27. The Party. (1)

36.3K 3.7K 38
                                    

Ponsel Cath berdering riang saat ia sedang menyiapkan makan malam bersama Wilson hari itu. Cath mengernyit bingung melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Caroline?

Cath melirik Wilson yang tengah menatapnya bingung. Ia lalu meminta izin untuk mengangkat teleponnya di luar. Wilson hanya mengangguk pelan.

Untuk sejenak, Wilson melupakan kalau Cath sudah memiliki pacar. Dan telepon itu pasti dari pacarnya. Wilson mendesah seraya mengaduk kuah Sup tomyum buatannya dan Cath dengan serampangan.

"Ya?" Cath menjawab panggilan Caroline begitu ia keluar dari rumah itu.

"Kau tidak melupakan janjimu,bukan?" tanya Caroline langsung.

"Tentu saja." Jawab Cath pelan. Ia terlihat sedikit kecewa. "Aku akan mencoba meninggalkannya ditengah pesta besok." Cath mengulang janjinya untuk meyakinkan Caroline meskipun hatinya sendiri tidak yakin akan janjinya.

"Bagus." Kata Caroline sebelum akhirnya mengakhiri panggilannya.

Cath mendesah panjang. Ia tidak yakin kalau dirinya mampu memenuhi janji itu.

Cath kembali kedalam dan pandangan mata Wilson menyambutnya hangat dari dapur. Laki-laki itu seperti sedang menggusarkan sesuatu.

Cath tersenyum dan kembali mengambil alih sendok soup yang dipegang oleh Wilson. Pikirannya sendiri sedang kacau balau karena janji yang ia harus tepati besok.

Wilson berdeham dan melihat Cath yang sedang kikuk sedikit khawatir. "Bertengkar dengan pacarmu?" tanya Wilson pahit.

Cath menoleh dan menatap Wilson aneh. "Apa?" tanya Cath bingung.

"Telepon itu... Apa pacarmu memarahimu?" tanya Wilson lagi.

"Aku..."

"Sudahlah, Biar ku jelaskan pada pacarmu. Berikan ponselmu." Wilson menjulurkan tangannya meminta ponsel Cath.

"Wil." Panggil Cath. "Telepon itu bukan dari pacarku." Ujarnya masih bingung. "Dan aku juga tidak mempunyai pacar."

Wilson terbelalak. "A-Apa?!" suara Wilson menggema hingga ke sudut ruangan. Dan betapa ia merasa lega mendengarnya dari mulut Cath. "T-tapi dulu kau pernah mengakui kalau kau sudah mempunyai pacar?"

Cath mengernyit. "Kapan?"

Saat aku berusaha menciummu. "Saat kau membuat Carrot cake" Ujarnya pelan. "Kau menerima panggilan ketika aku..." Wilson menggerakkan tangannya memutar didepan wajahnya. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan situasi itu.

Wajah Cath memanas. Ia teringat ketika ayahnya menelepon saat Wilson sedang 'membersihkan' wajahnya. "Ah! Itu... Itu... Sebenarnya aku tidak mendengarmu saat itu." Jawab cath jujur sambil memamerkan giginya menatap Wilson sebentar sebelum akhirnya ia membuang mukanya agar Wilson tidak menyadari wajahnya yang memerah.

"ja-jadi selama ini aku sudah salah paham?" Tanya Wilson lebih kepada dirinya sendiri. "Juga cemburu pada orang yang tidak pernah ada wujudnya?" Bisik Wilson pelan.

"Kau sedang bicara dengan siapa?" Tanya Cath. Ia merasa reaksi Wilson terlihat lucu.

"Aku tidak sedang membicarakan apapun!" Jawab Wilson cepat. Terlalu cepat. Ia terlalu senang mengetahui kenyataan baru kalau tidak ada lagi yang berdiri menghalangi keinginannya. keinginan untuk menjadikan Cath miliknya.

***

Wilson menghentakkan kakinya tidak sabar. Sudah hampir dua jam ia menunggu di ruang tunggu Salon dan butik itu, namun sosok Cath tidak juga terlihat. Tanpa di dandani, Cath juga sudah terlihat cantik. Ia juga tidak perlu memilih gaun untuk dikenakan karena mereka sudah siap minggu lalu. Apa yang mereka pikirkan menahan Cath hingga hampir dua jam didalam sana?

My Maid is A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang