5. Where is Jashon?

2.4K 198 9
                                    

Nathalie's pov

aku mengerang kesal dan terduduk dikursi meja rias. segala cara telah aku coba untuk keluar dari kamar ini, tapi aku tak bisa. persetan dengannya! ia begitu kejam padaku, dan juga Jashon!

apa yang ia mau dariku selain aku bekerja menjadi Baby Sitter disini? kenapa dia bertindak kurang ajar kepadaku? kenapa dia seenaknya melecehkan aku? tak terasa air mata telah mengalir dari mataku dan membasahi pipiku, aku dengan cepat segera menghapusnya, aku tak menyangka hidupku menjadi sangat seperti ini.

Dad, Mom kenapa kalian meninggalkanku dan Aubrey? aku tak bisa seperti ini, aku tak tahan dengan cobaan yang aku alami. kenapa kalian pergi secepat itu disaat kami masih sangat membutuhkan kasih sayang kalian. aku benar - benar frustasi saat ini, jika aku keluar dari pekerjaan ini. pendidikan Aubrey akan terancam, namun jika aku tetap bertahan disini, akulah yang begitu menderita menerima berbagai perlakuan buruk dari majikan sialanku itu.

aku benar - benar membenci bajingan itu! demi apapun, aku tak akan lemah lagi dihadapannya, dan aku tak sudi ia menyentuhku lagi dengan seenaknya. Aku sungguh membencinya. persetan dengan hidupku ini.

Aku mengedarkan pandanganku kearah jam yang menggantung di dinding dan aku terkejut, karena sekarang adalah jam pulang Jashon. Lalu, bagaimana aku keluar? aku berjalan kearah pintu dan terus berusaha membukanya, namun bukannya terbuka justru telapak tangankulah yang sakit, aku mengibaskan tanganku beberapa kali dan merintih kesakitan.

Bagaimana ini? ya walaupun aku tahu jika anak itu akan dijemput oleh seorang supir, tapi tetap saja. bagaimana jika dia mencari aku, aku bukannya terlalu percaya diri namun, aku sudah cukup dekat dengannya walaupun baru 2 hari aku mengenalnya.

Sial!

Aku memukul pintu itu dengan keras, sampai tanganku kembali sakit, aku terduduk dilantai kayu ini sambil menyandarkan tubuhku di pintu. ku tekukkan lututku dan menumpu wajahku dilututku. tiba - tiba pikiran tentang Aubrey terlintas dibenakku, aku belum menghubunginya, dan saat aku ingin mengambil ponselku, aku mengerang kesal. Aku baru ingat jika ponselku berada di meja makan sedari aku belum mengantar Jashon ke sekolahnya.

Hari yang indah, seharian aku terkurung dikamar ini, aku selalu berpikir apakah tak ada yang membawa Harry ke psikiater atau ke pengobatan lainnya? takut - takut dia memiliki gangguan mental, aku sedari tadi hanya berbolak - balik sambil mengetuk - ngetukan jari - jariku ke daguku mencoba berpikir bagaimana caranya aku keluar dari kamar ini.

Aku menggeram frustasi, dan menatap pantulan diriku dicermin, pandanganku terfokus kearah leherku dan aku tahu apa yang ada disana. Tanda merah yang dihasilkan oleh Harry saat ia melecehkanku tadi malam.

Aku sudah kotor, karena Harry telah menggerayangi tubuhku seenak yang dia mau, aku begitu membenci bajingan itu. Aku jadi berpikir bagaimana ia memperlakukan mendiang istrinya saat masih hidup? Apakah dia bertindak seenaknya? dan bertindak bejad? aku bahkan berpikir begitu, mengingat kepribadiannya yang kulihat begitu brengsek!

Demi apapun aku bersumpah akan menjaga tubuhku mulai detik ini, aku tak akan membiarkan Harry sesuka hati bermain dengan tubuhku. Sialan! aku begitu frustasi sekarang.

Aku ingin sekali terbebas dari kelakuan iblis Harry.

***

Kubuka mataku secara perlahan dan sedikit meringis karena kelapaku pusing, jelas saja pusing aku tertidur di lantai. Aku kembali menatap jam dan lagi-lagi aku terkejut saat jam menunjukkan pukul 5 sore, berapa jam aku menghabiskan waktu dikamar ini, dan bahkan aku merasa lapar karena perutku belum diisi dari tadi pagi.

Aku juga belum mendengar suara Jashon, kemana anak itu? Astaga! sampai kapan aku terus berada disini?

aku berteriak kencang dari arah sini kebawah, "HARRY! BUKA PINTU INI! HARRY!" aku terus berteriak mengulang ucapan yang sama, sialan! ia sama sekali tak mendengarku. Entah karena jarak kamar ini kebawah jauh atau memang dia pura - pura tuli. aku kembali berteriak "Harry!!" Pekikku tapi yang sedari tadi diteriaki namanya malah berciuman panas di pekarangan rumahnya terlihat jelas dari jendela kamar ini, aku mendengus kesal .

Jika ada kata lain diatas kata benci maka, itulah yang aku rasakan pada Harry saat ini.
Perutku mulai terasa sakit dan aku merasa mual, dan pusing menyerangku. aku mencengkram kuat nakas dengan salah satu tanganku dan satu tanganku yang lain memegangi perutku ini. Demi Tuhan ini sungguh menyakitkan. seketika aku terjatuh dan pandanganku mulai kabur.

***

Aku meringis dan terbangun dengan posisi yang masih sama, perutku masih sakit dan mualku tak kunjung sembuh, maag ku kambuh lagi dan aku benci disaat seperti ini. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan itu tandanya aku pingsan cukup lama.

Aku menarik nafasku dan mencoba bangkit, apakah Jashon belum juga pulang? Bagaimana jika dia diculik? atau hal buruk lebih dari itu. Aku akan sangat menyesal dan Anne akan memecatku.

Tiba - tiba suara pintu berdecit terdengar aku segera menengok dan rupanya pria keparat itu, ia berjalan mendekat kearahku yang sedang duduk dilantai sambil memegangi perutku yang sedang mengalami sakit ini.

"Bagaimana rasanya aku kurung, hmm?" aku tidak menggubrisnya dan mengalihkan pandanganku kearah lain, persetan dengannya. "Ahk! kau kelaparan, 'kan?" ia tertawa licik dan kembali menjauh dariku "Cepatlah makan, itupun jika kau tidak mau aku kurung lagi" jelas aku mau makan sialan!

Aku berusaha bangkit berdiri walau rasanya perutku begitu sakit walau hanya sekedar berdiri, tapi aku tidak mau ia mengurungku lebih lama disini dan aku akan mati kelaparan.

Aku mulai duduk di meja makan dan mulai menyantap 2 helai roti yang aku satukan dengan strawberry jam. dan mulai memakannya, "Ahk ya! Jashon sedang tidak ada disini, dan itu artinya kau yang akan jadi Baby Sitter untukku" tubuhku menegang dan aku berhenti mengunyah makananku menatapnya bingung.

"apa maksudmu? Kemana Jashon?" Aku segera minum dan menyimpan sisa rotiku diatas piring "Apa aku perlu menjelaskan lagi? Jashon tak ada untuk 3 hari kedepan, dan kau. Kau akan jadi Baby Sitterku" ia menatapku tajam namun senyum liciknya itu tidak lepas dari wajahnya, apa maksudnya? dia sudah besar untuk apa aku jadi Baby Sitter untuknya? dan dimana Jashon? tiba - tiba ponselku bergetar dan aku terkejut saat nama Anne tertera dilayar ponselku.

Harry menatapku tajam "jika itu dari Momku, katakan jika Jashon baik - baik saja" Lagi - lagi aku terkejut, itu berarti Jashon tidak ada dengan Anne. astaga! dimana Harry membawa anak itu?

dengan tangan bergetar aku segera mengangkatnya "Hallo?"

"Hi, Bagaimana kabar Jashon? apakah Harry masih sering menyiksanya, Nat?" aku menggigit bibir bawahku mencoba mencari kata - kata yang tepat "uhm... tentu, D--dia baik - baik saja. Harry s--sudah jarang memarahinya" sial! aku begitu khawatir dengan Jashon sekarang.

"syukurlah kalau begitu, terimakasih kau telah menjaga Jashon."

"sudah tugasku" aku bersuara dengan nada sesantai mungkin walau jantugku berdebar karena kebohonganku dan juga mata Harry yang terus tertuju padaku dengan tajam "kalau begitu, aku harus mematikan sambunganya, aku yakin jika dia sudah tidur. malam Nat" aku menghela nafas lega saat Anne sudah menutuskan sambungannya.

"Harry, jelaskan padaku dimana Jashon?" kataku mulai berdiri dari dudukku, untung saja perutku sudah membaik, ia menatapku dan menaikkan satu alisnya "apa itu penting untukmu?" ujarnya tegas dan ikut berdiri lalu rahangnya mengeras "ten--tentu saja! aku bekerja disini untuk menjaga Jashon! dan sekarang Jashon tidak ada. lalu, apa yang harus aku lakukan? bagaimana jika Jashon dalam bahaya?!" aku mulai terpancing emosi karenanya. ia mendongakkan tubuhnya kearahku, tangannya mengepal menyentuh meja sehingga buku - buku jarinya memutih.

"Harry! dimana Jashon?!" pekikku dan aku terkejut saat dirinya menampar pipiku cukup keras, aku menatapnya penuh benci sama halnya dengan yang ia lakukan.

"Jangan berteriak didepanku sialan!"

Vomments:) :)

BabySitter || H.E.S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang