XIV : Pengakuan takdir

65 17 2
                                    

"Nugu?"

Kim Taehyung memutar kepalanya. Waktu itu memang ia hanya bisa memendam rasa pemasarannya dalam hati. Ruangan dengan asap biru dan hawa dingin yang menusuk tulang kala ia membuka pintu kayu berlukisakan naga dan bayangan tak bertuan. Kali ini, ia bisa melegakan seluruh pikian buruknya tentang ruangan itu. Kini kakinya sudah berdiri tegap di tengah ruangan tak berjendala itu. Menatap datar sekotak peti yang memunculkan asap biru dari celah-celah lubangnya. Seorang pria yang tertidur kaku di dalam peti dengan ukiran kuno itu nampak benar-benar asing untuknya.

Pria berhidung mancung itu memutar tubuhnya. Menatap satu lagi pria yang baru saja menyeretnya untuk masuk ke ruangan itu. Min Suga, pria yang masih menatap sayu sesosok tubuh yang dalam pikiran Kim Taehyung adalah mayat beku.

"Nugu-ya?" tanya Kim Taehyung untuk ke dua kalinya. Pria yang ia tuju atas pertanyaan singkatnya itu hanya diam dengan desahan ringan yang keluar dari celah bibir merah mudanya. (*Siapa?*)

"Cinta pertama Park Ansa, Jeon Jungkook."

Kim Taehyung melipat keningnya. Yang baru ia katakan adalah cinta pertama? Bukankah katanya Park Ansa itu adalah hukuman kutukan dari dewa? Lalu? Ia juga pernah jatuh cinta? Haruskah Kim Taehyung cemburu dengan itu?

"Tapi, bagaimana ia bisa di dalam sana? Ia sudah mati?" Min Suga menggeleng pelan. Matanya kini berpindah haluan. Menatap pria yang hanya terdiam tak mengerti untuk fakta yang baru saja ia dengar. Mungkin ia sedikit mengerti tentang kehidupan Park Ansa, seorang gadis yang bisa dikatan bukan manusia. Hidup abadi dalam kutukan bayangan romansa tak bertuan. Menurut dongeng alias lengenda yang ia baca, Park Ansa adalah tokoh utama dalam dongeng itu. Romansa.

Akan tetapi, tidak untuk pria yang terbujur kaku yang entah bernyawa atau tidak. Pria berambut hitam pekat dengan bibir tipis pucat itu tak pernah ia dengar dalam sejarah bayangan romansa. Bahkan sebagai pemain kacangan sekalipun.

--Roh yang menyebut dirinya sebagai bayangan tak bertuan. Yang hidup atas kutukan sang langit. Ia datang. Turun sebagai manusia yang berjalan tanpa bayangan dan detak jantung. Ia datang dengan tujuan mencari target kehidupannya. Entah untuk dibunuh, dimakan, dikutuk, dijatuhi perasaan cinta abadi darinya. Tak ada yang pernah tau. Mungkin hari ini ia tak datang. Akan tetapi, mungkin esok, lusa, atau akhir tahun. Dengan cahaya yang meredup dan para penghuni langit yang menjerit, ia akan datang. Sebagai bayangan terkutuk. Romansa--

Itulah dongeng yang diturunkan leluhur untuknya. Teori tentang kedatangan romansa ke dunia. Yang menurutnya hanyalah cerita kuno tak beralaskan. Namun, hari ini, ia menyadarinya. "Target" yang dimaksud dalam cerita leluhurnya itu adalah dirinya. Kim Taehyung.

"Kau bisa menghidupkannya. Dengan darahmu." Min Suga menepuk ringan pundak Kim Taehyung. Aneh rasanya jika ia harus memohon kepada seorang anak manusia. Untuk itu, ia hanya bisa meyakinkan pria itu untuk sekarang.

"Jika aku menghidupkan jiwanya maka, apa yang akan terjadi?"

"Kematian Park Ansa di tangannya. Ketika roh dalam tubuhnya kembali bangkit maka, disaat seperti itulah kematian Park Ansa datang."

"Simpelnya, Park Ansa akan mati?"

Ming Suga mengangguk ragu, "Begitulah."

"Bagaimana jika aku tak mau melakukannya?"

"Park Ansa dan rasa sakit serta penyesalan dalam hidup abadinya. Itu yang akan terjadi."

"Aku tak ingin membunuh Park Ansa. Jadi, lebih baik cari jalan keluar yang lain," ucap Kim Taehyung menaikkan nada bicaranya. Sekarang, ekspresi wajahnya pun berubah. Menatap getir pria yang hanya terdiam membisu setelah mendengar pernyataan darinya. --Tak mau--

ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang