Keluar lah seorang ibu dari dalam rumah tersebut. Aku terpaku menatap wanita tersebut. Ada perasaan bergejolak dari hatiku saat melihat wajahnya.
Wanita tersebut mengamatiku dari atas sampai ujung kaki. Seakan tak mengenal diriku. Andaikan benar dia ibuku, walaupun ibu kandungku pastilah dia tak akan mengenali diriku karena dari bayi tak pernah melihatku.
"Maaf, siapa? Mau cari siapa?" Tanya ibu tersebut.
Aku masih berdiri dengan tatapan penuh arti pada wanita tersebut. Sedangkan wanita tersebut masih terus mengamatiku. Mungkin beliau menerka-nerka siapa diriku.
Aku tak bisa berkata-kata. Masih tetap diam menatap wanita itu. Harris ada dibelakangku. Ia pun tak berkata apapun, padahal saat ini aku membutuhkan bantuannya untuk mulai berkata pada wanita tersebut. Ya, aku tau. Ini adalah momen yang harus aku mulai sendiri tanpa bantuan Harris.
"Mbak? Mbak siapa ya? Mau cari siapa?"
Ulang ibu itu. Sejujurnya aku sedih karena beliau tidak mengenaliku. AKU PUTRIMU! AKU PUTRI YANG IBU TINGGALKAN DI PANTI ASUHAN!. Ingin rasanya aku berteriak seperti itu dan mengungkapkan semuanya pada wanita yang berdiri di depanku. Tapi tidak. Tidak mungkin aku langsung berkata kasar dan berteriak seperti itu.
"I-i.. i-bu." Gumamku.
Sepertinya wanita itu mendengar apa yang baru aku katakana dengan pelan. Beliau terus menatapku dan sepertinya beliau kembali mencerna apa yang baru saja aku katakan.
"Mba-"
"NADA."
Belum selesai wanita itu berkata, aku langsung menyahut dan memberitahu namaku. Aku yakin pasti beliau akan kembali menanyakan siapa aku dan siapa namaku lalu siapa yang aku cari.
Wanita tersebut terdiam. Mungkin beliau sedang mengingat-ingat siapa aku dan nama itu. Aku mulai meneteskan air mata. Hatiku terus bergejolak saat ini. Banyak kata-kata yang sudah tak bisa aku simpan lagi. Aku ingin mengeluarkan semua kata-kata yang ingin aku ucapkan.
"Saya Nada. Apa ibu tidak mengenal saya? Apa ibu tidak mengenal putrid ibu sendiri? Sudah pasti ibu tidak mengenal saya. Bagaimana mungkin ibu mengenal saya jika sejak saya masih bayi ibu tinggalkan dip anti asuhan ibu Kasih."
Ibu itu terkejut mendengar perkataanku. Beliau terdiam tanpa berkedip dan terus menatapku. Aku memberanikan diri mendekat pada ibu itu dan menunjukan tanda lahir ku.
"Jika ibu Kasih saja masih ingat dengan saya melalui tanda lahir ini, apakah mungkin ibu kandung saya sendiri melupakan tanda lahir ini?"
"Na-na-nada?" gumam ibu itu terbata-bata.
"Ya, bu. Saya Nada. Saya putri ibu. Saya putri ibu yang 19 tahun lalu ibu tinggalkan dip anti asuhan. Saya Nada, bu. Bayi yang waktu itu ibu gendong dan ibu serahkan pada ibu Kasih."
Tanpa sadar, nada bicaraku meninggi. Aku seperti meluapkan emosiku. Semua kata-kata yang tadi asulit aku ucapkan, kini dengan berani aku utarakan semuanya.
"Ibu adalah ibu Aisyah. Ibu kandung saya..hiks..hiks.." Ucapku sambil terisak.
"Ka-kamu. Kamu.."
Ibu kandungku mulai mengeluarkan air matanya. Entah itu air mata kebahagiaan karena bisa melihatku, ataukah itu air mata kesedihan karena aku kembali dalam kehidupannya.
"Ibu!Ibu!"
Tiba-tiba saja keluar anak perempuan dari dalam rumah. Anak kecil itu berlari pada ibu ku, ibu Aisyah dan memeluknya. Saat menoleh padaku, anak kecil itu terus memandangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Your Love
Teen FictionNamanya Nada. Namun, ia tidak memiliki nada indah dalam hidupnya. Bermula dengan kisah hidupnya bersama ayah dan ibu yang ternyata bukanlah orangtua kandungnya. Namun,mereka dengan berani menyerahkan Nada pada Ardi untuk dijadikan istri agar huta...