Chapter 6 - Jodoh Dunia Akhirat

124K 7.9K 26
                                    

Nafisah menatap bangga seragam pilot suaminya. Ia menyiapkan seragam itu kala suaminya mandi. Setelah itu ia keluar kamar untuk menyiapkan makan siang sebelum pria itu pergi.

Ilham tersenyum saat Nafisah muncul di balik pintu. Gadis itu melangkah menghampirinya yang sudah selesai memakai baju.

"Ada yang kurang rapi?" tanya Ilham.

Nafisah memperhatikan suaminya yang semakin keren. Ia menggeleng.

"Udah keren Mas. Makan siang dulu ya?"

Ilham mengangguk. Nafisah membawa peralatan suaminya kemudian ikut turun bersama Ilham.

Siang ini rumah tampak sepi karena Rivan dan Rissa pergi.

"Kalau ada apa-apa panggil satpam aja di depan."

Nafisah mengangguk. Ia memperhatikan Ilham yang makan masakannya dengan lahap. Ilham yang merasa di perhatikan langsung menatap wajah Nafisah.

"Ada apa?" tanya Ilham membuat Nafisah terperanjat kemudian menggeleng.

"Nggak ko Mas."

Sepuluh menit berlalu Ilham sudah selesai makan. Kini pria itu sedang menunggu Nafisah yang mencuci piring lalu menggandeng tangan istrinya ke depan rumah.

"Mas berangkat ya?"

Nafisah mengangguk. Ia mengambil tangan Ilham lalu menyalaminya. Ilham pun tergerak mencium kening sang istri dengan lembut.

"Rasanya Mas masih pengen libur," gumam Ilham sambil menatap manik mata Nafisah.

"Kenapa?" tanya Nafisah heran.

"Mas masih mau sama kamu. Pengen mengenal kamu lebih jauh. Mas pengen ngerasain kebahagiaan ini lebih lama," terangnya membuat Nafisah tersenyum.

"Kita masih punya waktu ko Mas, Insya Allah."

Ilham mengangguk, "Kalau begitu Mas pergi ya?"

"Hati-hati Mas."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

💞 💞 💞

Selama hanpir dua puluh sembilan tahun hidupnya, Ilham tak pernah seceria ini ketika sampai di bandara. Bagas, rekan kerja sekaligus sahabat seperjuangannya menatap Ilham geli.

"Mentang-mentang pengantin baru, senyumnya nggak pernah ilang aja nih," goda Bagas membuat Ilham terkekeh.

"Nggak pernah tau sih bahagianya kayak apa," cibir Ilham.

"Emang kayak apa?"

"Rasanya tuh, nggak bisa di ungkapin sama kata-kata. Cukup di rasakan oleh hati masing-masing."

Bagas mendelik geli, "Gila, bahasanya Mas bro. Nikah bikin kamu lebih puitis ternyata."

Ilham tertawa. "Pokonya bahagia itu nggak bisa di ungkapin deh. Kamu harus ngerasain kalau hidup kamu berubah semenjak punya pendamping hidup."

Bagas mengangguk mengerti. Sepertinya kehidupan berubah yang Ilham maksud sangat terjadi pada sahabatnya ini. Buktinya, Ilham seminggu lalu sangat berbeda dengan Ilham saat ini.

"Terbang jam berapa?" tanya Ilham mengalihkan pembicaraan.

"Jam tiga. Kamu?"

"Jam dua."

Bagas mengangguk. Mereka pun berjalan ke ruang persiapan.

Sementara di rumah, Nafisah melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Ada beberapa bunga hias yang ia tebak adalah koleksi mertuanya.

Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang