Special part buat kalian yang nunggu extra partnya. Semoga kalian sukaaa 😄
.
.
.
.Ilham membuka pintu kamar diam-diam. Ia tersenyum menatap Faris yang terlelap dalam pelukan Nafisah. Ia mengecup kening Faris yang sudah berusia lima tahun.
Kemudian tatapannya beralih menatap Nafisah. Ia mengusap kening sang istri yang berkeringat. Perlahan Ilham menarik tubuh Nafisah dari pelukan Faris dan membawanya menuju kamar mereka.
Hampir seminggu tak bersama Nafisah, ia merindukan senyum manisnya. Tidak. Ia merindukan semua hal yang ada pada Nafisah. Entah itu senyum, caranya berbicara, atau cara perempuan itu menatapnya.
Nafisah sedikit terusik ketika Ilham menurunkannya di ranjang. Ilham bergabung di sebelah Nafisah. Matanya tertuju pada perut sang istri. Dimana ada jabang bayi yang tumbuh di rahim Nafisah.
Masih teringat saat Nafisah memberitahunya seminggu lalu saat ia akan bekerja. Hampir saja Ilham tak bekerja karena khawatir di tinggal sendiri saat kehamilannya masih rentan.
Ilham terheran menatap Nafisah yang menangis. Ia segera menghampiri sang istri dan memeluknya. "Jangan nangis dong sayang. Minggu depan Mas pulang kok."
Dengan wajah basah oleh air mata Nafisah mendongkak. "Mas..." panggilnya.
Ilham menghapus bulir air mata yang mengalir. "Nggak biasanya kamu gini. Kenapa tiba-tiba menangis?"
Nafisah mengeluarkan sesuatu dari saku gamisnya. Sebuah benda pipih yang langsung ia berikan pada Ilham.
"Alhamdulillah Naf hamil lagi Mas," jelasnya sambil menangis.
Ilham yang melihat bukti di tangannya itu mengerjap tak percaya. Ia menatap wajah dan perut Nafisah bergantian.
"Naf ini--"
Nafisah mengangguk kuat. Ia membawa tangan Ilham ke perutnya. "Adeknya Faris udah ada. Allah amanah lagi sama kita."
"Kita periksa ya? Mas akan telpon Bagas kalau Mas izin."
Nafisah menahan tangan Ilham kemudian menggeleng. "Naf tunggu Mas pulang. Jangan izin-izin lagi kayak gini, nanti Mas makin cape."
"Tapi--"
"Mas... Dedek bayinya loh yang minta. Dedek bayinya nggak mau kalau Ayahnya sakit."
Ilham terkekeh kemudian mengecup kening sang istri lama. Bersyukur dia. Sungguh. Kurang baik apa Allah menghadirkan perempuan sepengertian Nafisah.
"Tunggu Ayah ya sayang," ucap Ilham kemudian mengecup perut Nafisah.
Ilham tersadar saat Nafisah bergerak. Ia bisa merasakan tangan Nafisah di pinggangnya dan wajahnya yang semakin rapat dengan dada. Senyum mengembang di wajah lelah Ilham.
Sebelum benar-benar terlelap ia mengecup kening Nafisah.
💞💞💞
Faris terlihat antusias saat Ilham mengajaknya untuk bertemu dengan calon adiknya. Sejak pagi Faris melihat Ilham, ia langsung meminta mandi pagi.
Ilham dan Nafisah hanya tersenyum melihat keantusiasan putra sulungnya itu.
"Nah, yang bulet ini calon bayinya Ibu Nafisah. Usianya baru sekitar sebulan."
Nafisah tersenyum menatap janin yang masih kecil itu. Faris yang berada dalam gendongan Ilham menatap bingung layar. "Ayah, ko adeknya kayak gitu?"
"Adeknya masih kecil sayang, Kakak Faris harus nunggu sembilan bulan kalau mau ketemu sama adek."
Bibir Faris cemberut. "Sembilan bulan? Lama dong Yah."
![](https://img.wattpad.com/cover/113396761-288-k675181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]
SpiritualitéKarena kesalahan Yasmin, pernikahannya bersama seorang pria bernama Ilham terancam batal. Namun, karena tidak ingin mengecewakan keluarga besar kedua belah pihak, Yasmin meminta Nafisah, sang kakak untuk menggantikan dirinya menikah dengan Ilham. B...