Part 8

1.6K 94 0
                                    

"Ya, dia Melody. Adik kamu. Usianya lima tahun."

Dua putri ibu diberi nama yang berbau dengan music. Itu yang aku pikirkan. Nada dan Melody. Dua putri dari ibu yang sama. Tapi kami berbeda ayah.

"Ibu berharap kamu memiliki nada kehidupan yang indah, sayang.. Ibu yakin kamu bahagia sekarang. Nada kehidupan kamu pasti indah." Ucap ibu.

"Bagaimana ibu berpikir bahwa kehidupanku indah? Ibu tidak pernah melihat kehidupanku sejak kecil. Ibu tau bagaimana Nada menjalani kehidupan ini? Tidak mudah, bu. Semenjak Nada diasuh oleh ibu Ranti dan ayah Ahsan, kehidupan nada benar-benar berubah."

Ibu tercengang mendengar kan ucapanku bahwa aku diasuh oleh orangtua angkatku.

"Iya, bu. 19tahun aku tidak tinggal dipantiasuhan. Aku diadopsi oleh ayah dan ibu angkatku. Ibu tau bahagianya Nada kecil saat itu ketika yah dan ibu merawat dan menyayangi Nada. Tidak pernah terbesit dalam pikiran Nada kalau ternyata Nada hanya anak adopsi mereka. Ayah dan ibu menyayangi Nada sepenuh hati saat Nada kecil. Tapi semenjak Nada tumbuh dewasa, kehidupan itu berubah bu. Ayah dan ibu berubah 180 derajat. Dan yang terakhir kali sebelum akhirnya Nada tau bahwa mereka bukan orangtua kandung Nada, ayah dan ibu sempat memberikan Nada pada lelaki hanya untuk melunasi hutang mereka."

Ibu terkejut mendengar ceritaku. Beliau menutup mulut dengan kedua tangan beliau. Aku tertunduk dan terdiam, perasaanku hancur ketika mengatakan aku hampir saja menjadi bahan pelunas hutang ayah dan ibu angkat ku.

"Apa! Ya Allah, sayang.. Kenapa? Kenapa mereka seperti itu? Tega sekali mereka menjual kamu hanya untuk melunasi hutang mereka. Ibu tidak akan diam. Ibu harus bertemu mereka." Ucap ibuku dengan khawatir.

"Ibu tenang saja. Beruntung sekarang Nada selamat dari pernikahan paksaan itu.Dan Nada tidak mau membuat masalah dengan ayah dan ibu karena Nada menyayangi mereka, bu. Harris lelaki baik, bu. Dia membantu Nada dari tinggal dirumah neneknya sampai Nada bertemu ibu. Tapi, bu. Apa suami ibu sekarang tau tentang Nada? Apakah suami ibu bisa menerima Nada sebagai anak ibu?" Tanyaku khawatir.

"Kamu masih menyayangi mereka walaupun mereka memperlakukanmu seperti itu, nak? Ibu sempat membicarakan kamu, nak. Ibu punya rencana dengan suami ibu untuk mengunjungi kamu di pantiasuhan. Tapi Allah berkehendak lain. Justru kamu yang menemukan ibu terlebih dulu. Percayalah, suami ibu orangbaik. Dia akan menerima kamu dengan senang hati."

"Ibu. Bagaimanapun juga, ayah dan ibu yang merawat Nada sejak bayi. Kasih sayang mereka yang membuat Nada tumbuh seperti ini. Kalaupun pengertian, mereka jauh lebih mengerti Nada, bu. Pelukan ayah dan ibu yang menghangatkan Nada saat hari-hari begitu dingin. Tawa ayah dan ibu yang membuat senyum Nada terus mengembang. Hari-hari Nada bersama mereka. Apapun yang mereka lakukan, kasih sayang mereka yang mereka berikan pada Nada jauh lebih besar daripada perlakuan kasar yang mereka berikan."

Aku mengucapkan kalimat itu sambil menggenggam tangan ibuku. Aku berusaha meyakinkan ibu bahwa ayah Ahsan dan ibu Ratih sebenarnya orangbaik. Orang baik yang merawatku dari bayi.

"Ibu terlalu bodoh, nak. Ibu memiliki anak baik seperti kamu tapi justru ibu tinggalkan. Sekarang ibu sendiri tidak tau cara berpikir kamu." Ucap ibu.

"Itulah, bu. Kasih sayang ayah dan ibu yang membuat Nada tumbuh seperti ini. Mungkin jika sejak kecil Nada diperlakukan tanpa kasih sayang mereka, Nada tidak akan seperti ini. Jadi Nada mohon, jangan ibu lakukan hal yang buruk pada ayah dan ibu Nada."

Ibu mengangguk mendengarkan ucapanku. Aku memeluk tubuh ibu dengan erat.

"Ibu tau. Mereka bahkan jauh lebih mengerti kamu daripada ibu." Ucap ibuku.

"Ibu jangan berpikir seperti itu. Kalaupun saat ini ibu belum bisa mengerti Nada seutuhnya, tapi ibu adalah ibu kandungku. Aku menyanyangi ibu sama seperti aku menyayangi ayah dan ibu angkatku, bahkan lebih dari itu."

Pertemuan itu, penjelasan itu. Kini aku sudah bertemu ibu kandungku dan sudah mendengar cerita dan juga penjelasan dari nya. Bahkan hari itu aku diperkenalkan sebagai seorang kakak kepada Melody, adikku.

"Nada harus pulang sekarang, bu. Nada akan kembali besok. Kalau ada sesuatu, ibu hubungi Nada." Pamitku pada ibu dan juga Melody. Aku harus segera pulang karena Harris sudah lama menunggu di mobil.

"Kamu pulang kemana, nak?"

"Nada akan kembali ke rumah nenek nya Harris, bu. Nenek Anjum."

"Ibu akan bicarakan sesuatu nanti dengan suami ibu. Ibu harap kamu bisa tinggal sama ibu di sini. Ibu nggak mau kehilangan kamu lagi."

Aku tersenyum mendengar ucapan ibu. Aku memluk tubuhnya sebelum berjalan keluar dari rumah itu.

"Nada sayang ibu." Ucapku.

Ibu mengecup keningku. Dan aku berjalan pergi meninggalkan ibu dan Melody yang mengantar dari teras rumah mewah itu. Aku menghampiri Harris yang tertidur di dalam mobil. Sepertinya dia terlalu lama menungguku.

~~

"Harris. Aku bener-bener terimakasih sama kamu. Kamu udah bantuin aku sejauh ini. Akhirnya aku bisa bertemu ibu kandungku." Ucapku pada Harris saat kami turun dari dalam mobil.

Bukannya menjawab ucapanaku, Harris justru meletakkan tangannya pada keningku. Aku hanya mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Demam nya udah sembuh. Syukurlah berarti sakitnya udah sembuh." Ucapnya.

"Harris.."

Harris menarik tanganku ke dalam rumah neneknya. Aku hanya bisa mengikutinya.

"Kalian udah pulang?" Tanya nenek Anjum yang baru keluar dari dapur.

"Udah, nek. Lihat deh, nek wajah Nada udah bersinar kan? Seneng banget dia abis ketemu ibu kandungnya."

Ucap Harris. Aku hanya tersenyum sambil menunduk.

"Alhamdulillah.. Nenek seneng dengarnya."

"Tapi Nada jahat banget sama Harris, nek. Harris udah bantuin Nada tapi Nada nggak kasih Harris imbalan."

Aku terbelalak dengan ucapan Harris. Aku tidak paham apa yang dia maksud.

"Maksud kamu? Kamu bantui aku nggak ikhlas?" Tanyaku dengan cepat.

"Ikhlas."

"Terus kenapa minta imbalan?"

"Harus dong. Imbalannya sederhana, kok. Sekarang kamu cukup bilang-"

"Kan aku udah bilang terimakasih berulang kali." Sahutku.

"Bukan Cuma itu. Kamu harus bilang kalau kamu benar-benar cinta aku."

Nenek Anjum terkekeh. Aku dibuat malu karena ucapan Harris. Tega sekali dia berkata seperti itu dan membuatku tersipu di depan nenek Anjum.

Nenek Anjum menjewer telinga cucunya itu dan menyuruh Harris cepat pulang. Harris segera keluar dari rumah. Sebelum dia masuk kedalam mobil aku memanggilnya.

"Harris!"

Harris segera menoleh padaku. "AKU CINTA KAMU." Ucapku lirih. Aku harap dia sudah mendengar ucapan itu walaupun aku mengucapkannya dengan lirih.

Harris berlari padaku. "Bilang apa kamu tadi?" tanyanya. Aku tau dia ingin aku mengulangi ucapanku.

"AKU CINTA KAMU, HARRIS!"

Harris tersenyum lebar. "AKU JUGA CINTA KAMU." Balasnya. Ia segera berlari keluar dan masuk ke dalam mobil dengan riang. Nenek Anjum tersenyum padaku dan segera menyuruhku masuk ke dalam.

~~

Mana nih suaranya? Wahwahwah.. Ikut seneng kan Nada bertemu ibu kandungnya?

So pasti.

Jangan lupa baca next Part kuy!!

The Story by,

-LOVESTA-

Trapped In Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang