"Iya Tante, boleh minjem Zavieranya bentar?" Zaviera membelalaknkan matanya apa maksud elo?
"Minjem—ah maksud kamu mau ngajak jalan Zaviera." Sava tersenyum jahil.
"Iya Tante, bolehkan?"
"Tentu saja, masuk dulu gih!" Sava menarik Zakwan masuk kedalam rumahnya.
"Sana gih siap-siap! Mau diajak jalan tuh." Goda Sava.
"Gak mau ah!" rengek Zaviera.
"Harus mau! Kasiankan Zakwan udah malem-malem kesini." Sava mendorong Zaviera untuk segera kekamarnya diatas "Dandan yang cantik ya—" teriaknya dengan sangat antusias.
"Ayo Zak! Keruang keluarga aja gabung sama calon kakak ipar." Sava menggiringnya keruang keluar yang cukup luas. Disana Sava mempersilahkannya duduk disamping Kak Kevin.
"PAPAH!!! ADA TAMU NIH!"
"Siapa Mah?"
"CALON MANTU!"
"Iyakah? Sebentar lagi aku keluar." Jawab Paphnya Zaviera dari ruang kerja.
"Zak Tante tinggal ke dapur dulu ya, ngobrol-ngobrol aja dulu sama calon kakak ipar ya—" ucap Sava meninggalkanya berdua dengan Kak Kevin.
"Cowoknya adek gue?" Tanya Kak Kevin membuka percakapan sambil memperhantikannya.
"Bukan, cuma temen."
"Oh kirain cowoknya." Ucap Kak Kevin yang hanya dibalas Zakwan senyuman untuk menjaga kesopanan.
***
Zaviera didalam kamarnya mengacak-acak rambutnya kesal, ia mengira Zakwan hanya bercanda tapi dia benar-benar datang kerumahnya. Dan sekarang yang membuatnya frustasi dia harus memakai baju apa?
Sementara diruang keluarga Zakwan dan Kak Kevin bercakap-cakap ringan memulai perkenalan mereka. Sampai percakapan mereka berdua tentang musik, jenis jenis gitar dan sepertinya mereka saling nyambung mereka merasa cocok satu sama lain.
Melihat Endra yang telah duduk, menghentikan percakapan mereka. Melihat Endra yang menatapnya menyelidik membuat Zakwan mati-matian menahan kegugupan. Ah! Gue nyesel datang kesini keluhnya dalam hati.
"Ah kamu yang cowoknya Zaviera." Ucap Endra yang sekalipun melepaskan tatapannya dari Zakwan.
"Bukan Om—Cuma temen kok."
"Ngaku aja gak papa kok, Om ngijinin asal kalian gam macem-macem." Endra akhirnya melepaskan tatapan intensnya itu.
Zakwan hanya tersenyum menanggapi ucapan Endra.
"Nama kamu siapa?"
Zakwan menarik nafas dan menghembuskannya pelahan sepertinya ia akan diintrogasi siap-siap!
"Zakwan Om."
"Zakwan—" ulangnya kembali sambil membenahi kacamata-nya "Zakwan itu artinya laki-laki yang sangat cerdas, iyakan?"
"Iya Om, nenek saya yang ngasih saya nama itu."
"Jadi kamu itu anak yang cerdas ya—"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah enggak gitu juga Om."
"Kamu kelas berapa?"
"Kelas sebelas."
"Ah—satu kelas sama Zaviera ya?"
"Enggak Om, saya sosial 1 Zaviera sosial 3."
"Oh jadi kalian ketemu waktu disekolahan, bagaimana pertemuan pertama kalian?"
"Hah—" Zakwan mecoba berpikir-pikir sejenak apa dia harus bilang dia menabraknya? Bagaimana jika Papah-nya Zaviera marah.
"Ah—kejadian kecil yang tak sengaja mempertemukan kami."
"Dari bahasanya itu kalian ketemu secara romantis ya?"
"Iya Om." Zakwan menelan ludah.
"Kevin kamu udah kenalan sama cowoknya Zaviera?"
"Udahlah Pah, iyakan Zak."
"Haha Iya Kak."
"Halah sok kenal aja kamu!" Sava datang dan menyuguhkan secangkir teh kepada Zakwan.
"Tadi pagi udah janjian ya sama Zaviera?" Ucap Sava yang telah duduk disamping suaminya.
"Ahbelum tante—iseng aja kesini kok Tante."
"Diminum Zak."
"Ya bolehlah—asal jangan iseng sama hatinya Zaviera, kalau ada yang suka kan entar berabe. Jadi kalau suka langsung jadian aja ya." Perkataan Sava sontak membuatnya tersedak.
"Gue udah siap!" Zakwan bernafas lega melihat Zaviera telah selesai berdandan.
"Sudah siap sayang?"
"Iya Pah."
"Yaudah—kalian boleh jalan tapi jangan pulang malem-malem, Dan jangan—jangan apa Zak?"