"Aku serius."
"Kalau begitu, aku juga merindukanmu."
---
"Sudahlah, ini tak akan berhasil." Aku kembali mentap pria berponi naik itu. Seberapa kalikah aku mencoba untuk menghilangkan dendam dan memulai hubungan persahabatan sebelum kematian menyakitkan itu datang padaku nyatanya, aku tak akan bisa melakukan hal semacam itu. Terlalu berat dan mustahil untuk mengakhiri dendam yang tertanam selama ribuan tahun.
"Jika tak ada yang ingin kau katakan. Aku akan kembali sekarang." Park Jimin beranjak. Hampir saja tubuh kurusnya itu berputar dengan tujuan menghilang dan kembali ke tempat asalnya. Namun, gerakannya terhenti oleh suara lirihku yang memanggil ragu namanya.
"Aku sudah menemukannya." Park Jimin berbalik. Kembali menatapku kala suara gemetar terdengar jelas di sela-sela suaraku.
"Kim Taehyung?"
"Gomawo." (*terimakasih*)
"Untuk apa? Karena tak membunuhmu?"
Aku menggeleng ringan, "Karena membiarkan aku bertemu dengan takdir kematianku sekarang."
"Atasanku lah yang menemukan kalian. Kenapa berterimakasih padaku."
"Kau juga bisa mengatakannya nanti padanya. Ini pertama kalinya."
"Park Ansa ...," Aku mendongak. Untuk pertama kalinya, Park Jimin menyebut namaku dengan nada lembut. Biasanya, Ia akan menyebut namaku kala keadaan yang mendesak. Itupun dengan nada yang seakan-akan menyebut satu umpatan mengerikan yang akan mengotori suara sucinya.
"Mianhae." (*maaf*)
"Untuk apa?"
"Entahlah, yang jelas maaf karena bukan musuhmu ini yang nantinya memegang belati suci untuk membunuhmu."
Aku terdiam sejenak, tersenyum samar.
"Nado ..., nado mianhae." (*Maafkan aku juga*)
"Untuk?"
"Maafkan aku karena tak bisa memaafkanmu yang tak bisa menepati janji untuk membunuhku."
🍂🍂🍂
"Jadi, kau akan mati besok?"
"Tidak."
"Lalu? kau bilang kau bertemu dengan pria yang ditakdirkan untuk membangkitkan hukuman romansa."
"Aku baru saja melepasnya pergi sementara waktu. Jadi ..., selama ia kembali nanti, aku masih bisa menemuimu dan menyumpahmu."
Aku menatap sayu langit-langit ruangan putih tak bermotif dengan satu lampu besar yang tergantung di tengahnya. Medesah perlahan. Aku memang sudah menemukan tujuanku selama ini. Bukankah seharusnya aku senang? Ah entahlah, bahkan sekarang aku membiarkan pembangkit hukuman untuk bayangan romansa itu menghilang sesaat.
"Argh~" Aku mengerang pelan. Jantungku? Ah, ku rasa bukan, jantung tak terletak di leher. Aku menekan kuat jenjang leherku. Diikuti dengan gerakan kedua kakiku yang perlahan bangkit dari posisi awalku. Sakit. Ini bahkan lebih sakit daripada jantung bayangan romansa yang bereaksi kala aku gagal membekukan jantung milik manusia.
"Aaahh~" Tubuhku tersungkur ke lantai. Sekarang tulang-tulangku mulai ikut memprotes dengan rasa nyeri yang kalah hebatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA
Fanfiction[COMPLETED✔] Cast : Romansa (Park AnSa) All member of BTS sinopsis : "Untuk apa bertanya padaku, tentang siapa itu aku?" "Seharusnya akulah yang bertanya padamu, siapakah kau itu?" "Kau bukanlah takdir kematian menyakitkan untukku, akan tetapi baga...