Chapter 37

3.2K 191 2
                                    

yahahaha maafkan author baru bisa update, dan nyaris tengah malam pula lol

tapi gimana yaaa

author gapunya ide buat menuliskan ceritanya, jadi seperti penyambung untuk scene ini apa ya, untuk scene yg itu apa ya, kaya bingung gitu loh

tadinya mau update kemarin-kemarin, tapi sayangnya author qerja lembur baghai qudha :(

capek banget gila wkwk

jadinya baru sempat sekarang

maafkan atas ketidakprofesionalan author :(

semoga reader bisa memahami hehe

selamat membacaaa 💜

-----

Rifqi memandangku, aku menatapnya heran.

"Apa?"

"Ya kenapa?"

"Hei aku nanya duluan!"

"Ya emangnya kenapa kalo Raka nembak kamu?"

Aku menepuk dahiku. "Bego apa gimana sih?"

"Ya apa masalahnya, kamu kali yang bego"

Astaga, aku mengusap wajahku dengan kasar.

"Kan kamu yang nyuruh aku jaga jarak sama kak Raka!"

"Gausah nyolot, biasa aja kali"

"Suruh siapa ngeselin!"

Rifqi mendecak sebal. "Sekarang gini, oke gue emang nyuruh lo jauhin Raka, tapi bukan berarti gue punya hak buat larang lo sama dia."

Aku menatapnya bingung. Rifqi menghela napas. "Jadi maksud gue, kalau lo emang punya rasa sama Raka yaudah terima aja, cuma gue gak bakal bisa bantu apa-apa kalau sampai terjadi sesuatu."

"Karena bakal lo yang jalanin bukan gue"

Aku merenung, Rifqi tidak memberikanku jawaban. Aku lebih memilih dia berkata terima atau tidak ketimbang memberiku saran seperti ini.

"Kakak"

Rifqi melirik tajam. "Apa?"

"Hih, dek kok kakaknya galak amat? beneran kakak kamu ini?" tanya mas Deva. Aku tergelak di kursiku. "Bukan mas, dia kerasukan kali pas jatoh."

"Apa-apaan"

Mas Deva ikut tertawa. "Sini mas bantuin obatin"

"Katanya tadi udah diobatin!" ucapku kesal. "Ya emang udah!" ucap Rifqi kesal. "Udah apanya?" tanya mas Deva sarkastik.

"Yeu udah sendiri aja!"

"Kaya yang bisa aja kamu," ucap mas Deva sambil berlutut depan Rifqi. "AAK! SAKIT!"

"Pfft"

"Diem kamu! Udah sendiri aja!"

"Astaga, diem kak"

Setelah jeritan dan rintihan, mas Deva menyentil dahi Rifqi. "Woy!"

Mas Deva senyum. "Besok gausah sekolah dulu, mas buatin surat izinnya."

"Ih apaan, gak mau, orang jatoh doang jugaan," keluh Rifqi. "Emangnya mau kesekolah pincang begitu?" tanya mas Deva.

"Mana ada aku pincang"

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang