Chapter 33

4.1K 234 8
                                    

Halo halo
author is back! Yehettt

apasih thor ilah wk

so asik bat gua

wkwkwk

selamat membaca sayang-sayangku 💜

-----

Mukanya masam.

Masam semasam jeruk lemon.

Bintang bergidik ngeri melihat wajah sahabatnya yang baru tiba itu. "Qi, lo-"

"Yo guys! What's up?"

Bintang menepuk dahinya kasar. "Kenapa lo tang? Eh qi, ngopi apa ngopi? Diem diem bae," celoteh Raka. "Diem lo," ucap Rifqi dingin. "Weh dingin amat, titisan Elsa lo?" tanya Raka sarkastik. "Raka!" cegah Bintang. "Apa lo? Gue kan cuma nyapa dia dingin banget jawabnya," ucap Raka tak terima. "Do i even care 'bout that?" tanya Rifqi.

Raka mendelik tajam. "Lo kenapa sih sama gue? Galak amat."

"Udah ka udah, duh sumpah pusing gue dengernya," ucap Bintang. "Harusnya juga lo marah sama dia tang! Apa-apaan sok bossy disini," ucap Raka tak terima. "Perlu lo tau ka, dia wajar bossy, toh dia emang atasan kita, dia ketos kalau lo lupa, dan kita cuma anggota OSIS biasa," ucap Bintang. "Oh ya, lo benar, tapi itu tidak membenarkan sifat dinginnya sama gue!"

Rifqi bangkit dan menggebrak meja, lalu pergi dari kelas. Bintang kembali menepuk dahinya dengan kasar, "Ka, gue rasa lo harus belajar untuk peka sama perasaan orang lain."

"Kok gue? Harusnya lo ngomong sama dia dong!" ucap Raka tak terima. "Lo sama dia tuh sebelas duabelas tau!" ucap Bintang sambil menjitak kepala Raka. "Duh pusing sumpah gue temenan sama kepala batu cem kalian."

"Jangan gitulah tang, gue traktir cilor deh nanti pas pulang," bujuk Raka. "Yeu, ini lagi, traktir yang mahal kek, malah cilor, udah murah, minyak, micin pula, dasar generasi micin lo!" keluh Bintang. "Yeu sama aja lo juga, eh btw lo liat Luna nggak?" tanya Raka.

"Luna? Haniefa maksudnya?" tanya Bintang. Raka mengangguk, "Iyalah, siapa lagi?"

"Lah sejak kapan lo manggil dia Luna," ucap Bintang. "Lah suka-suka gua lah, ribet amat," ucap Raka tak terima. "Lo ada urusan apa emang sama Luna?" tanya Bintang lagi. "Ini cuma diantara lo sama gue ya, jangan kasih tau Rifqi, nanti jadi ajang dia ngerebut Luna lagi," pinta Raka. "Oh jadi dia belum tau ya?" batin Bintang.

"Oh jangan bilang sama Luna juga," ucap Raka lagi. "IYA BAWEL! ASTAGA," ucap Bintang. Raka hanya nyengir, "Jadi kemarin gue ngajak Luna jalan, tapi pas gue mau pergi mantan gue telpon, dia bilang nyokapnya sakit dan minta gue anter ke rumah sakit, jadi gue, gimana ya, terpaksa buat nganterin, karena yah gaada pilihan lain juga."

"So, lo lupa ngabarin Haniefa, ya kan?" tanya Bintang kesal. Raka nyengir lagi, "Lo emang temen paling pengertian, tadinya kalau lo liat gue mau ngajak Luna jalan hari ini sebagai ganti yang kemarin, udah sih gue pengen cerita gitu aja, lo udah janji ga bakal cerita, jadi jangan buka mulut!"

Bintang menghela napas pasrah. "Iya gue tutup mulut."

Raka tersenyum dan pergi meninggalkan kelas. "Iya gue gak akan bilang, tapi gue bakal peringatin Haniefa biar jaga jarak sama lo," batin Bintang.

...

"Kak!"

Rifqi menoleh. "Apa?"

Luna melirik tajam. "Dih dingin amat, Kakak dipanggil sama bu Kirana, as always," ucap Luna. "Oh, gitu?" tanya Rifqi sarkas. "Ih! Nyebelin emang ya!" ucap Luna sambil berpura-pura akan memukul. Rifqi menjulurkan lidahnya lalu mengacak rambut Luna. "Pikunan ya lo, jangan sok akrab sama gue disekolah," bisik Rifqi sambil berjalan menjauh. Luna mendengus sebal, "Yang berlagak sok akrab itu siapa, sih?!"

"Lun!"

Luna pun menoleh, "Oh! Kak Bintang! Apa kabar?"

Bintang tertawa kemudian mengacak rambut Luna. "Kabar baik fa, kemana aja kamu?"

"Ih apaan sih? Kok ngacak-ngacak rambut aku?" ucap Luna kesal. Bintang tertawa, "Kamu gemesin sih, eh pertanyaanku belum kamu jawab loh."

"Oh? Aku emang gemesin kak haha, aku baru sembuh nih," ucap Luna. "Loh? Sakit apa?" tanya Bintang. "Aku kena demam masa," ucap Luna. "Oh, jangan-jangan kehujanan pas di taman bermain ya?" tanya Bintang. Luna terkejut, "Eh? Kok bisa tau aku ke taman bermain? Wah kakak stalker nih ya?"

Luna tertawa kencang. "Hei, hei bukan! Kamu dateng pas aku pulang, tadinya mau nyapa kamu, tapi adekku ngerengek pengen pulang, gak sempet deh."

Luna hanya membulatkan mulutnya. "Eh, kamu mau makan nggak?" tanya Bintang. "Makan? Ditraktir kakak kan?" tanya Luna. "Yeu gratisan mulu ni anak satu," ucap Bintang. Luna tertawa, "Bercanda kak, duluan aja, nanti aku nyusul."

Bintang pun mengangguk dan berjalan menuju kantin sedangkan Luna berjalan menuju toilet.

Sampai di kantin Bintang bertemu dengan Sania. "Eh, Sania," sapanya. "E-eh kak Bintang, gak sama kak Rifqi?" tanya Sania. "Nggak, dia entah kemana menghilang gitu, cem ditelan bumi," ucap Bintang. Sania tertawa, "Ih apaan sih kak, masa iya kaya begitu."

Bintang tertawa canggung. "Ah kak, aku duluan ya tadi Ana bilang aku harus balik ke kelas," ucap Sania pamit. "Oh iya, hati-hati," ucap Bintang. "Iya kak,makan yang banyak ya," ucap Sania sambil berlalu.

Bintang hanya senyum-senyum sendiri sampai Luna menyikut perutnya. "Cie, senyum-senyum sendiri, jadi gebetannya 'dia' toh?" ucap Luna. "Ih apaan sih?"

"Ih malu-malu lagi," ucap Luna makin jahil. "Gak-gak ada!" ucap Bintang. "Mau aku bantuin gak kak?" tanya Luna. "Bantu apa sih fa?" tanya Bintang. "Bantu pdkt sama Sania dong, apalagi kak," ucap Luna. "Sebelum bantu aku, mending bantu kamu diri sendiri dulu Lun," ucap Bintang. "Bantu apa kak? Aku sedang tidak butuh dibantu tuh?" tanya Luna bingung.

"Jaga jarak sama Raka bisa?" tanya Bintang. Luna merengut kesal dan membatin, "Aku kan lagi gak mau bahas ini."

"Kenapa emangnya kak?"

"Gini Lun, aku bisa baca orang dengan sekali liat, aku sama Rifqi, dan Raka emang udah temenan dari SMP, cuma, jujur aja, sampai sekarang Raka adalah orang yang paling susah aku baca sampai sekarang, aku gak mau kamu sampai kenapa-napa," ucap Bintang. Luna terlihat berpikir, "Tapi kak-"

"Okay, mungkin kamu kesal karena semua orang nyuruh kamu buat ngejauh dari Raka tanpa ngasih tau apa masalah sebenernya, sejauh yang aku tau mereka termasuk akupun gak tau, sifat asli Raka kaya apa, kita semua sayang sama kamu, kita cuma takut kamu kenapa-napa, bukan berusaha untuk membuat Raka jelek dimata kamu, dan bukan juga Raka cowok brengsek yang cem begitu, nggak kok, selama ini dia sayang sama orang yang dia suka, setahuku, cuma-"

"Iya kak, aku paham, kakak gak usah jadi merasa bersalah, aku tau orang-orang gak pengen aku terluka, aku juga selama ini berusaha jaga jarak, tapi rasanya aneh dengan semua orang nyuruh aku menjauh tanpa ngasih alasan yang jelas kak, maksudku, dengan hanya alasan begitu loh kak, emang kakak kalau suka sama orang bakal ngejauh gitu aja? Dengan alasan yang senggak begitu jelasnya loh, Nggak kan? Yah pokoknya aku bakal biarin ini mengalir aja, tapi tentu aja aku bakal ngejaga diri aku kok kak," ucap Luna.

"O-oh okay, keputusan ada ditangan kamu sih fa, tolong jaga diri ya," ucap Bintang. Luna mengangguk, "Iya kak."

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang