Sepuluh : Serpihan Puzzle

85 20 2
                                    

🍂🍂🍂

Kim Taehyung berjalan ringan menyusuri setiap petak ubin yang sedikit memantulkan bayangan tubuh tingginya. Perlahan tangannya menarik kursi besi yang masih menempel rapat pada meja besar dengan setumpuk buah-buahan di tengahnya. Perlahan ia meletakkan buku tebal yang sedari tadi berada dalam pelukan hangatnya.

Lembar pertama, terlihat jelas dengan susunan huruf diperbesar dan dicetak tebal dengan gaya tulisan yang seakan mencerminkan bahwa isi selanjutnya adalah cerita ber-genre horor.

"Tentang Romansa," ucapnya lirih sembari mengusap perlahan lembar kertas yang sudah berwarna kecoklatan tanda usianya yang jauh lebih tua dari si tuan pemilik.

Kim Taehyung kembali menempatkan ujung jari lentikknya tepat di ujung sisi lembar buku tua itu. Perlahan menarikknya untuk membuka lembar kedua --lukisan Romansa--

Ia mendesah pelan. Lukisan yang sebelumnya terasa begitu asing untuknya. Namun, setelah mengunjungi rumah gadis yang membuatnya jatuh hati saat pertama melihatnya itu, lukisan bayangan tak bertuan yang dipangku naga api itu terasa tak asing lagi untuknya. Sekarang otakknya mulai berkerja.

Hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi,
Pertama --leluhur gadis itu juga mempercayai legenda tentang romansa--
Kedua --ataukah ia pemilik bayangan dalam lukisan itu?--

Kim Taehyung menggelengkan cepat kepalanya. Sesegara mungkin ia hapus pikiran konyolnya untuk dugaan yang terakhir --pemilik bayangan romansa--

"Taehyung-ah, kau sudah pulang?" Dua pria tampan yang baru saja menekan beberapa angka password rumahnya itu menyeru. Diikuti dengan langkah kakinya yang kian jelas mengarah mendekat tepat pada pria berhidung lancip berbaret coklat tua yang sepadan dengan warna rambutnya.

"Oh, Joon-hyung, Jin-hyung." (*Panggilan kakak laki-laki oleh adik laki-laki*)

"Jangan bilang kau mengobrak-abrik isi gudang hanya untuk menemukan buku ini?" Kim Seok Jin berjalan mendekat. Merebut paksa buku tebal yang tergeletak nyata di meja kaca tempat Kim Taehyung bermeditasi untuk membaca isinya. Hampir, sebelum dua pria yang sedarah dengannya itu datang mengacaukan aktivitas membacanya.

Kim Taehyung menggeleng ragu, "Hanya memindahkan beberapa barang. Nanti akan ku kembalikan."

"Aish, dan akhirnya aku yang akan melakukannya," sahut Kim Seok Jin megacak kasar rambut pria berhidung lancip itu. Membuat topi baret coklat milknya terlempar jauh ke lantai.

"Hyung~ topiku akan kotor nanti."

"Lagian, untuk apa kau mengambil benda tak bergua semacam ini?" Kim Nam Joon menyela. Menarik buku kuno dengan sampul coklat tua dan beberapa aksara kuno yang menghiasi disetiap tepinya.

"Tentang Park Ansa, ku rasa dia sedikit aneh."

"Benar kan? Itulah yang ingin kukatakan sebelumnya. Bukan hanya tentang caranya membuat jantungku seakan berhenti. Akan tetapi juga, nada bicaranya, kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya."

"Jin-Hyung, kau tak curiga?"

"Kita mengenal satu gadis yang sama dalam rentang waktu yang sama. Tentunya aku juga akan ikut curiga. Akan tetapi, bukankah itu hanya akan membuang waktuku saja?"

ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang