"Nada! Ayo keluar, sayang. Daritadi siang kamu belum makan . Ini sudah malam, ayo kita makan malam dulu."
Panggil ibu Aisyah yang ada di depan pintu kamar Nada. Sedari pulang dari kuliah Nada tidak keluar dari kamarnya sama sekali. Ia pun tidak menyantap makan siang yang ibunya siapkan.
"Nada tidak lapar, bu. Ibu makan saja dulu." Jawab Nada dari dalam kamarnya.
"Kalau kamu tidak ingin keluar, setidaknya bukalah pintunya, nak. Biarkan ibu menghantar makanan ke dalam."
"Biarkan Nada sendiri, bu. Nada mohon." Jawab Nada.
Ibunya menhela napas panjang. Entah apa yang sedang dialami Nada. Yang ibu Aisyah tau Nada pulang dengan mata sembap, dan setelah itu ia tak eluar dari kamar sama sekali.
"Ada apa, bu?" Tanya ayah Johan yang tiba-tiba berada di samping ibu Aisyah.
"Ini, yah. Daritadi siang Nada tidak keluar kamar. Dia juga tidak makan siang. Ibu jadi khawatir dengan Nada."
"Kenapa begitu, bu?"
"Ibu juga nggak tau, yah. Tadi Nada pulang kuliah matanya sembap. Ibu pikir anak itu baru saja menangis."
"Biar coba ayah bujuk dia."
Ayah Johan mengetuk pintu kamar Nada. Ia berharap putrinya itu mau keluar.
"Nada. Ayo keluar. Ini sudah waktunya makan malam." Ucap ayah Johan.
"Ayah, ibu. Nada tau kalian masih ada di luar. Sekali lagi Nada mohon. Tolong biarkan Nada sendirian." Jawab Nada dari dalam kamar. Kini gadis itu terdengar mulai terisak.
"Baiklah, nak. Baik. Tenangkan dirimu."
Ayah Johan menggelengkan kepala. Nada ingin menyendiri untuk menenangkan dirinya dan tidak mungkin ayah Johan akan menganggunya.
"Biarkan saja dulu Nada sendiri, bu. Kalau dia sudah tenang pasti dia akan keluar dari kamar."
Ibu Aisyah mengangguk. Mereka berdua meninggalkan kamar Nada dan pergi ke ruang makan untuk maan malam.
~~
Nada POV
Mengurung diri di dalam kamar tanpa makanan membuat perutku ini terus berbunyi. Aku merasa bahwa keadaanku jauh lebih baik dari kemarin. Tapi tidak dengan perutku yang terus berbunyi meminta makanan.
Aku melangkahkan kaki dan membuka pintu kamar ku. Aku berjalan menuju dapur untuk mencari makanan.
Baru saja aku hendak mengambil piring, aku mendengar suara Harris dan ibuku dari luar yang sedang bercakap-cakap. Aku segera meletakkan piring kembali ketempatnya dan kemudian berlari ke dalam kamar.
Sepertinya Harris mencariku. Mungkin lelaki itu bingung dengan keadaanku karena aku sama sekali tidak memberikan kabar apapun padanya sejak pulang dari kampus. Aku juga mematikan telepon ku, yang pasti Harris tak bisa menghubungiku.
Aku segera melonjak ke atas tempat tidur. Aku mengambil selimut dan menutupi seluruh badanku. Aku sedang tidak ingin bertemu dengan lelaki itu. Lelaki yang membuatku menangis kemarin.
Sebenarnya aku tidak marah pada Harris. Hanya saja aku sedikit tersinggung dengan ucapannya yang memiliki kesan seperti menjelekkan ayah dan ibu. Bagaimanapun mereka yang telah merawatku sejak aku bayi.
Krucuk..
Perutku kembali berbunyi. Pasti cacing-cacing yang ada dalam perutku meronta meminta makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Your Love
Teen FictionNamanya Nada. Namun, ia tidak memiliki nada indah dalam hidupnya. Bermula dengan kisah hidupnya bersama ayah dan ibu yang ternyata bukanlah orangtua kandungnya. Namun,mereka dengan berani menyerahkan Nada pada Ardi untuk dijadikan istri agar huta...