Menuai Harapan

603 11 2
                                    


DEG!
kini mata Ravil hanya terfokus pada perempuan itu, perasaan Ravil terasa ada yang berbeda dari sebelumnya melihat perempuan ini disini.
'kenapa harus dia yang jadi pacar lo Wa kenapa?!!!' ucap Ravil di dalam hati.

Dewa membalas perkataan Ravil didalam hati karena Dewa memang mengetahui omongan semua orang walaupun masih berada di benak tiap tiap orang.
'NO BUKAN DIA PACAR GUE VIL!!!' ucap Dewa teriakk kepada Ravil
aku berjalan maju dan duduk di kursi meja makan berhadapan dengan perempuan ini. Kuandangi mukanya lekat lekat
'ini pacar lo wa?!' ucapku pelan
'kakak kakak Rara kok nangis?' ucap Neo dan menghamburkan lamunanku. Aku berlari keluar hanya membawa handphone dan earphone ku, aku tidak tau mengapa ini bisa terjadi padaku, sialnya memang ini kenyataan..

aku hanya berlari tanpa ada arah tujuan dan tiba tiba aku seperti menabrak sesuatu yang cukup keras seperti bahu seseorang. Tanpa berpikir panjang aku diam diposisi ini entah ini bahu siapa, tetapi aroma parfumenya tidak asing lagi bagiku
'lo nangis aja semau lo keluarin semua yang pengen lo keluarin tapi jangan pernah nangis lagi besok dengan alasan yang sama' ucapnya sambil memelukku sangat erat agar suara tangisanku tidak begitu jelas untuk didengar. ucapannya terdengar mirip seperti ucapan Dewa saat menenangkanku disaat anda melukaiku tempo hari kemarin.

Ucapannya ini masuk ke daun telingaku dan otakku mengikuti ucapannya, aku kenal suara ini aku kenal! mengapa anda datang disaat seperti ini? apa ingin menyakitiku lagi? baru saja kemarin anda mematahkan harapan baikku.. mengapa anda datang seolah olah peduli dengan diriku dan tangisanku?

'kenapa kamu datang disaat seperti ini?' ucap Ravil.
'gue mau bales kesalahan gue di hari kemarin Vil gue sangat ngerasa bersalah dengan kejadian abis dari cafe waktu itu'
'kenapa kamu berubah drastis kaya gini?'
'stop dulu nangisnya Vil, gue gamau cerita kalo lo masih kaya gini, kalo lo masih mau nangis 2 sampe 5 jam lagi.. gue bakal disini sama lo nemenin lo'

Aku mendengar nya seakan air mataku langsung keluar sederas air terjun yang tidak ada pembatasnya. dua puluh menit berlalu suasana menjadi hening karena isakan tangisku kini sudah hilang, kemeja hitam yang dikenakannya seakan akan menjadi kemeja yang baru saja diambil dari cucian basah.. tentu, basah karena air mataku yang mengalir amat derasnya.

'udah? udah selesai nangisnya?'
aku hanya mengangguk dan iapun melepas pelukannya lalu menggandeng tanganku untuk masuk kedalam mobilnya. Aku hanya menurutinya saja karena aku sangat lemas.
Mobilnya melaju saat diperjalanan hanya suara radio yang mengisi kekosongan tidak ada percakapan sedikitpun diantara kami, tatapanku hanya lurus kedepan, tibatiba mobilnya berhenti dan aku tersadar

'loh kok berenti?'
'lo liat ga kita dimana?'

aku memutar mataku ya Tuhan ini ditaman komplek rumahku bukan?

'mau ngapain ya kita kesini?' saat aku berbicara kepadanya dia sudah menghilang dari kursi sebelahku. Bunyi pintu mobil terbuka dan aku terkejut ia membukakan pintu untukku dan mengulurkan tangannya..
'ayo turun' ucapnya sambil mengangguk. aku pun menurutinya tapi tidak memegang tangannya. Dia hanya tersenyum melihat kejadian itu.

Aku dan dia duduk di kursi taman yang menghadap ke sebuah danau buatan yang kalau malam dipinggirnya banyak sekali lampu taman yang menyala nyala.
'Vil..' ucapnya memanggilku
aku menengok 'ada apa kak?'
'kenapa lo suka sama gue?'
aku terdiam pandanganku kembali lurus kedepan tidak lagi melihat wajahnya.
'kakak tau dari siapa?'
'sahabat lo'
'Dewa?'
'iya'
'dia gak tau kalo aku suka sama kakak' what?! aku?! kenapa jadi aku kamu ngomongnya Vil! damn gue jadi kaku gini, pake aku kamu segala..
'lo gapernah cerita tapi dia tau sama kelakuan lo'
aku terdiam lagi.. dan dia melanjutkan
'gue boleh cerita sedikit gak?'
'boleh kok cerita aja'
'gue daridulu ngejar ngejar cewe yang gue kira itu adalah cinta pertama yang bakal gue dapetin cewe pertama yang buat gue jatuh cinta, cewe pertama yang bikin gue beda dari diri gue sendiri.....' belum sempat melanjutkan aku hanya berpikir Gea lagi?
'tapi gue salah, salah besar.. gue mencoba ngeliat lo, posisi lo sama kaya gue.. gue yang mencoba mengejar Gea dan Gea tetap dalam posisinya bareng Irham. hanya gue aja yang gapernah mau ngadepin kenyataan kalo dia itu bukan orang yang tepat untuk bareng sama gue' Angga tertunduk
'kak..' panggilku, Angga pun mendongak kan kepalanya
'ada apa? lo sakit hati ya denger nama Irham dan Gea lagi?'
'bukann.. kak aku tau posisi aku sama seperti kakak, emang terkadang orang yang kita cintai belum tentu cinta sama kita juga, tapi kenapa kakak ga terus berjuang untuk ngedapetin Gea?'
'Vil, harapan gue gaada.. lo pasti pernah ngalamin rasanya lo cinta sama orang tapi engga dibales?'
'iya.. kayak yang kakak lakuin ke aku sekarang' ucapku. Gila! seorang Ravil ngomong kaya gitu.. yaampun keceplosan macam apa kaya gini?! mukaku memerah sehabis berucap seperti itu.
'kok muka lo jadi merah si abis ngomong gitu sama gue? Hahaha..'
'kakk!' teriakku
'ihh makin merah mukanya. Hahaha. tenang aja Vil gue suka kok kalo cewe to the point gitu.' aku hanya menutupi mukaku dengan kedua tangannku sampai Angga berhenti menertawakanku. Mengapa ucapan seperti tadi bisa keluar dari mulutku?! sebodoh apa wajahku saat ini, aduhhh! malu banget.

'gue sekarang mau bales apa yang lo lakuin ke gue kok Vil'
aku tidak mengerti maksudnya, karena aku banyak bergumam sendiri, lalu aku menurunkan tanganku dan menatapnya penuh tanya
'maksud kakak?'
'dicerna aja sendiri gue gamau ngulang dua kali' ucapnya dan berdiri..

Kini dia mengajakku untuk melepas lampion, ya di taman komplek ku memang suka ada yang membuat lampion dan menulis harapannya lalu melepasnya ke udara..

'ayo, pikirin satu harapan lo Vil, yang gue tau pasti bakal terkabul kalo lo tulus nulisnya di lampion lo'
'harus aku nulis? tapi kakak jangan liat ya'
'kenapa enggaboleh diliat?'
'ada filosofi yang aku baca, kalo kita lagi berharap dan berdoa, dan itu dikasih tau ke orang lain nanti jadi ga kekabul'
'oh gitu ya?'
aku mengangguk 'kak boleh nanya ga?'
'apa?'
'kenapa kakak dipanggil Angga?'
'karena nama gue Airlangga Dirgantara.. sebebernya itu nama di sekolah kalo temen gue dari kecil dan sodara-sodara gue manggilnya Irga'
hooh namanya Airlangga Dirgantara finally i got your name Mr. Airlangga..
aku mengangguk dan mengambil lampion milikku serta spidol untuk menuliskan harapanku.

Dear God,

Aku Ravilda ingin menitipkan harapan kepadamu yang aku tuliskan di lampion ini...
Permintaanku tidak muluk muluk hanya seperti permintaan permintaanku sebelumnya..
Jadikanlah dia Airlangga Dirgantara menjadi hal terbaik dan tidak terlupakan di kehidupan ku dan hilangkanlah jika ada kesedihan diantara kami..
I want him in my life, God. Tolonglah, kabulkan.

with love,
wanita kecil yang sedang jatuh cinta
Tertanda, Ravilda Syani Priyanka

'sudah nulis harapannya Vil?' ucap nya menghampiriku
'sudah kak'
'yaudah nyalakan dulu apinya abis itu kita terbangin bareng bareng'
'iya'
aku menaruh spidolku dan beranjak untuk menerbangkan lampion milikku, setelah bapak bapak penjual lampion ini menyalakan apinya, aku dan Angga saling bertatap mata. YaTuhan jantungku mau copot pipiku memerah. aku sangat salting dibuatnya
'gausah grogi gitu kali wkwkwk' ucapnya cekikikan melihat tingkahku yang begitu konyol
'ayo di terbangin ya lampionnya.. pas hitungan ke 3 kita lepas ok?'
aku hanya mengiyakan.. kami berdua berhitung bersama sama
'1...2...3...' aku dan Angga melepas lampion itu dengan berharap ini adalah suatu pertanda yang baik untukku kedepannya bersama Angga, tak lama semakin naik ke atas, aku bertepuk tangan setelah melepas lampionku, rasanya sangat lega bagiku bisa melepas lampion bersama dirinya.

Tidak kusangka hari ini menjadi hari baik setelah kejadianku yang suram tadi pagi.
Percayalah tidak ada suatu kebetulan, aku pun salah satu orang yang tidak mempercayai adanya kebetulan, karena Tuhan pasti mempunyai alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Tapi, tentu saja kita akan mengetahui setelah hal itu benar benar sudah terjadi

Tibatiba bibir Angga mendekat ke samping telinga ku "lo lucu kalo ngomong aku kamu, gue suka" ucapnya sambil tersenyum.

Aku merinding mendengar kalimat itu, jantungku seakan berhenti berdetak selama 1 menit ya ampun aku harus apa, aku salting pasti pipi ku memerah lagiiiiiiiii.. tak kusangka aku juga menyunggingkan senyuman kecil dibibirku.
"kakk" ucapku lembut
"mau balik"
"hmm okk gue anter"
Aku mengangguk dan kami berdua berjalan kearah mobil yang Angga parkirkan tak jauh dari taman.

Sesampainya didepan rumahku, aku berpamitan dengannya sebelum aku turun dan masuk kedalam rumah.
"makasih ya kak"
"iya samasama Vil."
Akupun turun dari mobilnya dan berdiri melambaikan tangan sampai akhirnya mobil itu melaju dan lama kelamaan tidak terlihat oleh pandangan mataku.

Aku masuk kedalam rumah dengan keadaan sangat bahagia, tidak pernah aku sebahagia ini,  pergi dengan orang yang paling kusuka, yang kucintai, yang paling kudambakan.. seakan akan semua berjalan sesuai keinginanku, ingin rasanya aku berteriak agar langit mengetahui kalau aku sangat bahagia!


see u next part readers, enjoy the story🎈if you want to next, just comment and vote.☺
Don't be a silent readers ya.

Saat Aku MelihatmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang