Chapter 25 - Teman Kecil

100K 6.5K 232
                                    

Kay Kasih bonus yang kemarin kecewa nggak ada Nafisah-Ilham.

* * *

Siangnya di hari itu, Ilham dan Nafisah langsung check out. Meski tidak tidur lama, wajah mereka bisa di katakan lebih segar ketimbang saat subuh tiba.

Saat ini, Ilham sedang mencari tempat makanan untuk mereka makan. Karena tadi keasyikam tidur, keduanya tidak sempat makan dari kemarin sore.

"Kamu mau makan apa Naf?" tanya Ilham.

Nafisah yang sedari tadi menatap jalanan menoleh. "Terserah..."

"Soto ayam mau nggak? Perut Mas udah bunyi nih dari tadi."

"Boleh ... Maaf ya Mas, karena Naf Mas jadi nggak makan dari kemarin. Apalagi tenaga pasti kepake banget."

Mendengar itu sontak wajah Ilham memerah. Namun, ia mengalihkannya dengan fokus menyetir tanpa melihat Nafisah.

"Nggak apa-apa ko Naf," ucap Ilham di tengah kegugupannya.

Nafisah yang melihat rona merah di wajah suaminya ikut tersenyum. "Jarang-jarang Naf lihat Mas Ilham merona gitu," ucap batinnya sambil terkikik pelan.

Perut sudah kenyang waktunya pulang. Ketika mobilnya berhenti di depan rumah, Ilham menangkap seorang perempuan duduk di teras rumahnya.

"Clara?" gumamnya setelah mengenali sosok perempuan itu.

"Siapa Mas?" tanya Nafisah.

"Itu ada temen Mas," jawab Ilham seadanya.
Setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar bersamaan. Ilham yang berjalan lebih dulu membalas senyum yang di tunjukan Clara.

"Lo ngapain kesini?" tanya Ilham setelah memperkenalkan Nafisah sebagai istrinya.

"Ada yang mau gue omongin. Terkait kerjaan lo kemarin sih."

Ilham sepertinya mengerti apa yang akan mereka bahas. Namun, tidak dengan Nafisah. Gadis itu terdiam dengan pikiran bertanya-tanya.

Ilham menyuruh Clara duduk lalu menyusul Nafisah yang berada di dapur untuk membuat minuman.

"Naf, kamu temenin Clara dulu ya?"

Nafisah mendongkak dengan wajah bingung. "Kenapa nggak Mas aja?"

"Di rumah ini nggak ada siapa-siapa. Mas nggak mau berduan sama Clara walau Mas tau nggak akan terjadi apa-apa. Jadi kamu temenin sebentar ya?"

Nafisah tersenyum girang lalu mengangguk. Tidak ada yang di obrolkan lebih sebatas pengenalan oleh Nafisah dan Clara hingga Ilham datang.

"Jadi apa yang mau lo omongin?" tanya Ilham tanpa basa basi.

Sebelum berbicara, Clara memandang Nafisah. Secara tersirat, ia menatap Nafisah tidak suka karena harus mengganggunya bersama Ilham.

"Nafisah istri gue, jadi lo ngomong aja nggak usah ragu," ucapan Ilham menyentak Clara.

Clara mengangguk walau hatinya dongkol karena Ilham bisa sepeka itu.

"Lo kemarin di tegur kepala bagian penerbangan. Udah dua kali lo nyerahin tugas ke Bagas. Dan lo akan dikenai sangsi."

Ilham menghela napas, ia tahu hal ini bakal terjadi.

"Hmm ... gue tau."

Clara mengambil sebuah amplop putih berlabel maskapai penerbangan mereka. Ia menyerahkannya pada Ilham.

"Itu surat dari atasan. Gue di suruh kasih itu sama lo."

"Oke, makasih buat Informasinya."

Clara mengangguk dan ia pun langsung pamit karena tak ada yang harus di obrolkan lagi. Seharusnya Clara bisa membahas masa lalu mereka.

Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang