PART 14

1.5K 87 0
                                    

"Sarapan dulu, Nada." Ucap ibunya saat melihat Nada tergesa-gesa hendak keluar rumah.

"Maaf, bu. Nada nggak sempat. Tadi rumah sakit udah telfon, ada pasien yang harus Nada periksa."

"Sepagi ini?"

"Iya, bu. Nada kan dokter umum, jadi kapanpun Nada harus siap kalau ada yang perlu bantuan Nada."

"Tapi setidaknya kamu sarapan dulu, sayang. Kamu bantu orang lain, tapi gimana kamu bisa bantu mereka kalau kamu sakit hanya karena perut kososng?"

Nada tersenyum lembut pada ibunya. Dipegangnya kedua tangan ibu nya.

"Baik, bu. Nada akan sarapan, tapi Nada hanya akan sarapan roti. Nada nggak bisa lama-alam hanya buat sarapan. Pasien Nada pasti udah nungguin."

Nada berjalan menuju meja makan dan mengambil tiga roti tawar yang ia olesi selai nanas. Dengan segera Nada menghabiskan rotinya dan meminum sedikit susu yang dibuatkan ibunya.

"Nada berangkat ya, bu. Ibu tolong bilangin ayah kalau Nada berangkat duluan."

"Iya. Kamu hati-hati, ya. Jnagan lupa nanti harus beli makanan."

Nada mengangguk kemudian mencium pipi ibunya. Ia mengucapkan salam dan bergegas keluar dari rumah menuju rumah sakit tempatnya bekerja.

~~

Sementara di kantornya, Harris disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang menunggu. Dari berkas-berkas yang harus ia rampungkan untuk laporan perusahaan, meeting dengan klien, dan kesibukkan kantor lainnya.

"Han, ada jadwal lagi nggak siang ini?" Tanya Harris pada Sihan, sekretarisnya di kantor.

"Tidak, pak. Tapi besok siang bapak jangan lupa ada meeting dengan bapak Johan."

"Johan?"

"Iya, pak. Pak Johan dari perusahaan Featur Global. Tempatnya ada di restaurant Break Food."

Harris berpikir, bkankah itu nama dari ayah Nada dan juga perusahaannya?

"Oh iya, Han. Itu untuk meeting apa, ya?"

"Yang saya tau sih, pak. Sepertinya meeting membahas furniture."

"Oh. Baik. Kamu ingatkan saya besok pagi."

"Baik, pak."

~~

Nada pulang dari rumah sakit sedikit malam karena ada pasien yang harus segera ia tangani.

Sepulangnya dari rumah sakit, Qia merasa sangat lelah ditambah lagi keadaan jalanan yang macet.

"Non, gimana kalau kita cari jalan pintas aja?" Tanya pak Haimin, sopir keluarga ayah Nada.

"Memangnya bisa, pak?"

"Saya coba, non. Di dekat situ ada jalan, semoga masih bisa dilewati. Beberapa waktu lalu saya pernah lewat situ, tapi jalannya sedikit banyak lobangnya, non."

"Kalau masih bisa nggak apa-apa lewat situ aja, pak. Saya udah lelah juga nungguin macet."

"Iya, non."

Pak Haimin melajukan mobilnya masuk ke dalam jalan yang sebenarnya sempit, tapi cukup untuk satu mobil lewat. Di samping kanan kiri jalan terdapat rumah yang bisa diblang rumah kumuh. Mungkin ini adalah rumah para pengemis maupun pencari barang bekas dilihat dari sisi rumah yang bertumpuk botol bekas maupun kardus.

Memang benar jika melewati jalan tersebut lebih lancer, tetapi harus berhati-hati karena banyak lobang akibat jalan rusak.

SET!

Trapped In Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang