Nafisah membuka kamar perawatan Yasmin perlahan membuat Ilham yang terjaga langsung menoleh.
"Nafisah?" gumamnya yang langsung menghampiri sang istri lalu memeluknya.
"Kamu dari mana sih? Mas khawatir. Telepon kamu nggak diangkat."
Nafisah meringis, "Maaf Mas tadi ada anak kecil nabrak Mas. Minumannya tumpah terus kena baju jadi tadi Naf ke toilet dulu."
"Tapi kamu nggak papa kan?"
Nafisah tersenyum. "Nggak papa ko Mas, nggak usah khawatir ya?"
Ilham mengangguk, ia pun mengajak sang istri untuk duduk di sofa. Mata Nafisah menatap Yasmin yang terbaring dengan mata terpejam.
"Yasmin baik-baik aja, kata suster harus banyak makan biar dede bayinya kuat. Karena tadi Yasmin nggak mau makan, jadi Mas yang suapi." cerita Ilham membuat Nafisah menghela napas.
Padahal ia tak meminta Ilham cerita karena ia tau kejadian itu. Rasa cemburu yang sempat ia redamkan tadi kembali mencuat.
"Ibu sudah tau kondisi Yasmin?" tanya Ilham.
Nafisah menggeleng. "Yasmin nggak mau Ibu tau. Masih takut katanya, jadi Naf nggak kasih tau Ibu karena takut Yas kepikiran."
Ilham terdiam dengan pikirannya sendiri. Pria itu iba pada kisah adik iparnya juga mantan calon istrinya. Ia tak menyangka gadis itu bisa mengalami hal sulit.
Sementara Nafisah tak bisa memulai pembicaraan lain dengan sang suami. Ilham sibuk dengan pikirannya sendiri yang entah mengapa membuat Nafisak tak suka untuk menerka-nerka apa yang suaminya itu pikirkan.
💞💞💞
Di sudut utara Jawa Barat daerah lembang, Fabian menatap Herman dan Nani bergantian. Sudah hampir seminggu pria itu tidak keluar dari daerah lembang.
Herman sengaja mengurung Fabian agar cucunya itu tidak melakukan sesuatu yang macam-macam. Terlebih ia tidak ingin Fabian bertemu dengan gadis bernama Yasmin.
"Mas, Bian makan siangnya di makan dulu. Hampir seminggu ini pola makan Mas Bian tidak teratur," ucap Mirna.
Fabian yang sedang berdiri menatap jendela langsung berbalik. Wajah datar dengan sorot dingin membuat Mirna gugup luar biasa.
"Bawa saja makanan itu ke hadapan kakek. Saya tidak akan makan apapun," ucapnya tegas membuat tangan Mirna bergetar karena takut.
"Tapi Mas--"
"--Jangan buat saya marah sama Bi Mirna. Saya minta sekarang Bi Mirna keluar," ucapnya lalu berbalik tidak lagi memperdulikan kejadiran Mirna.
Fabian tidak membutuhkan apapun saat ini. Makan minum atau apapun ia tidak membutuhkannya. Karena ia sudah lelah dengan sikap protektif sang kakek dalam hidupnya.
Fabian hanya bergerak seperti robot yang di arahkan remote kontrol untuk menentukan arah tujuan. Fabian tidak di bebaskan seperti burung yang bebas terbang kemana saja mencari arah tujuan sendiri.
Tubuh tegap itu perlahan meluruh. Air mata kembali menetes tanpa ia sadari karena rasa sesak yang teramat ia rasakan.
Kapan ia bisa merasakan seperti pria lainnya? Kapan ia bisa keluar dari kukungan erat keluarganya ini?
Fabian menjambak rambutnya frustasi. Ia ingin pergi dari sini. Ia ingin terbang sejauh mungkin dan bersama dengan cinta sejatinya. Jodoh yang ia cintai juga ia kasihi.
AarrrgghhhhhhFabian berteriak kencang hingga suaranya terdengar di telinga Herman. Pria paruh baya itu memejamkan matanya sejenak.
"Berulah lagi anak itu?" tanya Herman pada Mirna.
"Maaf tuan."
"Mirna, kamu kembali ke belakang," ucap Nani yang sedari tadi berdiri di samping Herman.
Mirna mengangguk kemudian berdiri. Setelah tidak ada siapapun di sana, Nani menyentuh tangan Herman lembut.
"Mau sampai kapan, A?" tanya Nani lembut membuat Herman membuka matanya.
"Mau sampai kapan Aa kurung Bian di sini? Mau sampai kapan Aa biarin Bian nggak makan? Apa Aa mau nunggu Bian sakit baru Aa bertindak?" tanya Nani.
"Bukan begitu, Nani. Aa hanya ingin Bian menikah dengan Ishita."
"Aa ... biarkan Bian menentukan jalan hidupnya sendiri. Bian berhak bahagia, A."
Herman menyentak kasar tangan Nani. Pria paruh baya itu memandang sang istri tajam. "Bian bisa bahagia dengan Ishita. Aa nggak akan biarkan Bian menikah dengan perempuan seperti Yasmin."
"Aa..."
"Jangan membujuk Aa, Nani. Pokoknya pernikahan Bian dan Ishita harus terjadi. Aa akan percepat pernikahan mereka."
💞💞💞
Nafisah tersenyum lembut saat Yasmin mau menerima suapan makan sorenya. Tetapi, Nafisah menyadari jika Yasmin kecewa karena dirinya yang menyuapi Yasmin.
Apa Yasmin berharap Ilham kembali menyuapinya?
Nafisah menggelengkan kepala mencoba untuk menghilangkan pemikiran itu.
"Kak Naf kenapa geleng-geleng?" tanya Yasmin membuat Nafisah menoleh dengan cepat.
"Nggak papa ko Yas."
"Hmm .. Kak?"
"Kenapa?"
"Mas Ilham dimana? kok nggak keliatan?"
"Pulang," jawabnya singkat.
Yasmin mengangguk. Binar sedih dari matanya terlihat jelas membuat Nafisah tak bersemangat. Ketika bubur dalam mangkok sudah habis, Yasmin menahan sang kakak agar mengobrol dengannya.
"Kak Naf, mau nanya dong?"
Nafisah mendongkak, menjauhkan majalah islami dari tangannya untuk menatap Yasmin.
"Nanya apa?"
"Mas Ilham pasti perhatian ya sama Kakak?"
Nafisah menaikan sebelah alisnya. "I--Iya."
"Mas Ilham pasti perlakuin kakak istimewa."
Nafisah mengerjapkan matanya. Belum mengerti ke arah mana Yasmin akan berucap.
"Maksud kamu apa nanya kayak gini ke kakak?" tanya Nafisah tenang namun sorot matanya menyipit membuat Yasmin sedikit panik.
"Ng--Nggak ko kak. Yas cuman ... kagum aja sama sikapnya Mas Ilham."
Nafisah hanya memandang Yasmin dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Coba waktu bisa di putar, Yas mungkin nggak akan kayak gini."
"Yasmin, bisa jelaskan intinya kamu mau bicara apa?" tanya Nafisah gusar karena ia mulai mengerti maksud terselubung adiknya itu.
"Seandainya waktu itu Yas nggak batalin pernikahan sama Mas Ilham, mungkin Yas nggak akan ngejalanin ini sendirian." Yasmin menghentikan ucapannya sejenak. Ia menatap lekat Nafisah.
"Dan mungkin sekarang Yas bisa bahagia karena anak dalam kandungan Yas memiliki Ayah. Seandainya Yas lebih milih Mas Ilham di banding Fabian, mungkin Yas akan merasakan perhatian dan kasih sayang Mas Ilham."
Deg.
Ucapan Yasmin secara terang-terangan itu membuat Nafisah membulatkan matanya. Rasa cemburu itu menghentak perasaanya membuat Nafisah membeku di tempatnya.
"Yasmin ..."
* * *
TBC
Sorry for typoo
Komentarnya di tunggu
![](https://img.wattpad.com/cover/113396761-288-k675181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]
EspiritualKarena kesalahan Yasmin, pernikahannya bersama seorang pria bernama Ilham terancam batal. Namun, karena tidak ingin mengecewakan keluarga besar kedua belah pihak, Yasmin meminta Nafisah, sang kakak untuk menggantikan dirinya menikah dengan Ilham. B...