"Justin.." ucap Barbara dengan nada manja. Perempuan cantik itu memeluk Justin dari belakang. Ia mencoba mencium pipi Justin, tetapi Justin mencoba menjauh darinya.
"Barbara, bisakah kau lepaskan...umm..tanganmu? Ini sangat mengganggu. Sungguh." Ujar Justin seraya mencoba terlepas dari pelukan Barbara. Tetapi, Barbara malah mempereratnya.
"Aku rindu denganmu, bisakah kau merasakannya? Sungguh, aku selalu memikirkanmu. Aku merasa bersalah meninggalkanmu liburan kali ini. Maukah kau menemaniku? Aku berusaha menghubungimu. Tetapi, ponselmu tidak aktif. Kau mempunyai gadis lain ya?" Tanya Barbara dengan memasang tampang terlucunya.
Jujur, sebenarnya Barbara hanya salah satu wanita selingan Justin. Dan sebelum ia bertemu dengan Roxie, Justin berusaha ingin serius dengan Barbara. Karena wanita ini tak pernah tahu latar belakang kehidupan mewah Justin sebenarnya. Yang Barbara tahu, Justin hanya perantau yang sebatang kara di California ini. Barbara tak pernah tahu tentang Justin yang pada dasarnya pewaris tunggal Bieber Company.
Bieber Company adalah perusahaan yang bergerak disegala bidang. Mereka perusahaan yang bergerak cepat, sehingga dapat ditemui cabangnya disetiap negara walaupun hanya satu.
Beberapa minggu lalu, Barbara meminta izin pergi dengan keluarganya. Justin merasa kecewa karena ia harus melalui liburan musim semi ini sendirian. Tetapi, selang beberapa hari ia bertemu dengan Roxie. Sesosok yang merubah perasaan bahkan pemikiran Justin terhadap setiap wanita. Sosok yang membuatnya berhenti bermain-main dengan wanita.
"Justin...ada apa denganmu sayang.?" Tanya Barbara manja.
Justin menarik nafas. "Berhenti memanggilku sayang, kita tak pernah ada hubungan resmi. Aku bukan milikmu, dan begitupun sebaliknya.
"Kau berubah, ada apa denganmu? Aku tahu...apa kau bertemu dengan gadis lain?" Tanya Barbara dengan nada seolah-olah seorang detektif
Justin memandang pantai yang berada diluar. "Benar bukan? Beritahu aku siapa dia! Beritahu aku siapa yang berani mengambilmu dariku!" Lanjut Barbara dengan nada garang. Matanya memancarkan kebencian.
Justin meraih tangan Barbara, ia mengenggamnya. "Kau, kau cantik. Bahkan, hampir sempurna. Tidakkah kau melihatku? Aku hanya seorang lelaki yang sederhana. Aku tidak kaya. Aku bahkan tak pernah memberikanmu perhiasan mahal."
Justin menatap Barbara dalam-dalam. Diselipkan beberapa helai rambut pirang dia kebelakang telinganya. "Dengar, kau tak perlu tahu siapa wanita yang menggantikanmu. Dia..dia telah mengambil hatiku. Dan enggan membawanya kembali."
Barbara hendak menangis. Tetapi ia tahan, walau dalam hatinya ia merasa sakit bahkan dendam dengan wanita itu. Mungkin bukan dendam, melainkan iri dengan wanita yang disebutkan Justin.
"Tetapi, kemarin aku membuat keputusan yang salah. Hanya karena seseorang memaksaku untuk melakukannya. Namanya Liam, dia mantan kekasih Roxainne, wanita yang kumaksud. Liam mengancamku akan melukai Roxie, jika aku menolak keinginannya. Kau tahu, tak selamanya aku berada disisi wanitaku."
Justin menjilat dan menggigit bibir bawahnya. Ia alihkan pandangannya kepantai. "Berbicaralah Justin..." Barbara memohon.
"Dia memintaku untuk membuat Roxie menjauhiku. Jika tidak, keselamatan Roxie akan terancam. Ia memintaku untuk menyakiti hati Roxie. Aku---Aku tak ingin wanitaku terluka, aku hanya ingin melihatnya bahagia. Aku menyetujuinya. Aku tahu aku bodoh, tetapi aku akan terlihat bodoh jika mengijinkan seseorang menyakiti wanitaku."
Justin menahan air matanya. Ia merasakan kerinduan yang amat dalam kepada Roxie. "Lalu kemana Roxie sekarang? Kita dapat memberitahunya segera." Ajak Barbara. Ia segera meraih tangan Justin dan mengajaknya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Love
Teen FictionSiapa yang sangka seorang peselancar terbaik adalah seorang pewaris tunggal salah satu perusahaan yang berpengaruh didunia? Ia seorang player tapi semua berubah ketika ia bertemu seorang mahasiswi asal kota yang berlibur dikampung halamannya. Menjal...