Cath baru saja selesai membersihkan tubuhnya setelah Sophie mengantarnya pulang tadi. Ia baru sadar kalau setelah Wilson memberinya bunga, dan mereka bersikap seperti biasa, hatinya tidak terasa sakit. Anehnya ia malah merasa senang melihat sikap Wilson yang sedikit tidak biasa itu. Tapi begitu membahas mengenai Caroline, ia tidak dapat berbohong kalau ia sedikit kecewa. Ditambah Wilson tidak membantah begitu ia bilang Caroline berniat kembali padanya. Tapi bukankah ia seharusnya merasa bahagia? Bukankah itu artinya mencintai untuk melepas yang Sophie maksud?
Terdengar ketukan pintu pelan yang membuyarkan pemikiran Cath.
"Saya masuk, Miss." Suara lembut Nanny Gracia terdengar dibaliknya.
"Silahkan masuk, Nan." Cath beralih dari meja riasnya lalu berjalan kearah pintu. Sosok tua Nanny Gracia terlihat dibaliknya. Nanny Gracia sudah bekerja dikeluarga ini sedari Cath masih bayi. Ia juga yang menjaga Cath selama ini menggantikan sosok kedua orangtuanya.
Cath tersenyum melihat Nanny Gracia, lalu ia berbalik dan berjalan kearah kasurnya. Nanny mengikuti dari belakang.
"Kau terlihat sudah lebih baikkan, Miss." Ujar Nanny Gracia memandang Cath yang berjalan lalu terduduk di kasurnya.
"Benarkah? Aku tidak merasa sedang sakit. Dan lagi, Nanny! Sudah kubilang panggil aku Cath saja. Lagipula disini tidak ada maid lainnya." Ujar Cath manja. Ia meregangkan tangannya ingin menjangkau tubuh tua nanny didepannya.
Nanny Gracia mengerti, ia berjalan dan meraih tangan Cath dan memeluk perempuan itu erat dan terduduk di sebelahnya. Gadis yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. "Nanny sudah mengenalmu dari kecil. Jadi aku tahu apakah suasana hatimu sedang baik atau tidak, Cath." ujar Nanny masih memeluknya erat.
Cath mengadahkan kepalanya menatap Nanny gracia. "Benarkah?" tanyanya. "Apa saja yang kau tahu?"
Nanny Gracia mencubit pelan hidung Cath. "tentu saja. Siapa aku ini?"
Cath tertawa. "lalu apa saja yang kau tahu?"
"tidak banyak. Aku hanya tahu kalau kau sedang melakukan sesuatu diluar sana. Bukan berliburan dengan Bibimu pastinya." tembak Nanny Gracia tepat. "Tapi aku tidak tahu apa yang kau kerjakan. Dan aku juga tidak akan menanyaimu mengenai itu." lanjutnya. "Kau akan menceritakannya begitu kau merasa siap untuk itu."
Cath terharu mendengar omongan Nanny Gracia, sekaligus merasa bodoh sudah mencoba untuk membodohinya selama ini. "Lalu sejak kapan kau tahu mengenai hal ini?"
"Entahlah, Aku hanya tahu saja. Mungkin aku memang sudah terbiasa denganmu dan aku juga tahu kebiasaanmu." Jawabnya.
"Kau tidak marah padaku?" tanya Cath melepaskan pelukannya dan menatap Nanny dalam.
Tangan Nanny yang sudah mulai berkerut kulitnya menyentuh pipi Cath perlahan. "Tentu saja tidak. Apapun yang kau lakukan diluar sana, Aku yakin itu semua merupakan keinginanmu. Dan kami disini menginginkan kau untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginanmu sesekali. Tanpa harus terbebani oleh masalahmu selama ini." Nanny meraih kedua tangan Cath dan meletakkannya di pangkuannya. "Dan kau terlihat lebih dewasa sekarang, Cath."
"Apakah itu merupakan sesuatu yang buruk?" Tanya Cath.
"Untuk terlihat dewasa?" Ulang nanny. "Tentu saja tidak. Menjadi dewasa, kau akan mengenal banyak hal yang tidak pernah kau ketahui. Pekerjaan, Persahabatan, dan juga cinta."
"Cinta?" Ulang Cath. Jantungnya kembali berdebar begitu Nanny menyebut kata cinta dan wajah Wilson terbayang olehnya.
"ya, Cinta. Setiap orang pasti melewati proses itu."
Cath termenung. Ia sudah tahu kalau yang ia rasakan untuk Wilson adalah rasa cinta, tapi perkataan Sophie masih menjadi teka-teki untuknya.
"Nan, Apakah kalau kau mencintai seseorang, Itu tidak selalu berarti kalau kau harus memiliki orang itu?" tanya Cath akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid is A Princess
Любовные романыKehidupan Catherine Hovers memang berbeda dengan gadis sebayanya. Ayahnya yang seorang pengusaha ternama, membuatnya jarang mendapat perhatian dari keluarganya, nama belakang yang ia bawa membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Suatu saat Cath mem...