Kebahagiaan benar-benar dirasakan Nada saat ini.
Bertemu dengan ibu kandungnya juga keluarga nya, bisa menjadi dokter di rumah sakit, menikah dengan lelaki yang selama ini selalu mendampinginya, mengandung calon anak pertamanya dengan Harris, hingga bertemu kembali dengan ayah dan ibu yang telah merawatnya selama Sembilan belas tahun.
Tak bisa dipungkiri setiap saat Nada selalu bersyukur atas apa yang ia dapat sekarang. Terlebih lagi degan keadaan Nada yang sedang hamil besar.
Namun, ada sebuah ganjalan di hati Nada. Ya, mengenai ayah kandungnya. Di dalam setiap do'anya Nada selalu memohon kepada Tuhan untuk bisa bertemu ayah kandungnya walupun hanya sekali saja.
Hingga pada suatu ketika, apa yang Nada harapkan terkabul. Nada bertemu dengan ayah kandungnya yang selama ini pergi entah kemana. Pertemuan yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
FLASHBACK ON
-NADA POV-
Hari itu aku pergi belanja keperluan bayi bersama ibuku, Aisyah. Kami pergi berdua diantar oleh pak Haimin ke sebuah toko khusus menyediakan perlengkapan bayi dan balita.
Banyak barang yang menarik hatiku. Aku ingin membeli semuanya, untung saja ada ibu yang bisa mengarahkanku untuk membeli barang seperlunya.
Setelah selesai membeli banyak barang bayi, ibu mengajakku mencari makan siang. Kebetulan memang aku lapar sekali. Sarapan pagi tadi serasa sudah tak ada sisa di perut. Mungkin karena keadaanku yang sedang hgamil besar, aku jadi cepat lapar. Selain itu juga lebih cepat emosi.
Aku mengajak ibu membeli makanan di warung tempat biasanya aku membeli makan siang sepulang sekolah dulu. Ibu juga tak keberatan, akhirnya kami segera pergi menuju warung yang pemilik warung biasa aku panggil mbak Santi.
Aku memesan makanan favorite ku semenjak SMP, tak lain adalah rending balado. Sebenarnya aku tidak harus meminta untuk dibutkan makanan itu, karena saat aku datang pasti mbak Santi duluan yang menyapa dan mengatakan "Neng Nada pasti mau pesan makanan seperti biasa."
Ibu juga memesan makanan sama sepertiku. Kami dengan lahap memakan masakan warung mbak Santi.
Selesai makan dan sebelum pulang aku memilih untuk pergi ke kamar mandi yang ada di sebelah warung.
Saat keluar dari kamar mandi aku melihat seorang bapak yang mungkin usianya sama seperti ibuku. Aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutup topi hitam lebar yang beliau kenakan. Aku melihat beliau mengorek isi tong sampah yang ada di depan warung mbak Santi. Tak lama kemudian bapak itu mengambil sebuah kotak nasi dari tong sampah.
Dalam pikiranku mungkin beliau kelaparan hingga mencari makanan dari tong sampah. Aku bergegas mendekat pada bapak itu.
"Tunggu, pak. Jangan diambil. Ini makanan kotor, jangan bapak ambil." Ucapku.
Bapak itu langsung menoleh kearahku dan aku melihat wajahnya yang kusam dan sangat lesu. Aku menjadi semakin iba pada bapak itu.
"Bapak lapar? Biar saya belikan makanan. Bapak tunggu di sini."
"Tidak, nak. Tidak usah. Bapak sudah terbiasa mengambil makanan bekas seperti ini."
"Tidak, pak. Makanan ini tidak baik untuk kesehatan. Makanan ini sudah kotor. Bapak tunggu sebentar, saya akan belikan makanan ke dalam."
Aku segera masuk kedalam warung dan meminta mbak Santi untuk membungkus nasi beserta lauk. Aku melihat ibuku yang keheranan.
"Kamu masih lapar, Nada?" Tanya ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Your Love
Teen FictionNamanya Nada. Namun, ia tidak memiliki nada indah dalam hidupnya. Bermula dengan kisah hidupnya bersama ayah dan ibu yang ternyata bukanlah orangtua kandungnya. Namun,mereka dengan berani menyerahkan Nada pada Ardi untuk dijadikan istri agar huta...