Wilson memperhatikan Cath dari meja pianonya. Cath tengah sibuk membersihkan isi lemari es di dapur. Wilson merasa nyaman meskipun hanya melihat Cath dari kejauhan ini. Entah kenapa semenjak kemarin Cath terlihat aneh meskipun ia masih memasang senyum cerianya. Tapi ia terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.
Wilson membuka Penutup tuts piano itu lalu menekan beberapa tuts disana. Matanya masih terpaku pada sosok Cath di dapur, Tangannya dengan lihai memencet tuts piano itu menimbulkan suara yang indah dan harmonis. Lagu Kiss the Rain yang dulu pernah Cath mainkan saat pertama kali Wilson melihatnya mengisi setiap sudut ruangan itu. Wilson tersenyum menatap punggung Cath seakan Cath adalah alasannya untuk tersenyum dan bermain piano ini sekarang.
Semuanya terasa benar kalau ia bisa melihat Cath didekatnya. Dan ia merasa hatinya terasa sangat hangat hanya dengan melihat senyuman Cath seperti saat ini. Saat ia sedang tersenyum kepadanya sambil bertopang dagu menatapnya tepat dimatanya. Ah.. Meskipun hanya Khayalannya, itu terasa sangat nyata.
"Kau tersenyum seperti orang bodoh." Cath bergumam didepannya.
Tangan Wilson berhenti memencet Tuts piano dan mengerjap hingga 3 kali. Ia melihat Cath bertopang dagu di Atap pianonya sambil melihat jenaka kearahnya. Ternyata tadi itu bukan khayalan Wilson. Cath benar-benar tersenyum menatapnya yang sedang bermain piano.
"Lihat, Lihat! Kau tersenyum lagi." Ujar Cath sambil menunjuknya dan tertawa. "Apa yang sedang kau lamunkan?" tanya Cath menjauhkan kepalanya.
"Kau." Jawab Wilson cepat. "aku melamunkan kau yang terlihat aneh dengan Apron dan kuncir satumu itu." lanjut Wilson bermaksud menggoda Cath.
Cath menyentuh ikatan rambut acak menyampingnya lalu memberengut. "kau tidak perlu tersenyum seperti itu juga." sahutnya sedikit kesal.
Wilson lalu bangkit dari kursinya lalu merenggangkan badannya. "Ah.. Kau memang selalu lucu dan selalu bisa membuatku tersenyum bodoh." Gumam Wilson sambil menepuk kepala Cath perlahan.
Wilson berjalan menuju Ruang tamunya dan membanting dirinya kesofa. Ia lalu menyalakan televisinya. "Pekerjaanmu sudah selesai, Cath?" tanya Wilson kemudian.
Cath terpaku saat Wilson menepuk kepalanya pelan merasa mukanya sangat panas dan jantungnya berdetak sangat cepat. Ia mengerjap lalu menoleh kearah Wilson yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu. Ia mencoba mengatur nafasnya yang terasa sesak akibat jantungnya yang tiba-tiba berpacu dengan cepat. "Ya, Kurang lebih." jawab Cath akhirnya.
Wilson menepuk sisi sofa sebelahnya lalu berkata "Kalau begitu temani aku." perintahnya.
Cath melihat datar kearah Sofa yang ditepuk Wilson dan beralih melihat Wilson yang tersenyum kepadanya. Ia lalu melihat Wajah Caroline yang tiba-tiba muncul di benaknya.
"Apa maumu?"
"Aku mau Kau menolak ajakan Wilson untuk menghadiri Pesta untuk Sabtu depan."
"Kenapa Wilson mau mengajakku?" tanya Cath bingung.
Caroline mengerjap dan dengan mudah menangkap kalau Cath merupakan orang yang lemah untuk menyadari Perasaan Wilson. "Karena Wilson merasa kasihan kepadamu." Bohong Caroline. "Aku mau kau menolaknya agar aku bisa menghadiri pesta itu bersama Wilson." lanjutnya. "Aku ingin kembali menjalin hubungan dengan Wilson dan Kau, Jangan menghalangi jalanku." Caroline menatap Cath sinis.
"Apa maksudmu aku menghalangi jalanmu?" Cath mencoba bertanya meskipun hati Cath terasa sangat sakit secara tiba-tiba.
"Karena Wilson menolak ajakanku. Dan Kau adalah alasannya."
"Tapi Wilson tidak pernah berkata apa-apa."
"cepat atau lambat, ia akan mengajakmu. Dan yang harus kau lakukan adalah menolaknya." Ujar Caroline tidak memperdulikan Cath.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid is A Princess
Любовные романыKehidupan Catherine Hovers memang berbeda dengan gadis sebayanya. Ayahnya yang seorang pengusaha ternama, membuatnya jarang mendapat perhatian dari keluarganya, nama belakang yang ia bawa membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Suatu saat Cath mem...