Chapter 9 - Kencan

111K 7K 79
                                    

Ilham memarkirkan mobilnya ketika dirinya sudah sampai di pelataran taman kanak kanak. Pria itu menunggu istrinya yang masih mengajar di sebuah ruangan di dalam sana.

Bibirnya terangkat membentuk senyuman ketika melihat cara mengajar istrinya. Begitu sabar dan lembut. Ia tau jika menjadi guru tk harus memiliki tingkat kesabaran yang sangat besar. Dan Nafisah memiliki kesabaran yang besar itu.

Ilham melirik jam tangan yang di pakainya. Masih setengah jam lagi Nafisah keluar, batinnya berkata. Ia memang datang lebih awal untuk menjemput Nafisah karena ia ingin mengajak gadis itu berjalan-jalan.

Ilham tak ingat kapan terakhir ia keluar untuk berjalan-jalan. Karena sewaktu ia hidup sendiri, ia terlalu fokus pada pekerjaan dan sibuk di rumah bermanjaan dengan Rissa.

Ilham menyandarkan kepalanya pada sandaran jok. Perlahan matanya ikut terpejam membuatnya tertidur beberapa saat.

Sementara di tempat lain Nafisah mengucapkan salam yang langsung di jawab serentak oleh murid-murid memggemaskannya. Satu persatu muridnya maju ke depan untuk menyalim kemudian berbalik pulang bersama orang tua mereka.

Ketika semua sudah pulang, Nafisah pun keluar. Matanya berpencar mencari sosok suaminya. Tadi, ketika ia ingin memberitahu jika ia sudah keluar Nafisah mendapati lesan jika suaminya sudah menunggu.

Dan tak butuh waktu lama, Nafisah langsung menemukan sosok suaminya dengan mata terpejam di balik kemudi. Ia segera menghampiri suaminya kemudian membuka kursi dei sebelahnya.

Ilham belum terbangun karena kehadirannya. Nafisah memposisikan dirinya untuk menatap Ilham dari samping. Ia menimang cukup lama apakah harus membangunkan suaminya atau membiarkannya tertidur hingga bangun sendiri.

Nafisah pun membiarkan Ilham tertidur hingga beberapa menit berlalu pria itu mulai terusik. Ilham mengerjapkan matanya kemudian terpekik kaget mendapati Nafisah tengah menatapnya sambil tersenyum.

"Assalamualaikum, Mas. Maaf Naf langsung masuk, soalnya nggak tega kalau ngebangunin Mas," ucapnya sambil memcium punggung tangan Ilham.

"Mas tidurnya lama ya?"

Nafisah menggeleng, "Nggak ko."

Ilham mengusal wajahnya kasar kemudian merileksan badannya. "Padahal kalau Mas masih ngantuk nggak usah jemput Naf. Naf udah biasa pulang sendiri."

"Meskipun kamu udah biasa, kalau di rumah ada Mas, Mas bakal berusaha antar jemput kamu walau Mas masih butuh istirahat."

Hati Nafisah berdesir hangat, malu-malu ia mengulum senyum.

"Kamu tau, sejak Mas menikah, prioritas dalam hidup Mas mulai berubah. Mas nggak bisa memikirkan hidup Mas sendiri ketika ada seseorang yang menjadi tanggung jawab Mas untuk Mas lindungi."

"Mas..." Nafisah tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya menatap mata Ilham yang memancarkan kesungguhan di dalamnya.

"Kamu istri Mas dan akan menjadi prioritas yang pertama untuk Mas. Mas memiliki janji yang besar yang akan di pertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah."

"Mas Ilham ..."

Ilham tersenyum, ia menggenggam tangan Nafisah lembut. "Naf beruntung punya suami seperti Mas."

"Mas lebih beruntung memiliki pendamping seperti mu, Nafisah."

💞💞💞

Nafisah tak dapat menahan senyumannya ketika Ilham mengajaknya ke sebuah tempat wisata. Jujur sekali, seumur hidupnya ini kali pertama dirinya mengunjungi tempat wisata.

Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang