Seena di kamarnya menggigil kedinginan setelah pulang basah-basahan tadi. Rasanya seluruh tubuhnya tidak enak dan kepalanya pusing.
Aidan yang ada di kamar sebelah, menyadari keadaan Seena, dan langsung berlari ke kamar sebelah. Aidan menekan masuk saat Seena membukakan pintu kamarnya. "Kamu kenapa?"
"Oh, aku gapapa kok. Cuma dingin aja nih."
Aidan menyentuh dahi Seena. Tubuhnya begitu panas. "Gapapa apanya? Kamu demam!" Aidan membawa Seena ke tempat tidurnya dan menyuruhnya berbaring.
Aidan setengah berlari ke toilet untuk membasahkan sapu tangannya yang akan digunakannya untuk mengkompres. Selagi Aidan di toilet, ponsel Seena berbunyi. Mau tak mau, Seena bangkit dan meraih ponselnya.
Nama Peter memenuhi layar ponselnya. "Halo? Kenapa?"
"Gapapa, aku cuma mau memastikan keadaan kamu. Soalnya kemarin aku hubungi kamu, tapi kamu ga angkat. Jadi aku mau meyakinkan kalau kamu itu baik-baik aja."
"Oh? Kamu khawatir?"
Aidan yang melihat Seena tidak di tempat tidurnya, refleks sedikit berteriak, mengatakan, "Kamu ngapain di sana? Saya kan suruh kamu istirahat aja tuh di tempat tidur. Kenapa gamau dengerin orang ngomong sih?"
Seena sedikit menjauhkan ponselnya saat melihat Aidan sekarang berjalan ke arahnya. Menyuruh Aidan diam dengan memberikan kode. Yaitu dengan menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya, Aidan memilih diam.
"Seena? Kamu lagi sama orang lain ya?"
"Hah? Enggak kok. Itu staf hotel, lagi bersih-bersih dianya."
JLEB! Aidan yang berada di samping Seena, merasa ditusuk sangat dalam dengan perkataan Seena. "Ganteng gini disamain sama pelayan hotel. Tukang bersih-bersih lagi," komplen Aidan tidak terima.
"Tapi kok tadi aku dengernya dia suruh kamu istirahat? Kamu gapapa kan?"
"Kamu salah dengar kali? Tadi dia suruh aku berdiri dulu kan mau bersihin tempat tidurnya," alibi Seena lagi.
"Eh aku tutup ya? Baterai aku sisa dikit." Nah yang kali ini memang benar, karena lupa mengisi baterai ponselnya. Sekarang isi baterainya di bawah 10%. Peter mematikan panggilannya.
"Apa kamu bilang? Saya pelayan hotel? Tukang bersih-bersih?" omel Aidan setelah melihat Seena mengisi baterai ponselnya dan berbaring di tempat tidur.
"Kalau ga gitu nanti aku diomelin. Peter kan galak. Apalagi tau kalau kamu itu cowok, mau tanggung jawab kamu kalau dia omelin aku?"
"Emang dia siapa? Pacar kamu?"
"Bukan sih. Dia sahabat aku."
"Nah kan dia bukan siapa-siapanya kamu. Cuma sahabat. Kenapa dia repot-repot omelin kamu? Well, ya, kecuali kalau dia suka sama kamu."
"Enggalah, kita kan cuma sahabatan."
"Iyain. Sekarang tidur aja, gausah bawel. Biar cepat sembuh."
"Cie kamu peduli."
"Kalau kamu sakit, saya gabisa kemana-mana. Gausa kegeeran gitu," bantah Aidan cepat.
Seena melirik Aidan kesal. "Udah sana, kamu balik aja ke habitat kamu tuh."
"Saya di sini aja. Kalau kamu kenapa-kenapa, saya bisa bantu."
"Kalau peduli ngaku aja sih. Jangan malu-malu gitu," ujar Seena sembari naik ke tempat tidurnya.
"Saya kan sudah bilang tadi, kalau kamu kenapa-kenapa, saya itu gabisa kemana-mana. Kan selama beberapa hari ini saya ngikutin kamu."
"Tau ah. Kamu tidur di lantai atau di sofa aja ya. Biar lebih aman daripada tidur di tempat tidur yang sama."
"Gausah kegeeran gitu sih. Saya juga gaada niatan apa-apain kamu. Saya juga ga niat sama yang rata gitu. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, gaada yang narik perhatian saya sama sekali."
"Sialan!"
"Jaga bicara kamu. Selama ini saya anggap kamu sopan, perempuan ga baik berkata kasar."
"Iya, iya, maaf. Keceplosan."
"Tidur, astaga! Susah banget disuruh tidur, kaya saya suruh kamu minum racun aja. Udah tidur, jangan ngomong lagi."
Kenapa anaknya bisa beda banget dari bapaknya? Jangan-jangan salah ambil waktu di rumah sakit, batin Aidan kesal.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGIO
Teen FictionKetika Seena dihadapkan tiga pilihan, siapa yang akan Seena pilih? Peter yang adalah sahabatnya, Aidan yang terobsesi dengan dendamnya, atau Adam sahabat dekat Aidan yang akhirnya jatuh hati kepada Seena? ps...