"Kau terlambat beberapa menit." Ucap Justin.
"Crap! Aku sudah berlari dan kau masih mencoba memarahiku?" Balas Roxie dengan nafas terengah-engah. Dia memang sudah berlari cukup jauh dari rumah kakeknya sampai ke Karnaval disana.
"Lagipula, mana ada kencan yang jalan sendiri-sendiri. Tidakkah seharusnya, lelaki yang menjemput wanitanya." Lanjut Roxie.
"Kau belum menjadi spesial buatku, lagipula pemandangan disini lebih nyaman jika dilihat tanpa kendaraan. Sudah cepat jangan banyak bicara, ayo kita masuk." Ujar Justin seraya menggenggam erat jemari tangan Roxie.
Berbagai permainan, dicoba mereka. Dan disamping itu pula, banyak perbedaan pendapat diantara mereka. Tetapi, satu hal yang membuat Roxie aneh. Meski perbedaan pendapat sangat jelas mengikuti mereka, Justin tak pernah melepas genggamannya.
Hari menjelang malam, mereka tidak merasakannya. Karena, kedua pasang manusia ini sedang menikmati masa kencannya. Justin melihat pedagang Popcorn.
"Kau ingin Popcorn?" Tanya Justin lembut. Roxie menoleh. Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku ingin kembang gula. Bolehkah?"
Dengan senyum manisnya, Justin tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, tunggu disini. Hanya sebentar."
Justin mengecup pipi Roxie dan berjalan kearah pedagang kembang gula. Roxie melihat ada kincir angin disana. Tentu saja, setiap karnaval mempunyai kincir angin. Terakhir, dia naik bersama Liam. Dan disana pula pertama kali, Liam menciumnya dengan romantis.
Roxie menggelengkan kepalanya keras. "Stupid Roxainne, kau tak boleh mengingatnya kembali. Ingatlah, dia sudah membuatmu sakit." Teriaknya dalam hati.
"Kembang gula nona?"
Roxie terperanjat, ia menoleh kebelakang. Dilihatnya Justin, yang tengah menunduk sembari menyuguhkan gulali didepannya layaknya pelayan restoran. "Damn you, Justin!" Ucap Roxie dengan tersenyum lalu mengambil kembang gula yang ditawarkan Justin.
Diambilnya sejumput kembang gula itu lalu dimakan. Roxie kembali melihat ke arah kincir angin. Justin yang melihatnya langsung merangkul Roxie. "Kau ingin naik itu?"
Roxie kembali mengambil kembang gula untuk dimakannya. "Tidak, kau sudah membelikanku kembang gula dan membayariku semua permainan. Aku tak mau merepotkanmu. Lagipula, antriannya cukup panjang."
Roxie menunduk sambil mengunyah kembang gulanya lalu berjalan menjauhi Justin. Justin tak tinggal diam. Diraihnya jemari tangan Roxie. "Ayolah, aku tau kau menginginkannya. Dan tenang saja, aku juga menginginkannya."
Justin menuntun Roxie kearah antrian kincir angin itu, dilihatnya sepanjang antrian banyak anak kecil lalu banyak pasangan muda seperti dia dan Justin pula. Tetapi dia tahu, Justin belum bahkan tak tahu apa ia akan menjadi pasangannya.
Tiba saat giliran Justin dan Roxie, sesaat Roxie ingin masuk kedalam tempat duduk dikincir angin itu. Tiba-tiba, ada anak kecil yang menangis. Dihampirinya anak kecil dan ibunya itu.
"Kau ingin menaikinya terlebih dahulu? Kita bisa menunggu beberapa putaran lagi. Tenang saja." Ucap Roxie ramah.
"Kau yakin?" Ucap sang ibu.
Roxie tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih anak muda." Ucap sang ibu lagi.
Justin segera keluar dari tempat duduknya dan memberikan kepada ibu dan anak itu. Dihampirinya Roxie, lalu dirangkulnya.
"Cih, bersikap seperti peri ya?" Sindir Justin.
Roxie menyikut perut bidang Justin. "Diamlah, aku hanya tak suka melihat anak kecil itu menangis. Lagipula, tinggal dia anak kecil yang berada diantrian ini. Aku tak mau anak itu melihat hal-hal yang tidak boleh dilihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Love
Roman pour AdolescentsSiapa yang sangka seorang peselancar terbaik adalah seorang pewaris tunggal salah satu perusahaan yang berpengaruh didunia? Ia seorang player tapi semua berubah ketika ia bertemu seorang mahasiswi asal kota yang berlibur dikampung halamannya. Menjal...