Tak terasa, hampir dua bulan aku sekolah di sini dan berteman dengan tiga manusia aneh ini. Entah sejak kapan, aku tak tahu. Diriku sudah terbiasa menggunakan bahasa yang selalu diajarkan oleh Gaby, yaitu gua-lo saat berbicara.Aku juga sudah mulai menghapal tata letak sekolah. Aku sudah banyak dikenal oleh teman-teman seangkatanku.
Bukannya aku menyombongkan diri, namun banyak teman laki-laki yang terang-terangan menyatakan perasaannya padaku. Dan bukannya aku merasa cantik sampai menolak mereka, tapi aku menjaga perasaan Kak Abi. Ahh yaa, sekarang aku memanggilnya sama seperti orang lain memanggilnya.Aku dan Kak Abi menjadi lebih dekat semenjak Kak Abi sakit.
Dia jadi sering mengantar dan menjemputku. Aku sering menghabiskan waktu bersamanya.
Aku dan dia seperti sepasang kekasih, hihiii.Namun sampai sekarang, Kak Abi tak juga menyatakan perasaannya padaku, dan itu membuatku sedikit takut saat hendak melarangnya, seperti dia melarangku.
Seperti sekarang, saat aku ingin ke kantin dengan Taruna dan Jiwa, menyusul Gaby yang sudah lebih dulu pergi ke kantin dengan Juno, Kak Abi melarangku pergi dengan mereka dan menyuruh mereka jalan duluan.
Apakah dia cemburu?.
Ahh, hatiku menghangat hanya memikirkannya."Kenapa senyum-senyum?" tanya Kak Abi yang berjalan di sampingku.
"Gak papa" cengirku lebar.
Kak Abi terkekeh dan mencubit pipiku membuatku meringis.
Baru saja aku hendak mencubit lengannya, Kak Anggun datang menghampiri Kak Abi.Aku langsung terdiam, terkejut.
Setelah hampir sebulan aku tidak pernah melihatnya, sekarang dia muncul dengan penampilan yang bisa dibilang sangat berbeda dari pertama kali aku bertemu dengannya.Rok abu-abu pendek yang jauh di atas lutut, dan baju putih yang sangat ketat memerlihatkan lekuk tubuhnya, tak lupa rambut yang sekarang sedikit berwarna lebih coklat. Apa dia tidak takut dipanggil oleh guru BK?
"Abiii" sapanya tersenyum, berlebihan(?)
Kurasakan tubuh Kak Abi menegang, dan menggenggam tanganku erat. Aku sampai harus mengusap punggung tangannya untuk mengurangi kekuatannya yang menggenggam tanganku.
"Haii Vio" sapanya tersenyum miring.
Entah kenapa aku malah takut melihat dirinya yang sekarang."Abii, bisa gue pinjem Lavionanya sebentar?" tanya nya dengan suara manja menjijikkan.
"Mau apa lo?" tanya Kak Abi dingin.
"Gue ada urusan dengan kelinci manis ini" jawabnya berjalan mendekat membuat Kak Abi menggeser tubuhnya sehingga aku berada di balik punggungnya.
"Lo gak usah ganggu Vio" ucap Kak Abi tajam.
"Oo sekarang lo udah ada hak buat ngatur dia ya?" tanya nya tambah mendekat.
Sudah ada beberapa murid yang menatap penasaran ke arah kami.
Tanpa menghiraukan Kak Anggun lebih lama lagi, Kak Abi menariku berjalan menuju kantin. Aku hanya menunduk, sampai hentakan keras melepaskan genggaman tanganku dan Kak Abi.
Saat aku mengangkat kepala, tiba-tiba sebuah tamparan keras menghantam pipiku, membuatku terhuyung kesamping.
Kejadiannya sangat cepat, bahkan Kak Abi tak sempat menahan tangan Kak Anggun.Kak Anggun maju dengan tangan terangkat mau menarik rambutku, namun belum menyentuh rambutku, Kak Anggun sudah terpekik dan terhuyung ke belakang.
"Lo gila ya" teriak Kak Lala dengan emosi.
"Sinting lo ya" seru Gaby yang tengah menarik rambut Kak Anggun.
"Lepas. Gua gak ada urusan sama lo bedua ya" teriak Kak Anggun mencoba melepaskan genggaman Gaby dari rambutnya.
Saat genggaman Gaby terlepas dari rambutnya, Kak Anggun sedikit menjauh dari Gaby.
Gaby bergerak maju hendak kembali menarik rambut Kak Anggun, namun segera ditahan oleh Juno.Kak Abi dan Abang sudah mengelilingiku yang terdiam memegang pipiku. Rasa panas ini membuatku tidak bisa mengeluarkan air mata.
Tiba-tiba Kak Anggun berjalan cepat menghampiri Kak Lala, dan menampar Kak Lala dengan kuat hingga membuat Kak Lala terhuyung ke samping dengan kepala membentur pot bunga.
"Anggun lo gila ya" seru Bang Saka berlari dan mendorong Kak Anggun menjauh, lalu mendekati Kak Lala yang terduduk memegangi keningnya.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, Kak Anggun pergi meninggalkan kerumunan ini.
Mengabaikan rasa pedih di pipiku, aku bangkit dan berlari mendekati Kak Lala yang sudah berdiri. Saat aku hendak bertanya, Kak Lala langsung menjawab dengan terkekeh, "Santaii, gua gak papa".
"Kepala kamu berdarah Lala" seru Bang Saka panik.
"Aku gak papa" jawab Kak Lala yang kemudian jatuh menubruk tubuh Bang Saka.
Kak Lala pingsan dengan darah mengalir dari keningnya.*
Author's POV.
Setelah kejadian di koridor tadi, Cakra segera membawa Lala kerumah sakit, tentu saja setelah meminta tolong kepada Abiyyu mengijinkan mereka saat guru datang ke kelas.
Namun setelah memberikan alasan kepada guru yang sedang mengajar di kelasnya, Abiyyu langsung ijin pergi ke Uks dengan alasan tidak enak badan.
Padahal niat sebenarnya adalah menemani seseorang yang sedang sendirian di sana.Abiyyu membuka pintu Uks, dan matanya langsung tertuju pada gadis yang tengah terisak sambil memegang pipinya yang merah.
"Tadi pas sama gua bilang nya gak papa. Kok sekarang malah nangis" batinnya sambil menatap gadis itu.
Merasa ditatap, Laviona mengangkat kepalanya dan alangkah terkejutnya dia saat melihat Atbiyyu yang tengah memandangnya.
Laviona langsung tersedak karna terkejut, dan dia hanya sesegukan sambil menatap Abiyyu.Abiyyu melangkah mendekati Laviona dan duduk di hadapannya.
"Coba sini liat" ucap Abiyyu mendekat untuk melihat pipi merah Laviona.Pipi Laviona merah, dan berbekas cap tangan, juga beberapa garis mengeluarkan sedikit darah yang mungkin saja itu cakaran.
"Yaampun berdarah gini, tadi gak ada" seru Abiyyu kaget.
"Aku gak papa kok" jawab Laviona dengan suara sumbang.
Abiyyu mendelik tak suka,
"Gak papa kok nangis. Kompres pake air dingin ya" ucapnya bangkit dan menghilang dibalik tirai Uks meninggalkan Laviona dengan air mata yang keluar, lagi.Bukan pedih di pipi yang membuat air mata Laviona kembali turun, tapi pikiran menakutkan tentang Anggun yang tiba-tiba saja datang.
Bukan tidak mungkin kalau Anggun ingin merebut kembali apa yang tadinya ia miliki, yaitu Abiyyu.Abiyyu kembali dengan wadah berisi air dan es batu, lalu dengan telaten mengompres pipi Laviona.
"Tadi bilang nya gak sakit" ucap Abiyyu pelan.
"Emang gak sakit kok pipinya" jawab Laviona sesenggukan.
"Terus kenapa nangis, hmm?" tanya Abiyyu meletakkan wadah tadi lalu merapikan anak rambut Laviona yang sedikit mencuat acak-acakan.
Laviona hanya mengangkat wajahnya dan memandang Abiyyu dengan penuh kekhawatiran.
Abiyyu yang menyadari itu pun langsung terkekeh dan menarik Laviona ke dalam pelukannya."Gua gak papa. Tenang ajaa" ucap Abiyyu mengusap punggung Laviona yang bergetar.
Tangis Laviona pecah saat mendengar jawaban Abiyyu.
Bukan itu jawaban yang ingin Laviona dengar.
Abiyyu tidak mengerti dengan ketakutan Laviona akan kehilangan dirinya.Meskipun Laviona sadar, dirinya sudah jatuh dalam pesona seorang Abiyyu, bahkan saat hati Abiyyu masih menjadi milik Anggun.
Bolehkah dirinya egois bila menginginkan Abiyyu hanya menjadi miliknya?.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laviona & Abiyyu
Roman pour AdolescentsAda yang pernah mengatakan bahwa didunia ini tak ada yang mustahil. Apakah itu termasuk kamu?