Aku hanya tersenyum samar,
"Selain pertanyaan itu aku masih bisa menjawabnya."-----
"Wah, kau ini konstisten sekali." Kim Nam Joon melipat tangannya tepat di depan perut kurusnya. Diriliknya sekilas gadis yang hanya terdiam tak berekspresi di depannya. Aku, ya, selain hanya menjawab pertanyaan pria jangkung itu dengan nada datar. Aku tak ingin melakukan apapun. Terlebih mengungkap identitas tentang bayangan romansa.
"Jadi, untuk apa kau datang ke rumahku? Bukan karena merindukanku kan?"
"Jika itu bisa membuat obrolan kita selesai, anggap saja seperti itu. Aku merindukanmu, Kim Nam Joon."
Pria di depanku terdiam mematung. Medesah pelan diikuti dengan gerakan tubuhnya yang memutar. Membuang padangannya jauh dari gadis yang terbilang aneh untuknya.
"Kau itu, apa kau selalu blak-blakan seperti ini? Gadis macam apa kau ini. Cih, benar-benar gila," umpatnya menatapku datar. Tak ada obrolan penting selanjutnya,sebelum akhirnya langkah kaki mengema jelas di telingaku.
Langkah itu, aku pernah mendengarnya. Dia akan datang. Sesosok pria yang ku sebut sebagai anugrah dewa. Pria yang mampu membuat jantung mati milik bayangan romansa seakan kembali berdetak. Membuat darah beku dan hati busuknya kembali berkerja setelah beribu tahun lamanya. Bukan, namun ia bukan takdir kematian mengerikan untukku. Siapa dia? Siapa dia sebenarnya? Yang mampu menatap kedua bola mata kutukan dewa tanpa amarah dan kebencian. Kim Seok Jin.
"Park Ansa? Kau kah itu?" Benar saja, derapan langkah kaki yang beberapa menit lalu ku dengar jelas mengema di telingaku itu kini diikuti dengan suara lembut milik pria berambut coklat pekat. Aku tersenyum samar, diikuti kedua tanganku yang melambai ragu. Harap-harap dapat lambaian tangan dari pria yang kutuju.
"Kenapa datang ke sini?"
"Aku mencari Kim Tae Hyung," jawabku cepat. Hanya mendapat anggukan kepala dari Kim Seok Jin.
"Untuk apa mencarinya. Kau bilang datang karena merindukanku?" sahut Kim Nam Joon menyela. Aku menatapnya sekilas. --Mengganggu saja-- batinku kesal. Jika saja tak ada pria tampan yang ku sebut sebagai anugrah dewa ini, sudah ku bekukan jantung pria menyebalkan itu.
"Kalian saling mengenal?"
"Hyung~ kau tak tau, dia hampir saja membunuhku dengan kekuatan anehnya. Jantungku seakan berhenti berdetak dan tubuhku menjadi sedingin es. Jika tak percaya tanyakan saja pada manager-hyung. Dia sedikit berbahaya ternyata." (*Panggilan kakak laki-laki untuk adik laki-laki*)
"Benarkah itu? Waktu itu kan jantungmu juga sakit. Bagaimana kau juga bisa membuat jantungnya sakit? Semacam telepati?"
Aku mengerutkan keningku samar. Melirik sekilas pria yang masih memasang wajah kecut miliknya. Sial, benar-benar sial. Seharusnya ku buang jauh-jauh pria ini dengan bantuan Min Suga. Ah, serasa dewa sedang tertawa atas ketidakmampuanku menghadapi roh dengan nafsu kemurkaan duniawi ini.
"Masalahnya adalah, aku tak sengaja melakukannya." Kim Seok Jin terdiam menatapku aneh. Terlihat jelas dari wajah tampan miliknya yang seakan mengatakan --kau semakin mencurigakan untukku--
"Park Ansa, bisa kita bicara? Empat mata. Sekarang," sambungnya cepat. Kali ini bukan hanya aku yang terdiam tak mengerti tentang sistem otak pria tampan itu. Namun, juga satu lagi pria berhidung pesek dan mata garis yang ikut terdiam mematung menatapku dengan tatapan seribu pertanyaan dalam otaknya.
🍂🍂🍂
Kreek~ kreek~
Suara ayunan dahan kering yang melengkung membentuk pelangi cantik sesaat hujan reda itu terdengar nyata bak alunan melodi penyejuk yang datang bersama embusan angin sore kota Seoul. Nyaman rasanya, menghirup udara segar bersama dengan lelaki yang seperempat jam lalu mengatakan untuk berbicara empat mata denganku. Yang secara tidak langsung mengusir halus satu lagi pria jangkung sedarah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANSA
Fanfiction[COMPLETED✔] Cast : Romansa (Park AnSa) All member of BTS sinopsis : "Untuk apa bertanya padaku, tentang siapa itu aku?" "Seharusnya akulah yang bertanya padamu, siapakah kau itu?" "Kau bukanlah takdir kematian menyakitkan untukku, akan tetapi baga...