3

2.2K 111 0
                                    

Aidan mengambil beberapa pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper. Aidan akan menginap di hotel yang sama dengan Seena. Setelah semuanya siap, Aidan turun ke bawah, kopernya dibawakan oleh salah satu pekerja di rumahnya. Mobil itu pun berjalan meninggalkan halaman rumah Aidan.

Saat Aidan sampai, Aidan tak perlu repot-repot pergi ke resepsionis karena dia adalah pemilik hotel ini. Semua kuis yang dimenangkan oleh Seena sebenarnya murni dari pekerjaannya. Aidan sudah mengatur semuanya sejak awal.

Staf hotel membungkuk saat melihat Aidan masuk. Aidan menyapanya dengan senyuman dan masuk ke lift. Kamarnya berada tepat di sebelah kamar Seena.

Aidan sampai di kamarnya bersamaan dengan keluarnya Seena dari kamarnya. Seena sudah berpakaian rapi. Dengan sengaja, Aidan menyenggol bahu Seena, dan tanpa sengaja justru membuat dompet Seena terjatuh. Padahal niatnya tak sejauh itu.

"Maaf, Tuan. Saya tidak melihatmu," ujar Seena tidak enak dengan bahasa Italia, karena melihat pemuda yang ada di sebelahnya memiliki wajah orang Italia seperti pada umumnya.

"Tidak apa-apa. Saya yang seharusnya minta maaf, saya tidak melihat-mu." Seena hanya memberinya senyuman dan berjalan pergi.

Aidan melihat kepergian Seena. Ternyata Seena benar-benar cantik, bahkan lebih cantik dibanding foto yang didapatnya. Dengan rambut panjang sebahu, hidung mancung, bibir tipis, dan matanya yang berwarna hazel.

Aidan melihat dompet Seena yang terjatuh dan segera mengejar Seena. "Hey, you!" panggil Aidan sambil mengejar Seena. Seena menatapnya bingung.

Aidan menyodorkan dompet milik Seena. "Dompetmu terjatuh." Seena segera mengecek barang-barangnya yang ada di dalam tasnya dan memang benar dompetnya tidak ada.

"Oh, terima kasih!" Aidan mengangguk.

Aidan mengulurkan tangannya. "Aidan." Seena membalas uluran tangan Aidan, "Seena."

Seena melihat jam di pergelangan tangannya. Hari ini dia sudah punya banyak rencana untuk mengelilingi banyak tempat. "Aku pergi dulu ya."

Aidan menahan lengan Seena mengatakan bahwa dia ingin bergabung. Seena seperti pernah melihat orang di hadapannya ini, tapi Seena kemudian tidak terlalu memikirkannya. Seena akhirnya menyetujui permintaan Aidan, mengijinkannya untuk mengikutinya.

"Are you sure? Tapi bahasa italia-mu terlihat sangat fasih tadi?" Seena menatap Aidan ragu saat Aidan mengatakan dia tidak terlalu bisa bahasa italia.

"Saya hanya bisa beberapa kalimat penting. Makanya setelahnya saya melanjutkan pembicaraan kita dengan bahasa inggris." Aidan merutuki dirinya yang melakukan kesalahan ceroboh, untungnya Aidan memiliki alasan yang bisa membuat Seena percaya.

Seena mengajak Aidan masuk ke dalam taksi. Aidan sebenarnya paling tidak suka naik taksi, Aidan lebih suka menyetir sendiri. Tapi Aidan tidak mungkin membuat kesalahan bodoh lagi. Meskipun hanya kesalahan kecil tetap saja itu bisa berdampak buruk pada rencananya.

"Oh, ya, Aidan. Aku rasa aku pernah melihat-mu, tapi di mana ya?"

Aidan terlihat terkejut. "Benarkah? Mungkin hanya mirip."

"Ya, mungkin begitu. Tapi kenapa kamu seperti orang terkenal? Karena setiap orang yang melihat-mu, mereka terlihat terkagum-kagum?"

"Mungkin mereka mengira saya mirip seorang selebriti yang mereka kenal."

Seena mengangguk setuju. "Biarkan pandangan mereka, jangan sampai menganggu-mu. Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan."

"Kenapa kamu begitu yakin?"

Seena menggeleng tidak tau. "Entahlah. Hanya yakin."

"Mau makan?" tawar Aidan.

"Aku udah makan tadi. Kamu mau makan? Yaudah kita pergi makan aja dulu." Seena mengajak Aidan pergi ke tempat makan. Bukan restoran mewah seperti yang selalu Aidan kunjungi.

Ah, dekat dengan Seena sepertinya sangat merepotkan, tidak ada hal yang sesuai dengan harapannya. "Makan di sini aja ya?" Mau tak mau Aidan mengangguk.

Jika Aidan tidak berpura-pura seperti ini, dia pasti bisa naik mobilnya sendiri, makan di restoran mewah seperti biasanya, dan memesan makanan yang sesuai dengan seleranya tentu saja.

"Kamu makan lagsana kan? Mungkin dari pemandangannya tidak menarik, tapi aku yakin rasanya lezat."

"Kamu yakin?" Seena mengangguk.

Aidan mencicipi lasagna itu. Ternyata tidak seburuk itu, rasanya cukup lezat menurut Aidan. "Ini enak," katanya.

"Nah, benar kan!" Aidan mengiyakannya.

Setelah selesai makan, mereka pergi melanjutkan perjalanan mereka ke beberapa tempat dan setelah itu kembali ke hotel saat sore hari.

***

LEGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang