26. Thanksgiving

1.3K 132 20
                                    

Nathalie's pov

Aku terkekeh dalam perasaan yang risau, tepat dihari Thanksgiving setelah 4 hari aku dirawat, aku akhirnya dapat keluar dari rumah sakit, ditemani oleh Alex yang membantuku.

Aku tak tahu dimana Harry sejak kemarin, karena pria itu tiba-tiba saja menghilang tak memberiku kabar, aku mendiami nya selama aku di rumah sakit, 2 hari lalu dia terlihat sangat kacau tapi aku tetap pada pendirianku. Ini memang bukan sepenuhnya salah Harry, aku tak berhak mengatur Harry untuk mencintaiku. Aku tak berhak untuk memaksanya.

Aku menutup wajahku dan bersandar pada kepala jok, lantas untuk apa semua ini? Tentu saja dia kesepian, dia hanya membutuhkan teman yang benar-benar mengerti keadaanya, dia butuh pendamping namun bukan berarti dia harus merelakan mulutnya mengutarakan cinta, terkecuali saat dia bercinta denganku tempo lalu.

Ini benar-benar membuat kepalaku sakit, aku hancur karena ekspetasiku sendiri, Towny benar.

Harry mungkin begitu trauma dalam urusan menjalin hubungan, tapi kenapa pula semua ini harus aku yang tanggung? Tidakkah ini menyakitkan untukku?

Kau tak sadar? Bisa saja dia begitu hanya untuk menebus semua kesalahannya padamu. Gadis batinku mencemooh membuat aku tambah menangis, terisak tampa suara dibelakang jok kemudi.

Lagi, aku harus dapat menerima sebuah pemberian luar biasa darinya.

Anak ini.

Anak yang berada dalam kandunganku.

Alex tampaknya tahu jika aku menangis, namun mungkin dia tidak mau mencampuri urusanku lebih jauh lagi.

"Happy Thanksgiving, Nat!" Aubrey berteriak sambil memeluk diriku membuat aku tersenyum "Happy thanksgiving. Bukalah hadiah dariku" ujarku bersemangat membuatnya tampak antusias.

Dia akhirnya membukanya dan senyumnya sedikit memudar membuat aku tak yakin apakah dia menyukainya?

"Brey, maafkan aku jika hadiahnya jelek. Aku benar-benar memiliki selera yang bur---" dia mengelus tanganku dan menggeleng "bukan begitu, Nat. ini sangat indah. Benar-benar hadiah terindah darimu. Aku menyukai dress ini. Namun, kuyakin, barang indah seperti ini memiliki harga yang mahal." Ia menunduk memandangi dress yang berada pada pahanya.

"Aku akan memberikan semua yang terbaik ketika aku mampu. Lagipula, kau akan cantik memakainya, Brey" ujarku, kemudian ia menanhis tersedu-sedu "Nat, aku sangat menyayangimu" ia memelukku sambil terus menangis "Aku juga menyayangimu. Jangan pernah sungkan untuk meminta sesuatu dariku, Brey" ucapku padanya dan mencium puncak kepalanya

"Nat, aku tak mau kau meninggalkanku"

"Nat... Nathalie? Wake up" aku mengerjapkan mataku karena terkejut, melihat dengan samar seorang wanita paruh baya yang membangunkanku.

"Ya tuhan"

"Ayo kita turun" ucapnya, dia menuntunku keluar dari mobil, aku bahkan tak tahu kapan mobil ini sampai karena semua barangku sudah tak ada dalam mobil.

"Terimakasih Anne" aku tersenyum dengan canggung "sudah sangat lama aku tak bertemu denganmu. Jashon bercerita banyak hal tentang dirimu" ucapnya dan aku hanya membalasnya dengan senyuman, ia menuntunku untuk duduk diatas sofa disusul olehnya "Lisa, buatkan Nathalie minuman hangat" titahnya pada Lisa.

Lisa menatapku dengan beribu pertanyaan dikepalanya namun ia lebih memilih untuk menuruti keinginan majikannya itu.

"Maaf aku tak menjengukmu saat kau dirumah sakit, Nat" ucapnya sambil menyingkapkan rambutku kebelakang telingaku, membelainya dengan kasih sayang.

"Tega sekali wanita itu sampai kau menjadi seperti ini. Kau tenang saja. Kami sedang mengurus gugatan pada kepolisian." Aku tertegun namun aku tak dapat banyak berbicara setelah jashon datang menghampiri kami dan memelukku dengan antusias "Aku senang kau pulang, Aunty" ucapnya padaku lalu aku mengangguk.

"Nat, terimakasih telah membuat Jashon dicintai oleh Ayahnya sendiri. Kau membawa pengaruh positif pada anakku. Kau merubahnya menjadi pria baik, Nat." Aku mengangguk lalu berkata "ini berkat dirinya yang menang dalam melawan egonya. Dia berhasil" ucapku padanya.

"Aunty, aku punya sesuatu untukmu" ucap Jashon lalu berlari ke arah kamarnya dan kembali lagi membawa kotak berukuran sedang dipelukannya "Happy Thanksgiving!" Pekiknya sambil memberiku kotak itu "Jash, terimakasih banyak" ucapku padanya lalu memeluk dan mencium keningnya.

Aku masih tak tahu dimana Harry, aku mempunyai ego hanya untuk menanyakan dimana keberadaanya.

Aku masih memikirkan tempo hari, hari dimana semua itu membuatku sakit hati karena ekspetasiku sendiri.

Author's POV

Harry berada di Seattle sejak kemarin pagi, ia harus menghadiri rapat yang benar-benar tak bisa ia tolak dan abaikan, namun pikirannya terlalu fokus pada pencarian wanita sialan itu, Towny.

Sejak hari itu, Towny menghilang secara tiba-tiba. Wanita itu sudah tau bahwa Harry tak akan tinggal diam. Namun, Harry tak akan semudah itu mengakhiri kasus ini begitu saja. Ia akan melakukan cara apapun untuk menemukan wanita itu. Bahkan jika sampai kandungan Nathalie menjadi bermasalah karenanya tempo hari, mungkin Harry sudah membunuhnya.

"Mr. Styles..."

"Mr. Styles!" Harry mengerjap dari lamunannya, mendengar sekretarisnya berteriak "maaf," ujar Harry padanya, lalu mengambil alih iPad yang wanita itu pegang.

"Mr. Styles kau sangat tidak fokus hari ini" ujarnya pada Harry membuat harry kian gusar, beberapa hari ini ia melupakan untuk minum obatnya dan membatalkan janji dengan psikiaternya, ini semua karena ia benar-benar sibuk.

"Lebih baik, kau istirahat dulu Mr. Styles. Harimu tampaknya begitu berat" ujar sekretarisnya menyudahi semua hal yang berbau pekerjaan. Mereka baru saja beres meeting dengan klien. Dan baru saja berada di apartemen sewaannya beberapa menit lalu.

Ponselnya bunyi dan Harry tak sabaran untuk mengangkatnya, "Lawrent, kau bisa buatkan aku kopi?" Tanyanya membuat wanita itu mengangguk dan melesat kearah dapur.

"Bagaimana?" Tanyanya tak sabaran.

"Kami menemukan dimana keberadaan Towny, tapi tampaknya sudah ada orang yang menghalaw usaha kita membawanya Mr. Styles"

"Fuck. Aku tak peduli. Bawa dia dan adili dia secepatnya" geramnya tertahan "t---tapi Mr. Styles salah satu anggota polisi tewas tertembak" Harry mengacak rambutnya frustasi.

"Aku tak peduli! Itu tugas kalian." Harry membanting ponselnya kesembarang arah mengusap wajahnya secara kasar "Mr. Styles... tenangkan dirimu" wanita itu dengan tiba-tiba mengusap dada Harry yang naik turun, mencoba menenangkannya.

"Kau butuh sesuatu yang dapat membuatmu merasa tenang, Harry" tiba-tiba saja dirinya berbisik, dan memanggil atasannya itu dengan namanya membuat Harry menoleh lemah "apa itu?"

"Dan kau akan menyukai setiap kecil hal itu" ia mulai naik keatas pangkuan Harry dan tangannya menjelajahi dada bidang Harry yang masih terbalut kemeja "Lawrent, apa yang kau lakukan?!" Geram Harry namun wanita itu malah menyeringai dan masih enggan untuk bangkit dari paha Harry "Harry, aku tahu kau menginginkannya. Anggap saja aku adalah wanitamu, Nathalie" bisiknya membuat Harry bingung, pasalnya pria itu tak pernah bercerita tentang Nathalie pada karyawannya.

"Aku mendengarmu selalu menyebutkan namanya, dan kutebak dia adalah kekasihmu. Apa dia membuatmu pusing? Jangan kau pikirkan, mari kita bersenang-senang"

"Jangan ceritakan ini pada siapapun, Lawrent. Setelah ini, anggap semua yang kita akan lakukan sekarang tak pernah terjadi"

"Aku janji, Happy Thanksgiving Mr. Styles"

***

"Sudah merasa baikan?" Anne menatap Nathalie dengan khawatir, ia belum mengetahui sesuatu yang sangat penting, kehamilan Nathalie.

"Terimakasih sudah menjagaku. T--tapi kau tak perlu melakukannya. Aku sangat merepotkan" ucap Nathalie canggung, karena wanita paruh baya yang sedang berada dihadapannya ini teramat baik hati.

"Don't say that. Kau telah mengurus Jashon dengan baik. Bukan hanya itu, kau telah mengembalikan Harry yang aku kenal. Terimakasih banyak."

BabySitter || H.E.S Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang