"Ranti! Ahsan! Keluar kalian!"
teriak Ardi dan juga pengawalnya dari luar rumah ayah dan ibu angkat Nada. Suami istri itu masih bingung memikirkan cara untuk bisa lolos dari tagihan hutang mereka pada Ardi.
"Cepat keluar! Kalian mau kami robohkan rumah kalian ini!?"
Tak ada pilihan lain selain membuka pintu rumah. Jika Ranti dan Ahsan bersembunyi pasti rumah mereka satu-satunya akan hancur karena kemarahan Ardi dan pengawalnya.
Dengan langkah gemetar, suami istri itu berjalan berdampingan menuju pintu. Mereka membuka pintu yang sebelumnya telah mereka kunci.
Saat membuka pintu, jelas terlihat wajah kemarahan Ardi. Lelaki itu datang dengan wajah bersungut-sungut.
"Kalian! Cepat bawa semua barang yang ada di rumah ini!"
Perintah Ardi kepada tiga pengawlanya. Ranti dan Ahsan terkejut Ardi menyuruh pengawalnya untuk membawa barang-barang yang ada di rumah mereka. Mereka pun mencoba memohon pada Ardi untuk tidak membawa barang mereka.
"Kami mohon! Jangan bawa barang-barang kami den Ardi! Hanya itu yang kami punya! Tolong jangan bawa barang-barang kami!" Pinta Ranti.
"Huh! Apa kalian pikir saya perduli? Saya bawa semua barang kalian karena perbuatan kalian sendiri!" bentak Ardi.
"Tapi kami mohon. Beri kami kesempatan sekali lagi den Ardi! Kami akan segera lunasi hutang kami!" Jawab Ahsan.
"Kemarin kalian sepakat memberikan Nada pada saya, tapi apa? Kalian justru membiarkan Nada pergi! Sekarang sudah tidak ada lagi kesempatan bagi kalian!"
"Saya mohon, den. Tolong berikan kami kesempatan sekali lagi. Sekali lagi!"
"Iya, den. Saya dan suami saya berjanji akan melunasi hutang kami!"
Ardi memandang sepasang suami istri yang menunduk di hadapannya. Ardi diam sejenak dan memikirkan sesuatu.
"Apa kalian pikir barang-barang yang saya bawa mampu melunasi hutang kalian? Saya anggap barang-barang kalian hanyalah sebagian kecil hutang yang kalian pinjam. Saya akan berikan waktu selama sepuluh hari untuk kalian melunasi sisa hutang kalian!"
Mendengar jawaban Ardi. Ranti dan Ahsan sedikit tersenyum lega. Ranti menganggukkan kepalanya pada Ahsan sebagai tanda setuju.
"Tapi, den. Apa aden akan tetap membawa barang-barang kami?" Tanya Ahsan.
"Sudah saya bilang! Barang-barang kalian saja tidak cukup untuk melunasi hutang kalian!"
Tidak ingin melihat Ardi semakin marah pada mereka, Ahsan segera menyetujui apa yang Ardi tawarkan.
"Ba-baik. Baik den. Kami akan berusaha melunasi hutang kami. Kami akan segera mencari uang selama sepuluh hari." Jawab Ahsan.
"Awas! Itu adalah kesempatan terakhir bagi kalian! Kalau kalian tidak segera melunasi sisa hutang kalian, kalian tanggung akibatnya!"
Ardi tersenyum licik pada Ahsan dan Ranti. Dia segera menyuruh pengawalnya untuk mengangkut barang-barang dari rumah suami istri itu ke atas mobil pick-up yang sudah mereka bawa.
Sebelum meninggalkan rumah Ahsan dan Ranti, Ardi menatap pasangan suami istri itu dengan tatapan tajam.
"Ingat. Segera lunasi dalam waktu sepuluh hari!" Ucap Ardi dengan tegas.
Ahsan dan Ranti mengangguk pelan. Sedangkan Ardi langsung pergi menggunakan mobil hitam miliknya.
Meja, kursi, almari, tv, kulkas, dan kipas angin semua sudah dibawa Ardi. Rumah Ahsan dan Ranti kini terlihat longgar tanpa adanya barang-barang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Your Love
Teen FictionNamanya Nada. Namun, ia tidak memiliki nada indah dalam hidupnya. Bermula dengan kisah hidupnya bersama ayah dan ibu yang ternyata bukanlah orangtua kandungnya. Namun,mereka dengan berani menyerahkan Nada pada Ardi untuk dijadikan istri agar huta...