Chapter 22

4.8K 271 8
                                    

Kini aku tengah membuat minuman di dapur sementara Rifqi dan Radinka. Mereka berdua kini tengah bersendau gurau sementara aku masih mencoba memahami apa yang terjadi disini.

---

Akupun dengan segera mengambil uang tersebut dan berlari menuju pintu utama. Namun aku sangat terkejut melihat siapa yang datang.

"Hai Lun, udah gue bilang kan bakal sering ketemu?"

"Ra-Radinka?"

Akupun terdiam mematung sambil memegangi gagang pintu.

"Siapa Lun?" tanya Rifqi. Aku terkejut karena Rifqi malah datang menyusul kemari dan aku hanya bisa menatapnya dengan cemas.

"Hai Ketua OSIS!" sapa Radinka. "Hah?! Dinka?!" teriak Rifqi. Sementara aku masih terbingung-bingun didepan pintu. Tanpa basa-basi Rifqi langsung menggeserku dan memberikan Radinka sebuah jabat tangan. "Lun, bikin minum ya, bikin 3, nanti gue jelasin," ucap Rifqi lalu mengajak Radinka untuk masuk kedalam rumah.

Aku yang bingung hanya bisa pergi ke dapur dan membuat minuman.

---

"Ini minumnya," ucapku sambil menaruh tiga buah gelas berisikan syrup keatas meja. "Makasih Luna," ucap Radinka. "Hm iya, sama-sama," ucapku canggung. Rasanya aneh. Serius deh. Radinka itu siapa sebenarnya? Astaga kepalaku benar-benar dibuat berputar.

"Duduk cah," ucap Rifqi. "Yeu, masih aja ga ada manis-manisnya sama adek sendiri," ucapku tapi aku langsung buru-buru menutup mulutku. Tapi sebenarnya buat apa juga aku menutup mulutku? Toh sudah ketahuan juga.

"Gak usah panik gitu, gue udah tau kok," ucap Radinka. Akupun duduk di sisi yang bersebrangan dengan Radinka. Serius deh, keadaannya canggung sekali, siapapun tolong selamatkan aku.

"Gini, Dinka itu sahabat gue waktu SMP, ya emang dia seangkatan sama lo sih Lun," ucap Rifqi. "Terus?"

"Ya, dulu kan lo tinggal dirumah bibi Mar kan? Gue juga suka kesana dulu, cuma tiap kesana lo lagi gak ada, lagi les lah apa lah," jelas Radinka. "Terus kenal gue darimana? Sampai hafal wajah juga," tanyaku. "Wallpaper handphone Rifqi foto dia sama lo, jadi otomatis gue tanya itu cewek dia atau bukan, dia bilang adeknya," jawab Radinka sambil menatap aneh pada Rifqi. "Eh? foto aku sama kakak? Fufufu jadi selama ini kakak-"

"Jangan salah sangka, disitu guenya lagi ganteng jadi gue pasang wallpaper itu," elak Rifqi. "Halah dasar Tsundere," ucapku dan Radinka berbarengan. Dan seketika itu juga aku dan Radinka melakukan toss. "Haha bisa jadi partner kita Lun," ucap Radinka. "Haha iya bener, eh dulu kakak waktu SMP gimana sih? gila ya? duh kamu udah 4 tahun temenan sama dia gak gila apa?" tanyaku pada Radinka. "Eh sumpah, dia tuh ya random banget, gak jelas sumpah, nyesel gue juga temenan sama dia," jawab Radinka.

"Hei hei, kenapa malah kalian yang asik ngobrol sih?!"

"bodo amat"

"bosen gue ngobrol sama lo Qi"

"balik kamar sana, Pizzanya nanti buat aku sama Rara aja"

"dih Rara?"

"bodo panggilan aku buat dia khusus dari aku"

"banyak tingkah ini bocah"

"kamu yang banyak tingkah Qi"

Brother & Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang