8. One in a Million.

46.5K 4.8K 32
                                    

"Kau tidak tinggal didalam?" tanya Wilson meletakan peralatan makannya lalu menatap Cath dengan alis berkerut.

"Tentu saja tidak." Jawab Cath cepat.

"Kenapa?" tanya Wilson ketus.

"karena... Karena..." Cath mencari alasan yang bagus lagi untuk di lontarkan. "Karena..."

"Cath?" panggil Wilson.

"hmm.. Karena Ibuku sedang sakit dan tidak ada yang menjaganya." Jawab Cath ragu.

Wilson mengerutkan alisnya seperti tidak percaya. Penampilan Cath tidak seperti orang kekurangan. "Kau tidak sedang berbohong kan?" sidik Wilson.

"u-Untuk apa aku berbohong?" Cath memaksakan tawanya yang terdengar terlalu dipaksa. "Kau tidak mempercayaiku?" tanya Cath ragu.

Wilson memicingkan matanya. "Kalau kau mau aku jujur, Tidak. Aku tidak mempercayainmu." jawabnya lugas. "Kau tidak terlihat seperti orang yang kesusahan." Wilson menyuarakan pemikirannya.

"Aku..."

***

"Selamat malam semuanya!!!!" Seru Sophie yang tiba-tiba muncul di balik pintu. "Aku mencium wangi lezat disini. Apa masih ada sisa makanan untukku, Cath?" tanya Sophie bersemangat menghampiri kedua orang yang tengah melihat kehadirannya dengan bingung.

"Aun--- Sophie!!" Seru Cath senang. Ia benar-benar senang Sophie tiba disaat yang tepat menyelamatkannya dari percakapan yang menyulitkan dirinya. Dilain pihak, Wilson mendengus melihat kehadiran Sophie yang tiba-tiba.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Wilson acuh sambil melanjutkan makannya.

"Aku? Tentu saja mau menjemput Cath pulang. Kasihan Ibunya sedang sakit dirumah sendirian." Sophie mengedipkan matanya dan mencolek Cath pelan. Ternyata Sophie sempat mendengar percakapan Cath dan wilson tadi. "Apa masih ada sisa makanan?" Ulang sophie mengelus perutnya.

"Ada. Tapi itu bagian Wilson." Gumam Cath sambil melirik Wilson. "Kalau kau mau, aku bisa membuatkan sesuatu?" tawar Cath.

Wilson melirik Cath sedikit. "Kalian makan saja, aku juga sudah mulai kenyang." Sela Wilson. "makan malammu juga sudah ku makan, Cath. Kau makan saja bagianku." lanjutnya.

Sophie mengerjap mendengar tawaran wilson. Sikap wilson tidak seperti biasanya, ia yakin benar itu.

"Benarkah?" tanya Cath yang membuat lamunan Sophie buyar. Apakah Cath bisa membaca pikirannya? "Kalau begitu kami akan makan setelah kau selesai." lanjut Cath lagi. Sophie menarik nafas karena kecurigaannya mengenai Cath yang bisa membaca pikirannya itu salah.

"Kalian makan saja sekarang bersamaku. Tidak usah menungguku selesai." perintah Wilson yang sekali lagi membuat Sophie mengerjap bingung.

Cath mengembangkan senyumnya. "Baiklah kalau Kau bilang seperti itu, wil!" sahutnya bersemangat. "Soph, kau masih mau makan kan?" Cath menyenggol lengan Sophie.

"a-ah.. Iya mau." Jawab Sophie tergagap. Wil? Tadi Cath memanggil Wilson dengan panggilan kecil?

Cath langsung berjalan dengan riang untuk mempersiapkan makanan bagiannya dan Sophie. Tidak memerlukan waktu lama, ia sudah keluar dengan Nampan yang berisi Sup dan 2 piring nasi beserta 2 gelas air putih. Cath meletakkan bagian Sophie di hadapannya yang sudah duduk di hadapan Wilson terlebih dahulu. Sedangkan Cath mengambil posisi duduk di sebelah Sophie. "Selamat makan!" Seru Cath melahap makanan di hadapannya.

Sophie melahap perlahan makanan dihadapannya sambil terus memperhatikan kedua orang di depan dan di sebelahnya. Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak tenang seperti ini melihat Wilson yang bersikap berbeda seperti ini? Batinnya berpikir keras. Ia melirik Wilson yang tengah melihat Cath yang sibuk dengan makanannya. Wilson tersenyum? Sophie tersedak sup yang hendak ia makan membuat perhatian Wilson dan Cath mengarah kepadanya.

"Kau tidak apa-apa?" Cath terlihat cemas sambil menepuk pundaknya lalu menawari minuman. "Apa masakanku tidak enak?" tanyanya lagi.

Sophie menerima minuman yang ditawarkan Cath lalu ia minum hingga setengahnya. "Tidak, aku tidak apa-apa" Jawab Sophie masih terbatuk. "Masakanmu selalu Lezat, Cath. Tidak usah Khawatir."

Cath menghela nafas lega mendengar Sophie masih dapat berbicara setelah tersedak. Ia kira Sophie akan pingsan kehabisan nafas tadi karena mukanya sangat merah. "Apa yang sedang kau pikirkan hingga bisa sampai tersedak seperti itu?" Cath mengomel pelan kepada Sophie.

"Tidak ada kok." Jawab sophie sambil melirik Wilson yang melihatnya bingung.

***

"Kau benar-benar tidak apa-apa tadi?" tanya Wilson kepada Sophie yang terus menerus melihatnya. Mereka berada disofa ruang tamu dan menunggu Cath berganti pakaian di dalam. "Kenapa kau terus menerus melihat ku seperti itu?" tanya Wilson Ketus.

"Kau tidak merencanakan apapun terhadap Cath bukan?!" Sidik Sophie tanpa melepaskan tatapan matanya.

Wilson mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Sophie. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Kau.... Kau tidak biasanya memperlakukan seseorang seperti ini. Terlebih membiarkan seorang Maid makan bersamamu, dan juga memanggilmu dengan sebutan Nama langsung." Sophie memuntahkan pemikirannya yang mengganggunya sedari ia menginjakkan kakinya. "Lalu tadi kau tersenyum melihat Cath sedang makan." lanjutnya ragu.

"Benarkah?" tanya wilson santai. "Bukankah kau memintaku untuk merubah sikapku?" lanjut Wilson.

Sophie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kau benar, Tapi perlakuan mu terlihat mengganjal." elak Sophie. "Apa maumu terhadap Cath?" tembak Sophie langsung.

Wilson mengernyit. "Aku tidak bermaksud apa-apa." jawabnya menatap Sophie. "Aku hanya merasa Cath itu perempuan yang Unik." Wilson menyuarakan pendapatnya mengenai Cath yang ia pikirkan dari tadi.

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu? Tadi aku memarahinya karena ia memainkan Pianoku tapi ia tidak terlihat takut tapi ia malah menghampiriku dan memegang keningku, ia bilang aku sedang demam. Setiap aku memarahinya, ia tidak terlihat takut sama sekali. Bahkan..." Wilson terdiam lalu melanjutkan ucapannya. "Aku yang merasa takut terhadapnya karena ia terlihat tidak memiliki emosi. Aku jadi enggan memarahinya. Lalu tadi aku meminta bagian makan malamnya dan ia menunjukan ekspresi kesal. Baru pertama kali ini aku melihat ekspresinya. Dan aku merasa ia sangat unik karena ia seperti takut melakukan kesalahan, tetapi dirinya sendiri tidak peka mengenai emosi orang lain."

"Jangan bilang kau menyukainya?" Sophie menatap Wilson datar.

"Jangan bercanda! ia terlihat seperti anak kecil yang sudah lama tidak pernah keluar rumah. Aku hanya senang melihat ekspresinya. Aku tidak akan pernah menyukai anak kecil sepertinya." Jawab Wilson tertawa kencang menanggapi pertanyaan Sophie. "Aku bersikap baik terhadapnya karena aku tidak tega memarahi anak kecil sepertinya. Ia terlihat seperti Adikku, Kau tahu?"

Sophie menghela nafas lega mendengar jawaban Wilson. Setidaknya ketakutannya tidak terbukti. "Kau punya Adik?" tanya Sophie.

"Tidak.." Jawab Wilson sambil menyalakan televisi di depannya.

"Lalu...? Kenapa kau bilang Cath terlihat seperti adikmu?" Sophie masih menatap Wilson.

"Maksudku, kalau ia berjalan bersamaku, Ia hanya akan terlihat seperti Adikku, bukan sebagai gadis dewasa. Kau mengerti?" Tegas Wilson. "Lagipula dari pada menganggap dia sebagai seorang gadis, Aku lebih senang menganggapnya sebagai seorang adik." tambahnya lagi.

Kali ini Sophie terlihat lebih tenang dan ia merebahkan dirinya di sandaran sofa. Wilson sibuk dengan siaran televisi yang menayangkan Film barat kesukaannya. Mereka sama-sama terdiam dan hanya Siaran televisi yang terdengar. "Kau menemukan Maid yang unik kali ini." Wilson memecah keheningan diantara mereka tanpa melepaskan tatapan mata dari televisi.

"Begitu kah?" Gumam Sophie pelan. Karena ia sendiri tidak pernah mengetahui perilaku Cath sebenarnya. Dan ia merasa selangkah lebih mengenal Cath melalui penjelasan Wilson.

***

Tbc

My Maid is A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang