Chapter 30

4.2K 242 10
                                    

halo halooo

kabar baik untuk kalian semuaaa

karena hari ini hari spesial author *ciakk* author mau update wkwk

even gatau malu update di jam segini wkwkkwkw

horeee prok prok prokkk

seneng gak? seneng dong? yakan yakan

selamat membaca ya sayang sayangnya author 💜

-----

"Gue balik duluan ya!"

Akupun bangkit dengan menggebrak meja. "Mau kemana lo?" tanyaku. "Balik," jawab Raka. "Lo kok selalu kabur akhir-akhir ini?" tanyaku. "Qi udah deh," lerai Bintang. "Gak bisa tang, gue ngerasa ini bocah satu udah keterlaluan," ucapku kesal.

Raka mendelik kesal. "Maksud lo apa Qi?"

"Lo pasti tau banget maksud gue apa."

"Kalaupun gue tau, gue gak peduli. Dah gue balik."

Rakapun meninggalkanku dan Bintang di ruang kelas. Aku menggebrak meja sekali lagi dengan kesal. "Sialan," desisku. Bintang memegang bahuku, "Tarik napas Qi."

"Tang, gue-"

"Tau Qi, lo takut dia macem-macem sama adek lo kan? Adek lo Haniefa Luna," ucap Bintang yang sontak membuatku melotot. "Tang kok-"

Bintang tersenyum dan memegang sebelah bahuku. "Qi, Gue kenal lo bukan baru 1-2 tahun, even dulu gue sama lo gak sedeket sekarang, yang pasti gue tau banget lo kaya gimana Qi," ucap Bintang.

Aku masih belum bisa menyembunyikan raut keterkejutanku, maksudku, sejak kapan dia tahu?!

"Sejak kapan? Hm, gue rasa perasaan curiga gue mulai berkembang pas lo manggil Haniefa pakai nama dekatnya, maksud gue, gue bahkan gak pernah lihat lo berinteraksi sama dia dan tiba-tiba lo manggil nama deketnya, kedua karena lo berangkat bareng dia terus, awalnya gue kira lo punya perasaan sama dia, dan berusaha buat pepetin dia, tapi setelah gue pikir-pikir lagi, gak mungkin karena lo sendiri yang bilang gak bakal suka sama dia, sebenernya gue cuma membuat sebuah konklusi, dan ternyata dugaan gue benar," jelas Bintang sambil merapikan buku-bukunya.

"Gue gak tau alesan lo merahasiakan status kekeluargaan lo sama dia, dan gue juga gak tau alesan lo gak membantu dia ngelawan Sarah secara blak-blakan, pasti ada sesuatu dan gue gak akan mencampuri itu," lanjutnya. Aku mengangguk, "Hebat juga ya kekuatan analisis lo."

Bintang tertawa, "Jangan remehkan kekuatan Bintang, Qi."

Akupun tertawa. "Gue cuma mau titip satu ya Tang," ucapku. "Hm?"

"Jangan dulu bilang siapapun soal ini, akan ada saatnya gue ngebuka ini semua," ucapku mantap. Ya, akan ada saatnya.

...

"Kak, masih ada jadwal kerja kan ya?"

Aku menoleh. "Hm, kenapa?"

Luna tersenyum padaku, "Ikut lagi dong!"

Aku merengut kesal, "Gak! Lo ganggu sumpah!" ucapku kesal. Kali ini Luna lah yang merengut kesal. "Aku kan gak gangguin kakak, aku cuma diem!" ucapnya marah. "Kenapa lo jadi marah?!" tanyaku kesal. "Emang patut dimarahin kakak tuh!" ucapnya.

"Bodo Lun, dah gue mau pergi," ucapku sambil mengambil kunci motor. "Ih! Kakak! Ikut dong, serius kak aku bosen dirumah," pinta Luna dengan memelas. "Oh gak usah tunjukin wajah gitu, kamu kira aku bakal peduli?" ucapku.

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang