XI : Sang Kutukan

76 19 9
                                    

--Kau yang selalu memintaku mengutukmu lewat seribu bahasa dari sumpah serapah tentang Sang langit.--

--Aku tak pernah meminta banyak darimu, hanya cukup mencari seorang anak dewa yang ditakdirkan hidup di atas kematianmu--

--Bagaimana bisa kau mengabaikan hal semacam itu? Mengingkari semua janjimu untuk datang sesaat sebelum aku membebaskanmu--

--Kaulah yang mengutuk dirimu sendiri dengan selalu membawa nama atas dewa--

--Itulah hukuman terbesarmu selain karena ulah nafsu duniawi itu.--

Aku mencengkram hebat kepalaku. Menarik rambut coklat tuaku dengan kuatnya. Sakit, benar-benar sakit rasanya. Sekarang, bukan hanya bagian tubuhku yang terasa begitu menyakitkan akan tetapi juga, seluruh jantung dan hatiku. Jantung yang sudah tak berdetak selama ribuan tahun dan hati yang sudah membusuk bersama jantung yang tak berdetak.

Aku terdiam sesaat. Perlahan butiran bening itu turun dari kedua kelopak mataku. Air mata. Benda yang tak pernah turun selama 1121 tahun terakhir.

"Argh~~" Aku mengerang keras. Diikuti dengan tubuhku yang mengeliat hebat bak cacing tanah yang tersengat sinar uv. Sakit, benar-benar sakit. Inikah bagian dari kematian yang menyakitkan itu?

--Siang dan malam kau hanya menyibukkanku dengan pertanyaan, siapa itu Kim Seok Jin? Seorang pria yang datang sebagai pembangkit rasa milik bayangan romansa. Lalu mengapa aku menciptakan Kim Nam Joon? Dan bagaimana menjelaskan tentang Kim Taehyung?--

--Itulah takdirmu, takdir yang dibuat oleh ribuan dewa terhadapmu.--

-Kim Seok Jin yang datang bersama embusan angin yang berlalu. Yang sebenarnya membisikkan padamu untuk tidak menatapnya. Salah siapa yang datang untuk mencampuri takdirnya? Kaulah kesalahan itu. Yang mengotori tangan suci milik dewa api --Min Suga--

-Jika saja kau tak mencampuri antara urusan kematiannya waktu itu mungkin, ia tak akan pernah menghambat kematianmu seperti sekarang. Mungkin juga kau tak akan gemetar seperti sekarang.-
(*Cerita chapter dua*)

--Jika saja kau tak menggantungkan antara hidup dan kematian seorang anak didiku yang ku beri nama Kim Nam Joon, mungkin takdir kematian pelenyapan bayangan romansa sudah terjadi. Dengan kau yang akan menjadi mayat abadi dalam sejarah keturunan dewa.--
(*Cerita Chapter satu*)

--Semua hanya mati dalam pengandai dan lenyap dalam imajinasi. Kau yang lagi-lagi mengotori sampah dosamu dengan dosa lain, dengan membawa atas namaku. Seharusnya tak boleh begitu.--

-Romansa, segeralah temui kematian menyakitkan yang sudah kujanjikan kala itu. Dan akhiri semua dosa dan kutukan tentangmu.--

--Sebagai anugrah karena bersedia menerima kutukan dengan memberi kutukan lain maka, aku akan menyisihkan manusia sebagai penghantar kematianmu kelak. Akan tetapi sebagai kutukannya~--

"Ansa~ya, kau baik-baik saja?" Suara seorang pria yang datang membangunkanku. Membuat kedua mataku yang tadinya hanya merespon dengan air mata kini mulai terbuka. Keringat turun dari kedua celah pelipisku.

Aku menatapnya. Seorang pria yang masih menatapku dengan tatapan gemetarnya. Min Suga.

"Kau menangis? Benarkah? Wah, pemandangan macam apa ini? Benar menagis?"

Aku mengerutkan keningku samar diikuti dengan gerakan bibir merah mudaku yang mulai mengerucut tajam. Sial, kupikir pria yang baru saja berlari dari kamar miliknya itu akan menenangkanku, setidaknya memelukku dengan hangat.

ROMANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang