Di dalam kamarnya, Seena benar-benar dilanda perasaan kecewa dengan banyak hal. Kecewa dengan Aidan, dengan Adam, bahkan dengan dirinya sendiri.
Tapi, satu hal yang menjadi pertanyaannya. Apa yang dilakukan ayahnya sampai Aidan menjadi dendam kepadanya? Apakah ayahnya pernah menyakitinya?
Pintu kamarnya kembali diketuk. Seena bisa menebak itu Peter. Tapi Seena tidak ingin bertemu siapa-siapa sekarang, dia saja menolak saat Aidan meminta menemuinya, apalagi Peter. "Pergi, Peter. Aku tidak mau bertemu dengan siapapun."
"Setidaknya biarkan aku melihat kondisi-mu, Seena. Tidak ada Aidan di sini, hanya ada aku."
"Pergi, Peter. Leave me alone, please." Sekarang tak ada ketukan pintu lagi, Seena mendengar derap langkah seseorang.
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu lagi, kali ini terdengar suara orang tuanya. Kali ini, Seena memutuskan untuk membuka pintunya.
Orang tuanya masuk dan menanyakan keadaannya. Tapi, Seena mengabaikan pertanyaan itu. Pandangannya teralih ke arah ayahnya. Ayahnya menatap putrinya bingung.
"Papa ga pernah rahasia-in apapun dari Seena sama mama kan?" tanya Seena.
Tedd mengangguk. "Untuk apa juga papa rahasia-in sesuatu dari kalian. Ada apa, Seena?"
"Papa yakin? Selama ini, Seena selalu percaya sama papa. Tapi Seena yakin ada satu hal yang belum papa kasitau."
Tedd menunggu ucapan Seena selanjutnya. "Papa kenal Aidan?"
Tedd tertawa beberapa saat, meski tawanya itu terdengar sangat canggung. "Tentu saja. Dia yang sering datang ke rumah dan mengajak-mu jalan-jalan kan?"
"Ada apa sebenarnya, Seena? Kenapa menanyakan pertanyaan seperti ini?" Katherine terlihat benar-benar bingung.
"Bukan, bukan seperti itu. Oke, Seena ganti pertanyaannya. Apa papa pernah bertemu dengan Aidan sebelumnya?"
Tedd terdiam. "Kamu mau ngomong apa sih, Seena? Mana mungkin papa kamu kenal Aidan?" sahut Katherine.
"Tunggu sebentar, Ma, Seena bisa jelaskan. Tapi sekarang Seena benar-benar penasaran dengan satu hal ini. Hanya sebentar." Katherine mengangguk.
Seena kembali menatap ayahnya penuh harap. "Tolong jawab jujur pertanyaan Seena, Pa."
"Ya, papa pernah bertemu Aidan. Darimana kamu mengetahuinya?" jawab Tedd setelah cukup lama terdiam.
"Apa yang terjadi antara papa dan Aidan?"
Tedd menghela nafasnya pelan. "Dulu papa pernah tidak sengaja menabrak Aidan dan orang tua. Tak lama setelah itu, papa dapat kabar, ternyata orang tua Aidan meninggal, tapi tidak dengan Aidan.
"Dari kabar yang papa dengar, Aidan terus mencari pelaku tabrakan itu. Papa terlalu pengecut untuk mengatakan papa pelakunya, bahkan papa menghapus semua bukti rekaman di jalanan itu. Menyuruh semua orang tutup mulut dengan uang."
Seena menatap ayahnya tidak percaya. "Apa papa tau karena papa sangat pengecut, Aidan jadi dendam. Karena dendam, Aidan ingin membalas semua perbuatan papa lewat Seena. Sayangnya, Seena terlanjur menyukainya.
"Seandainya papa bertanggung jawab dan tidak se-pengecut itu untuk mengakui kesalahan dan minta maaf kepadanya, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini."
"Maafkan papa, Seena."
"Seena mengantuk, Seena mau istirahat. Tolong tinggalkan Seena sendiri." Seena terbaring membelakangi orang tuanya.
"Seena, maaf, maafkan papa." Katherine meninggalkan kamar Seena tanpa menunggu suaminya. Katherine hanya tidak menyangkan kenapa merahasiakan hal sepenting ini darinya dan putrinya.
Di lain tempat, Aidan benar-benar menemui Adam. Sekarang Adam berdiri tepat di hadapannya. "Ada apa dengan semua ini, Adam? Apa Nessa yang menghasut-mu?"
"Nessa tidak menghasut-ku. Tapi memang begitu kejadian sebenarnya, Aidan."
"Puas kau telah menghancurkan semuanya? Tenang, Adam, jika Seena memang membenci-ku. Dia tidak akan hanya membenci-ku, tapi juga kau."
"Sekarang, Adam, katakan apa yang kau inginkan tapi tinggalkan Seena. Jangan pernah mendatanginya ataupun menghubunginya."
"Kau merebut semuanya dariku, Aidan. Tidak bisakah kau biarkan aku memiliki Seena?"
Aidan menggeleng. "Aku tidak pernah merebut apapun dari-mu, Adam. Tidakkah kau sadar bahwa aku selalu mendukung-mu? Sejak dulu aku selalu mendukung-mu."
"Kau merebut semuanya, Aidan, kasih sayang papa dan semuanya. Aku bahkan mengabaikan cita-citaku demi mengikuti kata-kata papa, agar setidaknya aku bisa dilihat oleh ayahku sendiri."
"Adam, tidakkah kau tau betapa ayahmu itu menyayangimu? Apa kau tidak tau saat ayahmu menyuruhmu menjadi sepertiku, dia justru berharap kau tetap konsisten. Kau tetap dengan pilihanmu. Apa kau tau betapa kecewanya ayahmu saat kau meninggalkan kursus dan semuanya yang berhubungan dengan piano?"
"Dia tidak pernah memaksa-mu dan seharusnya dulu kau mengatakan bahwa kau ingin menjadi pianis bukan pebisnis. Dan sekarang, setelah semua kesalahan yang kau lakukan, kau menyalahkanku?"
"Mulai sekarang, kau bukan sahabatku, Adam. Kau orang yang berbeda dengan Adam yang aku kenal selama ini. Aku tidak akan melakukan apapun meskipun aku ingin, aku memaafkan-mu. Tapi aku benar-benar tidak akan menemui-mu lagi." Cukup sampai di sana, Aidan memilih pergi dari sana. Jika tetap di sana, dia akan menjadi lebih kesal, jadi lebih baik pergi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LEGIO
Teen FictionKetika Seena dihadapkan tiga pilihan, siapa yang akan Seena pilih? Peter yang adalah sahabatnya, Aidan yang terobsesi dengan dendamnya, atau Adam sahabat dekat Aidan yang akhirnya jatuh hati kepada Seena? ps...