Chapter 5 - Rumah Mertua

123K 8.2K 130
                                    

"Habis dari mana?"

Pertanyaan Ilham membuat Nafisah yang baru masuk kamar terpekik kaget. Ia menatap wajah sang suami yang duduk tak jauh dari dirinya berdiri.

"Emm, itu habis dari bawah Mas."

"Nemuin Ibu?"

Nafisah mengangguk. Ilham menghela napas panjang kemudian menepuk kursi sebelahnya.

"Sini duduk," pinta Ilham dan Nafisah langsung menghampiri sang suami.

"Ibu bilang apa? Marah?"

Nafisah tidak menjawab, ia hanya menghela napas panjang membuat Ilham mendengus.

"Udah berapa kali kamu di tampar?" tanya Ilham dingin membuat Nafisah menoleh dengan wajah tak percaya.

Dari mana Mas tau?

Ingin sekali ia berbicara seperti itu. Namun, rasanya tidak mungkin. Alhasil Nafisah bungkam dengan wajah tertunduk.

"Kamu nggak mau bilang sama Mas?"

Nafisah tetap pada posisinya membuat Ilham mengusap wajahnya kasar. Ia memposisikan duduknya untuk menghadap Nafisah.

Tangannya terulur menyentuh pipi putihnya yang memerah. Ilham meringis, bukan merah karena merona tapi merah karena rasa nyeri yang di timbulkan atas aksi Ibu kandungnya sendiri.

"Mas minta kamu jangan sembunyikan apapun sekarang. Mas berhak tau. Mas berhak ngelindungin kamu sebagai istri Mas. Sekalipun dari tangan Ibu kandung kamu."

Nafisah masih diam, namun tetes air mata sudah mengalir karena tak kuasa dengan ucapan Ilham.

"Naf salah, jadi Ibu marah." Akhirnya Nafisah berbicara.

"Naf kan nggak boleh keluar dari rumah tapi sekarang Naf malah pergi ikut Mas. Jadi Ibu marah dan nggak sengaja nampar Naf."

Saat seperti ini saja kamu masih mengatakan ini sebuah ketidaksengajaan? Kenapa Nafisah? Kenapa?

Ilham tak mampu berkata lagi. Lebih baik ia bungkam lalu menenangkan gadis itu agar tenang dan tidak memikirkan Ibunya terlalu jauh.

💞 💞 💞

Setelah shalat dzuhur, Ilham dan Nafisah pergi ke kediaman Ilham. Perjalanan memakan waktu satu jam karena jalanan yang macet di jam makan siang.

Sesampainya di sebuah rumah bertingkat yang besar, Ilham segera menggenggam tangan Nafisah,  membawanya untuk mengenal tempat tinggal barunya.

"Assalamualaikum, Bunda," salam Ilham dan Nafisah sambil menciumi punggung tangannya.

Rissa tersenyum, "Waalaikumussalam, ayo masuk."

Nafisah tersenyum kaku lalu mengikuti langkah suaminya. Setelah berbincang sebentar, Rissa pamit ke kamar dan Ilham mengajak Nafisah menuju kamarnya.

Sejenak, Nafisah terpesona dengan rumah ini. Ada aksen nuansa timur tengah di dalamnya. Ilham membuka kenop pintu yang berada di ujung lorong.

"Ini kamar Mas."

Nafisah melepaskan genggaman tangan itu kemudian berjalan untuk melihat-lihat kamar. Matanya jatuh melihat beberapa bingkai foto yang di susun dekat jendela besar.

Tangan Nafisah terulur mengambil sebuah foto dimana sang suami tengah tersenyum sambil merentangkan tangannya di depan pesawat.

Matanya membulat saat melihat seragam yang di pakainya. Cepat, Nafisah berbalik untuk menatap Ilham yang hanya tersenyum simpul di tempatnya berdiri.

Cinta Halal - [ Marriage Love Series 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang