20. Compassion

2.2K 186 7
                                    


"Bagaimana rasanya?"Ia menatapku panik, sebenarnya ini terlalu gosong dan rasanya pahit, tapi aku tak ingin membuat hatinya sakit "E--enak"

"Oh jangan berbohong, ini pasti pahit. Apinya terlalu besar" Aku terkekeh, "Tidak apa - apa. Terima kasih" Ia tersenyum tipis.

"Kau masih mau memakannya?" Tanyanya menatapku aneh "Ugh... Y--ya" 

Aku bisa melihat usahanya yang ingin merubah sikapnya kepadaku, aku tahu itu sulit. Dimana Ia harus mengatur emosinya, mengatur egonya, itu sulit, terbukti saat Ia marah tadi pagi.

Aku tahu dia belum terbiasa akan itu, Ia belum terbiasa mengontrol emosinya sendiri.

"Nathalie. Sebentar lagi aku akan pergi kerja, kuharap kau jaga dirimu baik - baik. Diluar salju lebat, dan jika kau perlu apa - apa, kau tinggal menghubungiku, mengerti?" Ucapnya panjang lebar.

Aku menatapnya lalu mengangguk "Dan, kunci pintu dengan benar. Aku tak mau seseorang masuk dengan seenaknya" Aku lagi - lagi mengangguk.

"Aku mengerti" ucapku.

Ia masih menatapku membuatku canggung "Ada apa?" kataku gugup, Ia tak mendengarnya, "Kau sudah tahu jika aku--aku membutuhkanmu" katanya, dan itu membuat pipiku memanas.

"Ya"

"Ap---apa k-kau. Apa kau juga?" Pertanyaan itu jelas membuatku sangat terkejut, bagaimana Ia bisa bertanya seperti itu padaku? "Dengar, ak--aku. Aku tak bermaksud tapi---"

"Harry, Harry dengar..." Aku menjeda ucapanku, aku tak memiliki perasaan apapun padanya, aku hanya merasa nyaman itupun saat beberapa hari lalu, saat Ia berubah.

"Aku... Aku tak memiliki perasaan apapun padamu" Gumamku, aku menunduk, merutuki diriku yang berkata seperti itu "Okay" Ucapnya dengan nada kecewa.

"Tap--tapi dengar, buatlah aku bisa menerimamu dalam hidupku. Buat aku bisa melupakan kejadian itu, dan buatlah aku bisa men---mencintaimu?" Jantungku berdebar kencang, aku bernafas lega setelah mengatakannya.

Matanya melebar, mulutnya terbuka, Ia mencengkram rahangku lembut mendongakan wajahnya kearahku.

Jantungku berdegup kencang, aku terkejut saat bibirnya menghantam bibirku, melumatnya perlahan. Aku mendorongnya kasar, Tanganku bergetar, aku takut.

Aku menjauh darinya dan berlari meninggalkannya "Nathalie!" panggilan itu terdengar berulang kali.
Perasaan panik dan ketakutan itu selalu datang tiba - tiba. Dan aku merasakannya saat ini.

Aku meringkuk diatas kasur, mencoba menenangkan diriku, aku tak menangis, hanya saja aku merasa tak tenang. Tanganku terus bergetar, dan lagi - lagi memori gila itu teringat, "Tidak, kumohon" Aku memejamkan mataku.

"Nath, Nathalie. Kau tak apa?" Ia menatapku khawatir duduk di pinggir ranjang "Maaf, kau--kau marah karena aku menciummu tadi?"

Aku menggeleng "tak apa, ak--aku hanya lelah"

'Kau panic attack lagi?" aku mengangguk ragu, "istirahatlah, maaf. Ini semua salahku" ia mengecup puncak kepalaku berkali-kali dan menarik selimut untuk menutupi tubuhku.

***
Harry's pov

Aku mengelus rambut Nathalie yang sudah memanjang, wajahnya begitu damai. Buatlah aku mencintaimu kalimat itu masih terngiang  dipikiranku, aku janji akan membuatmu bisa mencintaiku.

Aku mengecup pundaknya lama.

Aku keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang aku acak acak dan handul yang melilit pinggangku.

Aku tersenyum tipis saat menatap Nathalie "Sudah membaik?" tanyaku, Ia hanya berdehem, aku menghampirinya dan Ia sedikit mundur.

"Tidak, tetaplah diposisimu" Perintahku, Ia menurut. Ia terdiam di posisi terakhirnya "Kau mau apa?" Katanya menatapku yang berada dihapadapannya.

BabySitter || H.E.S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang