"Beli lah beberapa baju, keluarga Hemsworth akan kesini. Dia akan liburan bersama kita."
"Nek, gimana bisa nenek bilang iya sama mereka? Kan nenek tau aku kesini untuk apa dan kenapa."
"Roxie sayang, nenek tak pernah bilang iya. Mereka menelefon dan bilang bahwa mereka dalam perjalanan kesini. Masa nenek tolak. Sudah sana cepat kekota, beli baju yang bagus. Nenek tak mau dibilang menelantarkan cucu."
Dengan langkah malas, Roxie mengambil tasnya dan berjalan ketoko baju. Ia memilih sembarang baju. Yang bagus dibadannya saja. Sebenarnya dengan tubuh proposional, Roxie dapat memilih baju yang mana saja.
"Semuanya jadi 80 dollar miss." Ucap sang pramuniaganya.
Roxie mengangguk dan mulai mencari dompetnya. "Lah, kemana dompetku?? Masa iya ada pencopet disini?"
"Sebentar ya mba," Dengan senyum malu, Roxie kembali mencari dompetnya. Sang pramuniaga pun mulai resah, ia berpikir Roxie hanya anak miskin yang mempermainkannya saja.
"Jadi gimana miss, jadi beli tidak?"
Roxie pun mulai pasrah. Dia menggeleng. "Maaf ya mba,"
Roxie hendak jalan keluar butik itu. Tetapi, sebuah tangan menariknya kembali. "Aduh sakit!"
"Mba, saya jadi beli Dress itu. Berapa tadi?"
"80 dollar mas."
Lelaki itu mengeluarkan 100 dollar. "Ambil kembaliannya saja."
Dia mengambil Paper Bag berisi gaun itu dan menarik Roxie keluar.
Roxie menghentakkan pegangan keras sang lelaki dari lengannya. "Lepas! Aku tak butuh pertolonganmu!"
Lelaki itu membuka pintu mobil mewahnya. "Masuk Roxie,"
Roxie tak bergeming, ia mengacuhkan pandangannya ke lain arah. "Kumohon masuklah,"
Ucapan pria itu melembut. "Dengar Liam, meski kau mendapatkan hati kakek dan nenek ku aku tak akan luluh! Sekarang pergi! Bawa gaun itu.!"
"Masalah disekolah itu? Diana merayuku. Aku sama sekali tak menyukainya Roxainne. Kumohon dengarkan aku." ucap Liam
Roxie memasang raut muka kesal. "Tidak, kau yang harus mendengarkan ku sekarang. Pergi dari hadapanku, sebelum aku berteriak."
Roxie benar-benar marah, Liam tak bergeming dari tempat ia berdiri.
"Tidak tanpa dirimu Roxie."
Roxie menatap Liam tajam. "Lakukanlah Roxie. Berteriaklah....Aku yakin, kau tak akan membuatku celaka. Dan bahkan kita lihat, saat kau berteriak apakah ada yang menolongmu."
Roxie memang tak main-main soal berteriak, tetapi Liam benar. Bagaimana dia bisa berteriak jika tak ada yang ia kenal disini. Entah kenapa, pikirannya melayang kenama seseorang. Matanya menelusuri. Tiba-tiba, matanya menangkap seseorang.
"Lakukan Roxie. Lakukan sekarang. Kita lihat, apakah kau mendapat teman dalam sehari."
Roxie menatap tajam mata Liam, yang sebaliknya menatap Roxie dengan lembut.
"Sebenarnya kau akan menyesal karna aku berteriak dan saat dia datang menolongku. Ia bukan teman, bahkan lebih dari teman." ucap Roxie dengan nada sinis.
Ada perasaan takut didalam hati Liam, tetapi ada perasaan percaya diri juga.
"TOLOOOONGGGGG!!! SESEORANG TOLONG BANTU AKU!!!!" Teriak Roxie tiba-tiba.
Liam kaget, dia tak menyangka Roxie akan benar-bener berteriak. Ia langsung menarik tangan Roxie untuk masuk kedalam mobil
"Roxianne? Itu kah kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Love
Teen FictionSiapa yang sangka seorang peselancar terbaik adalah seorang pewaris tunggal salah satu perusahaan yang berpengaruh didunia? Ia seorang player tapi semua berubah ketika ia bertemu seorang mahasiswi asal kota yang berlibur dikampung halamannya. Menjal...