Farish berjalan tergesa-gesa dikoridor kampus dengan masih memakai baju olahraga dan keringat yang turun dari sekujur tubuhnya. Dia berdecak kesal karena selalu saja ada yang menghalanginya untuk jalan, entah itu yang berdecak kagum atau terpesona karena kegantengan Farish."Kinal !." Panggil Farish saat sudah sampai didepan perpustakaan. Kinal dan Ve buru-buru keluar dari perpus, Ve sedang membantu Kinal mengerjakan tugas.
"Loe kenapa buru-buru gitu?," tanya Kinal bingung
"Gue tadi ngeliat Shania sama Beby berantem dibelakang kampus, dan kayaknya gue tau penyebab dari semua ini."
"Maksud loe?,"
"Nanti gue jelasin secara keseluruhan, gue bisa minta waktu kosong kalian berdua buat bicarain semuanya kan?. Yang terpenting sekarang kalian berdua temuin dulu Beby. Dia masih ada ditaman belakang kampus," ucap Farish
"Ok, makasih Rish." Kinal dan Ve segera berlari menuju tempat Beby sekarang.
'Gue pikir loe gak akan beneran ngelakuin semua ucapan loe waktu itu.' Batin Farish
^__^
Disalah satu kafe yang berada tepat didepan kampus, Farish, Kinal, Ve dan Beby sudah duduk dengan tenang disana. Disatu meja melingkar dengan Kinal yang menatap iba ke Beby tak beda jauh dengan tatapan dari Ve, mata dan hidung Beby yang sudah memerah karena ia tadi menangis saat sudah ditinggalkan Shania begitu saja dan Farish yang sudah siap menceritakan semuanya.
"Bisa dimulai, Rish. Gue mau pulang." Beby akhirnya mengeluarkan suaranya setelah sekiam lama menutup mulutnya rapat-rapat.
"Oh, ok gue bakal mulai. Jadi, waktu itu...."
-Flashback-
Beberapa minggu yang lalu, ketika semuanya masih berjalan dengan lancar dan seperti biasa. Farish sedang bercanda dan tertawa bersama teman-teman satu club basketnya. Tiba-tiba Naomi datang dari arah belakang dan memeluk leher milik Farish, teman-temannya yang melihat itu menjadi terdiam.
"Gue boleh minta waktunya dulu gak, gue mau bicara berdua sama Farish. Jadi, tolong tinggalin kita berdua dulu ya." Naomi tersenyum yang mampu menghipnotis semua para lelaki yang ada disana.
"Oh, iya ini juga kita udah selesai makannya." Satu persatu dari teman Farish pergi berhamburan meninggalkan meja tersebut.
"Loe apa-apaan sih, Mi. Dateng tiba-tiba langsung meluk gue, punya hubungan aja gak," ucap Farish melanjutkan acara makannya yang tadi sempat terhenti.
"Makanya cepetan ditembak dong, Rish." Naomi mengedipkan sebelah matanya, sedangkan Farish hanya menatap sinis Naomi.
"Udah cepetan loe mau ngomong apa? Main ngusir temen-temen gue lagi,"
"Gue ngeliat loe kemarin ngobrol sama Veranda, loe suka sama dia?," tanya Naomi
"Kalau iya kenapa? Kalau gak kenapa? Emang urusan loe apa?,"
"Gue mau ngajakin loe buat kerja sama ngehancurin hubungan Ve sama Kinal dan Shania sama Beby," ucap Naomi sedikit menurunkan nada bicaranya.
"Hah?! Loe ngajakin gue buat ngelakuin hal yang hina gitu? Sorry, gue bukan orang yang kayak gitu." Farish tertawa remeh.
"Hal yang hina? Haha, udah loe gak usah munafik gitu deh, Rish. Gue tau kalau loe itu pengen deket sama Ve kan?," ucap Naomi tajam
"Gue emang suka sama Veranda, tapi gue sadar kalau dia itu udah ada yang punya. Dan denger ya Naomi, gue gak suka ngerusak hubungan orang kayak loe."
Farish meninggalkan Naomi seorang diri disana, ia sudah tidak peduli dengan Naomi. Farish melambatkan laju jalannya pikirannya kembali memikirkan semua ucapan Naomi, ia sebenarnya sedikit tergoda dengan tawaran Naomi.
"Ish, gue mikir apaan sih. Gue bukan orang yang gitu, gue gak mau." Gumam Farish
-FlashbackEnd-
"Jadi, loe suka sama Veranda?," tanya Kinal menyipitkan matanya.
"Eh, itu dulu kok Nal hehe. Lagian gue udah suka sama orang lain lagi,"
"Siapa?,"
"Anak jurusan lain, namanya Melody."
"Ohh, cewek yang tinggi badannya pendek terus yang galak itu bukan?," tanya Kinal polos
"Mulut loe ya, Nal. Minta dinafkahin."
"Gue lebih mending nafkahin Veranda, dari pada dinafkahin sama om-om kayak loe." Kinal dan Farish masih terus berdebat, membagus-baguskan pasangan masing-masing. Sebenarnya Farish belum mempunyai hubungan apa-apa dengan Melody, tapi karena takut dikatain jomblo sama Kinal jadi ngaku-ngaku aja sebagai pacar dari Melody Nurramdhani Laksani yang terkenal galaknya.
"Tunggu, jadi maksudnya Sakti dan Anin terlibat dalam semua ini?," tanya Beby setelah mencerna semua cerita yang diceritakan oleh Farish.
"Kayaknya, Beb. Soalnya beberapa kali gue ngeliat mereka bertiga suka bareng-bareng terus," ucap Farish
Beby terlihat mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, matanya terpejam. Memori kenangan dirinya bersama Shania kembali berputar, tawa dan duka mereka lalui bersama. Ia tak menyangka kalau semuanya akan berjalan seperti ini, ia tidak mau hal seperti ini kembali lagi terjadi kepada dirinya.
"Tenang, Beb. Kita gak bisa buru-buru, kita harus mikirin rencana buat ngebuka semuanya," ucap Kinal
"Tapi, gimana kalau Shania udah kemakan sama omongannya Sakti? Gimana kalau Shania gak bisa berubah lagi kayak yang dulu?."
Veranda yang duduk disebelah Beby mengusap tangan Beby yang mengepal diatas meja. Mata Beby sudah berkaca-kaca, dan matanya teralihkan ke pintu kafe yang baru saja terbuka.
"Shania."
"Sakti."
~
Shania dan Sakti baru saja memasuki kafe tempatnya Beby dan yang lainnya berada. Kedua mata Shania dan Beby bertemu, Shania yang terlebih dahulu mengalihkan pandangannya.
"Sayang, mau tetep disini aja? Atau ketempat yang lain?," ucap Sakti
"Disini aja," ucap Shania yang bergelayut manja ditangan Sakti.
~
Kinal dan Farish emosinya sudah tidak bisa ditahan lagi, Ve yang masih betah menggenggam tangan Beby dengan erat. Terlihat Kinal terlebih dahulu berdiri dari bangkunya dengan disusul oleh Farish yang telah mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Brakk
"Brengsek loe, Sak." Kinal menarik kerah baju Sakti secara paksa. Dan memukul pipi Sakti dengan sangat kencang, membuat Sakti terpental lumayan jauh.
"Sakti," ucap Shania membantu Saktia bangkit.
"Loe apa-apaan sih, Nal."
Shania membawa Sakti berjalan keluar dari kafe. Bersiap-siap memasuki mobil Sakti untuk meninggalkan kafe.
Bersambung...
*****Maaf kalau ada typo dan salah-salah kata.
Sabtu, 1 Juli 2017.
Bekasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Akhir Cerita Cinta ✔
Fiksi PenggemarDia yang memulai semuanya, dia juga yang mengakhiri. Dia yang berjanji, dia juga yang mengingkari. Berawal dari pertemuan yang tidak sengaja, kamu dengan wajah yang jutek. Tidak menunjukkan senyum sama sekali dan takdir sepertinya ingin mempertemuka...