Pagi yang cerah membuatku terbangun dari tempat tidurku. Kusenderkan badanku kesenderan kasurku sejenak. Lalu dengan masih terkantuk aku berjalan menuju kearah jendela dan membuka gordyn ku dengan sangat lebar hingga sinar matahari memenuhi seluruh isi ruanganku.
Dengan mata menyipit dengan sangat aku berjalan menuju kamar mandi yang tidak jauh untuk ku jangkau. Suara Bunda membuatku melakukan gerakan dengan cepat. Dan setelah melakukan ritual mandi aku langsung merapihkan segala keperluan sekolahku. Dan langsung menuju keruang makan dengan tas berwarna navy yang bertengger di lengan kananku.
Bunda sudah sejak tadi duduk dimeja makan yang hanya bisa ditempati 6 orang ini. Padahal aku hanya berdua dengan Bunda. Ya karena mejanya yang unik dan lucu jadi Bunda beli.
Bunda menaruh piring berisi nasi goreng dihadapanku. Aku melahap nasi goreng itu dengan cepat. Tak lama Bunda memecahkan keheningan dalam ruangan itu.
"Hari ini kita kesekolah barumu" ucapnya.
"Loh kan udah selesai bun masalah pindah-pindahnya?"
"Iya. Cuman kan kamu harus tau tempat-tempatnya dulu. Lagian ini kan hari terakhir kamu sekolah. Besoknya udah bagi raport. Jadi kapan lagi. Biar pas pindah sekolah kamu udah tau dimana tempat-tempat pentingnya. Kayak kantin misalnya"
"Hahaha. Kantin itu penting banget bunda!!! Kalo aku mati kelaparan karna belajar matematika gimana"
"Kamu nya aja lebay itumah. Bunda udah izin juga lagian ke guru kamu untuk hari ini kamu gak berangkat. Lagian toko Bunda juga kan sudah beres kemarin sebelum Bunda pulang. Bunda rapihin. Jadi Felia tinggal jaga doang" ucap Bunda sembari bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur yang tak jauh dari ruang makan
Felia itu karyawan Bunda.
"Hmm. Iyaa deh. Tapi pas ngambil raport aku ikut ya Bunda? Aku mau ketemu Lidya"
"Iya sayang ayo cepet diabisin nasi gorengnya. Nanti nangis nasinya kalo dibuang-buang"
"Iyaa Bunda." Ucapku segera menghabiskan nasi goreng yang tinggal setengah itu
□◇◇□
Bunda sudah menungguku dimobil. Aku segera mengunci pintu rumahku dan turun kebawah untuk menghampiri Bunda yang sudah berada diluar gerbang dan menangkring di mobil. Kututup gerbang rumahku yang terbuka lebar dan segera menguncinya. Langkahku yang kecil menuju mobil Bunda dengan senyumku yang melebar diwajahku.
Kami sudah 20 menit diperjalanan dengan ditemani oleh lagu Rossa - Hijrah Cinta
Lagu kesukaan Bunda. Lagu itu sering diputar didalam tokonya. Bunda menyanyi. Aku mengakui. Suara Bunda memang bagus. Aku senang apabila Bunda bernyanyi. Kita sering carpool karoke setiap pulang dari toko.Hijrah cinta kita menguatkan alasanku.
Untuk menjadi manusia lebih bai-
Nyanyian Bunda terpotong saat melihat anak kecil sedang duduk ditrotoar dengan kaki berlumur darah. Sungguh Bunda langsung berhenti mendadak dan setelah beberapa detik berhenti dia meminggirkan kendaraannya disamping anak kecil itu.
Bunda sangatlah perhatian kepada orang. Sangat baik. Perhatian Bunda itu seperti menurun kepadaku. Walau aku tidak asli anak Bunda. Namun aku diajarkan untuk menjadi Anak baik sejak kecil. Dari Ibu maupun Bunda. Bunda sungguh menyimpan kotak p3k dimobil. Sehingga Bunda langsung mengobati anak itu tanpa basa-basi. Wajahnya lusuh. Bajunya juga. Badannya sangat kurus.
"Adik gapapa?" Ucap Bunda
"Ga-papa tante. Hiks" ucapnya yang masih bertumpahan air mata

KAMU SEDANG MEMBACA
Galetta
Teen FictionGue suka sama lo karena lo itu beda. Lo itu unik. makannya gue suka.