XIII : Rasa

71 16 2
                                    

"Ikuti aku."

--------

"Aku tak tau mengapa aku menyembunyikan kematianku dari dewa lara. Serasa terjadi begitu saja."

"Dia baik-baik saja rupanya."

"Bagiamana cinta pertama hidup kembali sebagai takdir kematian?" Aku menyeringai. Melipat keningku samar. Terkadang aku sempat berpikir tentang alasan mengapa manusia memiliki rasa cinta, kasih, dan sayang. Perasaan yang oleh jiwa sepertiku diangap sebagai nafsu sesaat. Akan tetapi, sama seperti halnya manusia yang memiliki rasa penyesalan dalam cintanya. Sama seperti itu juga aku mulai menyesali takdir yang dibuat terhadap ku. Kematian diatas tangan cinta pertamaku --Jeon JungKook-

"Aku ingin keluar sebentar. Kau bisa beristirahat jika lelah," ucapku menepuk ringan pundak Jung Ho Seok. Pria yang masih menatap pilu satu lagi pria yang terbaring kaku di dalam peti dengan asap biru yang keluar dari celah-celah tubuh pria berkulit putih langsat itu.

"Bukankah kau sakit?"

"Aku akan lebih sakit di sini. Pria ini adalah salah satu dari dosa terbesarku," lanjutku memutar tubuhku. Menghilang sesaat setelah menciptakan sudut 45 derajat.

🍂🍂🍂

Apa lagi ini? Bukankah dewa sudah menentukan takdirnya untuk tidak bertemu denganku lagi?

Aku menyimpitkan mataku, mencoba menerka apa yang sedang pria berlesung pipi ini pikirinan. Setengah jam yang lalu, kala kami bertemu di persimpangan tempat manusia biasanya menunggu rambu hijau untuk menyembrang. Aku yang harus mengikuti aturan tersebut ikut terhenti di sisi jalan. Tujuan awalku adalah menunggu seperti yang lainnya akan tetapi, mobil hitam yang datang dengan tuan pemilik seorang pria yang tak asing untukku. Melambaikan tangannya diikuti dengan senyum lebar di bibir tebalnya. Menyuruhku masuk setelah itu. Dan, membawaku ke tempat kami berbicara banyak untuk pertama kalinya. Restoran daging Korea.

"Sudah lama kan?" ucapnya dengan mulut yang masih penuh dengan remukan daging.

"Bukannya kau kembali beberapa hari lagi?"

Pria itu mengangkat bahunya cepat. Diikuit dengan kepalanya yang menggeleng ringan.

"Bagiamana keadaan Kim Taehyung?"

"Hei, Park Ansa, bukannya menanyakan kabarku yang mengajakmu ke tempat mahal seperti ini. Kau malah menanyakan kabar pria lain?"

"Memangnya kita pacaran? Kim Nam Joon?"

"Kau maunya begitu? Baiklah, tak masalah untukku."

Tak masalah? Aku yang akan bermasalah dengan atasan Min Suga. Mengubah takdir diambang kematianku? Tidak, untuk sekarang aku tak ingin memberontak dengan takdir konyol ini.

"Kim Nam Joon, Mianhae." (*Maaf*)

"Karena menolakku?"

"Insiden jantungmu waktu kita bertemu. Aku tak sengaja melakukannya." Kim Nam Joon membulatkan matanya. Diliriknya sekilas gadis berambut coklat tua dengan wajah yang kian memucat setiap harinya.

"Kau mengakuinya?"

"Itulah kemampuan terkutukku. Membunuh dengan membekukan jantung manusia. Awalnya aku berpikir untuk membekukan jantung Kim Taehyung setelah itu. Akan tetapi aku tak bisa melakukannya. Tak akan bisa."

ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang