga suka nyuri makanan orang dan ganggu kencan orang ya?" ucap kak Raka. Dika tersenyum miring, "Kencan? Emangnya dia mau sama lo?"

Aku mendelik kesal. "Dik, jangan mulai."

"Mulai apa? Gue cuma jagain lo"

Mukaku memanas. Jagain? Maksudnya apa?!

Dika terkekeh pelan, "Merah tu pipi, kenapa? Baper ya?"

"H-hah? Apaan?"

"Maaf ya junior tidak sopan, tapi Luna aman sama gue, jadi tolong menyingkir," titah kak Raka. Dika menaikan alisnya, "Justru kalau Luna sama lo dia gak aman, so i'm not gonna leave, i'm staying here."

Kak Raka berdecih sementara Dika tersenyum penuh kemenangan. "Lun."

Aku bagai mendengar suara petir ditengah hari. Maksudku, Rifqi mau apa memanggilku, di kantin, sekolah, dengan kak Raka didepanku. Aku sukses melotot horor padanya.

"A-apa kak?"

"Lo mau ngapain?!" ucap kak Raka tak terima. "Santai dong, Lun nanti pulang sama gue," ucap Rifqi. "H-ha?"

"Woe apaan lagi nih? Mau nikung lo?" omel kak Raka. Rifqi dan Dika mendelik, "Gue ada perlu, dan penting, jadi tolong biarin dia pulang sama gue gari ini."

Astaga.

"Dan lo Ka, sini ikut gue dulu, gue ada penting sama lo," ucap Rifqi sambil menarik lengan kak Raka. "Woe, gue lagi mau makan," keluh kak Raka. "Bodo, gue perlu sama lo, Dika jagain Luna," ucap Rifqi sambil menarik kak Raka.

Setelah Rifqi dan kak Raka menjauh aku menghela napas kesal. "Lo masih mau stay disini?" tanyaku pada Dika. "Yea, i'll stay here," ucap Dika. "Gada niat gantiin makanan gue yang lo makan?" tanyaku. "Soal makanan gampang, pesen aja sana nanti gue bayarin," ucap Dika.

"Weh serius nih? Asik geng kita di traktir Dika hari ini!" ucap Ana heboh. "Woe! Sialan! Gak ada, gue bayarin buat Luna aja," ucap Dika kesal. "Booo, cuma mau traktir pacarnya aja," keluh Axel. "Pacar apaan?!" keluhku. "Dika pacar Luna, Luna pacar Dika," ucap Sania.

Astaga. Habislah panas mukaku.

.....

"Lo apaan sih? Ganggu orang aja," ucap Raka dengan kesal. Tangannya terkepal sudah gatal ingin meninju Rifqi.

"Gue tanya serius sama lo, lo serius sama Luna?" tanya Rifqi. "Gue keliatan bercanda emangnya?!" tanya Raka kesal. "Kalo emang lo serius sama Luna, gue relain dia buat lo," ucap Rifqi mantap.

"Udah gue bilang gue serius, gue tinggal nunggu jawaban dari dia aja," ucap Raka tak terima. Rifqi tersenyum sinis, "Oke, gue relain Luna buat lo, jangan sampe lo nyakitin dia."

Rifqi pun meninggalkan Raka sendirian. "Dasar sinting."

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang