"Jika memang takdir berkehendak lain, aku tak bisa menyangkalnya. Tetapi jika masih ada harapan, akan aku perjuangkan bagaimanapun caranya."-nana
...
Nana
Mendengar itu dengan cepat nana menghampiri tempat dirga berbaring lemah saat ini. Mata dirga mulai terbuka dengan pelan. Dokter dan perawat segera memeriksa dirga.
"Permisi, boleh anda semua keluar sebentar?" hendak dokter
"Iya dok. Silahkan." jawab papa dirgaDan semua orang yang ada disana pun keluar, kecuali dokter dan perawat. Isak tangis nana masih terdengar jelas. Joko duduk disamping nana, dan mencoba untuk menyemangatinya.
"Na, udah lah lo ga boleh sedih terus. Dirga nya juga udah sadar. Lo mau nangis in siapa lagi?"
Tak ada jawab an dari nana. Pemikirannya sekarang mulai kemana mana. Hingga beberapa menit, dokter pun keluar.
"Maaf, disini ada yang bernama nana?"
"Iya saya, kenapa dok?"
"Pasien mulai tadi menyebut nama anda terus. Mungkin anda bisa menemui pasien sekarang."Nana langsung masuk kedalam kamar dirga. Perlahan nana mendekati dirga. Dirga memandang ke arah nana yang masih saja keluar air dari mata nya. Sekarang, nana duduk dikursi tepat disamping tempat tidur dirga.
Dirga menggenggam tangan nana dengan erat."Nana... "
"Iya? "
"Kamu sehat?"
"Seharusnya nana yang tanya ke kamu, kamu sehat? Kenapa dirga nggak beri tahu nana tentang kebenaran ini semua? Kenapa dirga pergi lama dari nana? Apa salah nana? Apa nana terlalu jahat sama dirga?"
"Bukan na, bukan seperti itu. Dirga udah sehat kok na. Dirga nggak mau bikin nana sedih dengan apa yang menimpa dirga saat ini. Dirga pergi berobat. Nana nggak jahat kok na, nana baik saking baiknya nana sampe memperdulikan dirga sampe segini nya."
"Tapi-tapi nana rindu dirga."
"Dirga juga rindu nana. Untungnya Allah masih memberikan kesempatan buat dirga hidup. Dirga nggak tau lagi kalo misalnya dirga sama nana ga akan ditemuin lagi didunia. Mungkin kita akan terpisahkan oleh jarak, waktu bahkan alam."Sulit sekali bagi nana untuk mengentikan air yang mengalir dari mata nya itu. Semakin erat dirga menggenggam tangan nana, semakin terisak tangisan nana. Ia tak tau apa ini yang dinamakan Cinta?
"Na,, dengerin dirga. Nana jangan nangis, kan dirga udah disini sama nana. Nana ga perlu nangis lagi."
"Nana ga tau, apa yang membuat nana menangis. Nana bersyukur, nana dipertemukan dengan lelaki yang tangguh. Nana bingung dan nana-nana.."
"Udah na, usap semua air mata kamu. Setidak nya dirga berhasil membuat nana tau apa yang dirga perjuangkan selama ini. Yah, memang belum banyak bukti perjuangan dirga. Tapi kamu harus tau na. Bukan seberapa banyak bukti perjuangan yang dilakukan, tapi bagaimana dia tau perjuangkan mu tanpa harus diungkapkan. Cukup kau lakukan dan pasrahkan."
"Dirga.. Nana tau nana salah, nana tau nana udah nyakitin hati dirga, dan nana sadar selama ini nana terlalu lemah untuk cari tau tentang kebenaran dirga. Nana memang lemah."
"Wanita itu memang takdirnya untuk dikejar bukan mengejar na. Bukannya kamu harus mati mati an berjuang tapi seperti apa cara kamu agar orang yang kamu cintai tak akan hilang."
"Maaf in nana.. "
"Udah, nana gak salah kok."Perlahan tangan dirga melepaskan genggaman tangan nana. Dirga mencoba untuk duduk di kasurnya. Ia menghadap kearah nana, dengan dua tangan nya secara lembut dirga mengusap air mata yang sedari tadi tidak berhenti mengalir dari mata nana. Dirga memberikan senyum tipisnya kepada nana, lalu membenarkan beberapa helai rambut nana yang menghalangi mata nya. Sontak, nana memeluk erat dirga dan air mata nya tumpah seketika di pundak dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gloomy
Teen Fictionini bukan kisah Cinta Rama dan Shinta, bukan pula cerita Ratu dan Raja dari angkasa. mereka hanyalah sepasang remaja yang sedang dilanda Cinta dengan penuh tanda tanya. Tapi memang benar mereka ditakdirkan untuk selalu bersama menggenggam asa.