Prolog : Duniawi

1.1K 67 34
                                    

Ketika manusia yang menganggap dunia fana ini menjadi keabadian hidup, menggantungkan harapan dan masa depan kepada dunia yang semakin menua setiap detiknya. Bukan aku, yang terlahir sebagai perwujudan emosi, nafsu, kemarahan, dan kemurkaan para manusia. Entah untuk apa para penguasa langit melahirkanku ke bola dunia yang semakin menyepit ini. Alasan yang tak pernah ku ketahui hingga sekarang. Aku bukanlah dewa yang mengatur segala urusan manusia, menghantarkan mereka ke dunia abadi yang dipenuhi penghakiman Sang pemilik langit, bukan juga si pengedali perputaran kehidupan manusia. Aku sama dengan yang lainnya, berjalan mengikuti arus Sang Kuasa langit dengan menunggu penghakiman selanjutnya.

Terkadang mereka menganggapku hebat, yang akan menjadi anak, adik, teman, saudara, kakak, orangtua, tetua bahkan leluhur untuk mereka yang mengabdi padaku. Tidak! aku tak pernah meminta sujud ataupun tundukan kepala dari si murka yang menyebut diri mereka sebagai manusia biasa. Aku hanya menginginkan dunia yang semestinya.

Aku yang lahir dari ego, nafsu, kemurkaan, keserakahan, ketidakadilan, kebodohan, dan kegilaan manusia ...

Aku yang tumbuh di bawah keluh kesal mereka pada dunia ....

Aku yang tidur diatas ranjang amarah dan penghakiman tak adil milik si rakus pengijak rakyat lemah ....

Aku yang bermimpi di atas mimpi buruk awan hitam dengan sambaran petir dan amukan badai ....

Aku yang terbangun setelah nafsu dan emosi itu menghilang ....

Dan, aku yang hidup di bawah atap ketidakpastian duniawi ....

Berjalan diatas jalan kotor yang dibangun oleh tangan-tangan kasar ditengah terik sinar Sang surya yang kini diselimuti hangat oleh dedauan kering yang jatuh dari tempat asalnya.

Aku tumbuh bersama perputaran dunia. Dengan rantai besi yang terikat kuat di leherku, seakan siap untuk mencekikku ketika aku mencoba untuk

--mencampuri urusan dewa--

Akulah romansa itu, yang orang lain sebut sebagai malapetaka, yang orang lain sebut sebagai amukan duniawi
tak ada yang bisa mendiskripsikan bagaimana aku hidup, aku mati, atapun aku berada. Semua terdengar seperti angin berlalu. Ketika dunia yang orang kata hanyalah fiksi fana semata. Itulah bagian dari diriku. Ketika seseorang menganggap ku ada maka, aku akan ada. Ketika orang menganggapku lenyap, maka aku akan hilang.

Aku bukanlah pemilik jagat raya namun, aku mengetahui banyak kehidupan di dalamnya. Aku bukanlah penentu takdir masa depan namun, aku paham betul apa itu masa depan. Aku bukanlah pemberi kehidupan ataupun penentu kematian. Karena aku bukanlah Dewa.

Ketika dunia fana ini mulai digelayuti kebodohan dan ketidakadilan, dipenuhi dengan nafsu sesaat, dihiasi taman berbunga bangkai, menjadikan manusia hanyalah sebagai penghias semata. Dengan keyakikan bahwa dunia fana ini akan menjadi abadi. Disaat seperti itulah aku terlahir sebagai -Kisah kehidupan- atau orang menyebutku sebagai -Romansa-

ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang