Chapter 26

4.4K 270 36
                                    

Halo halo author update ya sayang sayangkuu 💜

-----

"Akhirnya!"

Luna berteriak dengan girang didalam mobil. "Duh ada yang bahagia bisa pulang kerumah ya," ucap Deva sambil mengemudi. "Iya dong, adek bosan di rumah sakit, mana perawatnya galak, adek salah apa coba," omel Luna. "Soalnya kamu berisik dek, coba tenang sedikit pasti perawatnya gak bakal galak," ucap Kirei. "Aku tuh gak berisik, kakak yang berisik," ucap Luna. "Iya terserah adek aja, tapi inget jangan hyperactive dulu dirumah, inget dokter bilang apa?" tanya Kirei. Luna seketika menekuk bibirnya, "Dokternya lebay, padahal adek kan cuma jatoh dari tangga."

Kirei dengan segera menjatuhkan jitakan ringan pada adiknya itu. "Cuma jatoh dari tangga? Kepalamu hampir gak selamat dek, astaga," ucap Kirei marah. "Ih sakit! Toh adek sehat-sehat aja tuh, masih bisa berpikir dengan normal," ucap Luna. "Ya terserah, pokoknya kamu gak boleh banyak gerak dulu, memarnya masih banyak apalagi di pinggang tuh," ucap Kirei. "Iya bawel," ucap Luna.

"Ngomong lagi, aku buat kamu nginep lagi di rumah sakit seminggu," ucap Kirei. "Ih jangan dong! Mas Deva! Mbaknya jahat sama aku," adu Luna. Deva tertawa, "Kalian tuh sama aja ya, duh pusing aku."

Sampai dirumah Luna digendong oleh Deva menuju kamarnya di lantai 2. "Aih aku ingin di ruang keluarga aja," ucap Luna. "Adek harus banyak istirahat, tidur siang gih," ucap Deva menarik selimut untuk Luna. "Ih aku bukan anak kecil kenapa disuruh tidur siang?" keluh Luna.

Deva tertawa dan mengacak rambut Luna, "Ih jangan acak-acak rambut aku!"

"Bagi mas, kamu tuh masih anak SD yang nyasar di SMA, haha, dah tidur ya," ucap Deva lalu beranjak meninggalkan Luna.

...

"Mas, adek udah tidur?" tanya Kirei. "Yah masih nolak sih paling bentar lagi juga udah di alam mimpi, pelor kan dia?" tawa Deva dan Kirei menggelegar.

Jam 3 sore Rifqi pun tiba dirumah, "Aku pulang."

"Oh udah pulang, nggak rapat kak?" tanya Kirei. "Nggak," jawab Rifqi singkat lalu mengambil botol air minum di kulkas. "Adek mana?"

"Duh ada yang kangen sama adek," goda Deva. "Sorry but i'm not, cuma aneh aja kenapa sepi," ucap Rifqi santai. Deva tertawa, "Adek dikamarnya, belum bangun."

"Tidur siang?"

Deva mengangguk. "Such a baby, aku naik," ucap Rifqi sambil naik ke lantai 2. "Dasar tsundere," ucap Deva sambil menggelengkan kepalanya.

Rifqi baru saja memasuki kamarnya dan berganti pakaian hingga mendengar jeritan dari kamar sebelah. Dengan panik Rifqi berlari ke kamar Luna dan menemukan Luna sudah ada dilantai di samping kasurnya. "Astaga! Ngapain sih?!"

"Hing, sakit"

Rifqi mendecak sebal lalu membantu Luna untuk naik keatas kasur lagi. "Makanya jangan heboh," omel Rifqi. "Adek kenapa?!" ucap Deva yang terlihat panik di ambang pintu kamar Luna. "Jatoh dia"

"Kenapa bisa jatoh?"

"Mau ambil minum tapi badannya sakit tau-tau jatoh aja," ucap Luna. "Duh kamu tuh ya!" keluh Deva. "Jangan marah dong, sakit nih," ucap Luna. Deva menggeleng pelan lalu mengambilkan Luna minum. "Kalau butuh apa-apa tuh bilang dek," ucap Deva. "Aku kan udah besar! Kenapa sih?" keluh Luna. "Besar apanya kalau masih tidur siang," celetuk Rifqi.

Luna melotot kesal. "Ih kakak nyebelin sumpah!" Dan tanpa belas kasihan memukuli kakaknya itu menggunakan bantal. "Emang nyebelin, bodo amat."

"Dek inget kata dokter jangan heboh dulu," Deva memperingati adiknya itu. "Biarin aja, habis kakak ngeselin."

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang