PART 11

1.5K 75 1
                                    

"Kita pergi aja dari rumah. Kita jual rumah ini sama orang yang pernah tanyakan rumah ini waktu itu. Kita bawa barang-barang kita. Kita pergi jauh dari sini pakai perhiasan sama hasil jual rumah ini. Kita bikin rumah baru dan kita bebas dari hutang kita."

Ranti terkejut mendengar pemikiran suaminya. Ia pun turut berpikir mengenai ide yang Ahsan katakan. Ada keraguan dihati Ranti, tapi ia kembali teringat bahwa waktu yang diberikan Ardi tinggal dua hari lagi. Tak ada pilihan lain selain kabur dari Ardi.

"Apa kamu yakin, mas?" Tanya Ranti ragu.

"Tentu! Apa kamu mau menyerahkan harta yang terakhir untuk lelaki itu? Apa kamu mau kita hidup gelandangan karena tidak punya harta? Lebih baik kita simpan harta ini dan kita pergi sejauh-jauhnya dari sini."

Jawab Ahsan meyakinkan istrinya itu. Ranti mengangguk setuju pada suaminya. Sementara Ahsan tersenyum lebar karena ia merasa ini adalah jalan keluar bagi dirinya.

"Kalau gitu sekarang juga aku akan temui orang yang pernah menawarkan untuk membeli rumah ini. Setelah kita dapat uangnya, kita langsung pergi dari sini."

"Baiklah. Aku akan mulai persiapkan barang-barang kita. Setelah uang itu ada ditangan kita, kita bisa langsung pergi."

Ranti dan Ahsan tersenyum licik. Mereka merasa lega setelah mendapat ide itu. Mereka sudah merencanakan untuk pergi jauh dari rumah mereka agar Ardi tak menemukan mereka kembali.

~~

Kebahagiaan sedang menyelimuti hati Nada. Dirinya kini sudah tinggal bersama ibu dan keluarga barunya. Hari-harinya terasa berwarna karena ia berkumpul bersama keluarga yang begitu baik.

Kebahagiaan Nada juga tak lekang karena adanya Melody. Betapa bahagianya Nada memiliki adik seperti Melody yang sangat menggemaskan. Anak yang masih duduk dibangku taman kanak-kanak itu juga sangat bahagia karena memiliki seorang kakak perempuan yang baik juga cantik.

Nada hidup tenang bersama keluarganya yang sekarang. Ia sudah tak memikirkan sulitnya mencari uang demi membiayai kuliahnya karena sang ibu yang sekarang membiayai kuliah Nada. Nada sekarang hanya fokus pada pendidikannya. Ia fokus untuk menyelesaikan kuliah nya saat ini.

Kebahagiaan Nada juga bertambah ketika Harris dengan berani memperkenalkannya pada orangtua Harris. Harris berani melakukan hal itu karena sekarang Nada sudah memiliki keluarga yang jelas. Sehingga abi dan umi nya tidak akan menolak Nada.

Walaupun kini ia merasa bahagia bersama keluarga barunya. Tapi Nada tak bisa mengelak jika rasa rindu pada ayah dan ibu agkatnya terus menghantui perasaannya.

Ingin hati bertemu dengan ayah dan ibunya, tapi Nada masih belum berani untuk menghadap mereka. Nada takut kalau ibu dan ayahnya akan memaksakan dirinya kembali pada Ardi agar hutang mereka terlunasi.

Dari situlah, Nada berpikir untuk menemui kedua orangtua yang telah merawatnya saat nanti dirinya telah lulus kuliah dan menjadi orang sukses. Ia ingin ayah dan ibunya bangga pada nya karena telah sukses.

Nada berusaha untuk menutupi rasa rindunya. Paling tidak dua tahun sampai ia selesai kuliah. Ia berharap selama itu ayah dan ibunya telah berubah. Mereka tidak akan memaksa Nada untuk menikah dengan lelaki dua istri itu.

~~

Nada termenung di bawah pohon rindang yang ada di kampusnya. Ia terpaku duduk sendirian di sana. Entah apa yang sedang ia amati. Matanya tertuju hanya pada satu arah. Tapi dengan tatapan yang kososng.

"Nada!"

Ucap Harris yang tiba-tiba datang. Tapi Nada tak merespon.

"Hai, Nad!" Ulang Harris sambil menepuk bahu Nada.

Nada yang merasa bahunya ditepuk pun terlonjak. Sepertinya lamunan gadis itu buyar seketika. Nada menoleh langsung pada Harris.

"Ya ampun, Ris. Ngagetin aja kamu." Ucap Nada.

"Kan kamu Nad yang ngelamun. Aku udah panggil kamu dari tadi tapi kamu nggak nyahut sama sekali. Akhirnya aku samperin ke sini. Tau nya kamu bengong. Pantes aja nggak nyahut."

Jawab Harris yang menatap Nada. Nada menggaruk lehernya yang terasa gatal. Ia tidak sadar kalau Harris ada di sampingnya. Padahal tadi ia duduk sendiri di sana.

"Nad. Ada masalah? Lagi mikirin sesuatu?"

Tanya Harris. Nada menggeleng pelan. Tapi Harris tak mudah percaya dengan Nada bersikap seperti itu. Ia terus membujuk Nada untuk mau bercerita kepadanya.

Nada yang semulanya terus menggeleng akhirnya membuka mulut. Ia tak bisa berbohong pada Harris yang sudah terlanjur mengenal sifatnya. Nada menceritakan semua pikiran yang ia pendam pada Harris.

"Masalah ayah dan ibu angkat kamu lagi? Nad. Kenapa sih kamu nggak bawa enjoy aja hidup kamu yang sekarang tanpa mikirin mereka?"

"Jangan mengatakan mereka ayah dan ibu 'angkat' , Ris. Mereka ayah dan ibu ku. Aku tidak pernah menganggap mereka orangtua angkatku."

Jawab Nada yang tersinggung ketika Harris mengatakan Ranti dan Ahsan orangtua angkat Nada. Ya, walaupun sebenarnya mereka memang benar orangtua angkat bagi Nada.

"Ok, fine. They is your parent. Tapi Nada, kamu sekarang udah bahagia sama ibu kandung kamu dan juga keluarga kamu yang sekarang. Kenapa sih kamu nggak coba lupain aja mereka."

Mendengar ucapan Harris, Nada justru meneteskan air mata. Merasa bersalah karena membuat Nada kini menangis, Harris langsung memluk erat tubuh gadis itu.

"Ma-maaf, Nad. Maaf banget. Aku nggak bermaksud bikin kamu nangis. Maaf."

Ucap Harris. Nada hanya terdiam. Isakan nya yang justru terdengar saat itu.

"Nada. Aku minta maaf. Aku paham apa yang kamu rasain. Tapi aku juga nggak mau kamu terus-terusan mikirin orangtua kamu. Toh, belum tentu mereka sekarang mikirin kamu juga."

Nada mengehntikan tangisannya. Ia melepaskan pelukannya dari Harris. Nada sepertinya tersinggung dengan apa yang Harris ucapkan.

"Ris. Kamu tau sendiri kan gimana sayangnya aku sama ayah dan ibu. Apa kamu pikir kalau mereka nggak mikirin aku sedikitpun, aku juga bakal lupain mereka? Sembilan belas tahun aku hidup setiap hari sama mereka, Ris. Gimana bisa aku lupain mereka."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Nada bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan Harris.

"Nada! Nada!" Panggil Harris.

"Nada!"

Tapi Nada tak berhenti. Gadis itu berjalan semakin keras dan kini tak tampak lagi tubuhnya.

Harris meremas rambutnya. Ia merasa bersalah pada Nada. Ia membuat Nada menangis dan sekarang membuat Nada justru marah padanya.

~~

Give your vote+comment, guys!!

The Story by,

-LOVESTA-

Trapped In Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang