Cath bersandar pada sofa tempat Wilson tidur tadi. Sejak Wilson keluar meninggalkannya, ia kembali pada kebiasaannya sejak kemarin, melamun. Ia sudah membersihkan pecahan piring dan memastikan tidak ada yang bersisa lagi di lantai. Pakaian kotor juga sudah ia masukan ke mesin cuci.
Cath mengedarkan pandangannya kesekitar. Seminggu lagi, ia akan meninggalkan rumah ini dan kembali menjadi Catherine Hovers. Entah kenapa ia merasa berat meninggalkan rumah ini -atau pemiliknya. Cath menghela nafas panjang sambil memeganggi dadanya.
Suara mesin mobil yang sudah dikenal Cath belakangan ini terdengar. Cath mengernyit lalu bangkit dari tempatnya bersandar. Wilson kembali? Secepat ini? Cath terlihat gusar, ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya saat wilson melangkah masuk melalui pintu itu nanti, apa yang harus ia katakan kepada wilson? Apa ia harus meminta maaf atas perkataannya kalau ada yang menyinggung? Apa sebaiknya ia bersembunyi? Apakah---
Suara bel memutus pemikiran Cath. Cath kembali mengernyit melihat pintu. Kenapa Wilson membunyikan bel? Apa ia lupa passlocknya? Cath tidak bergeming. Ia ragu apakah ia harus membuka pintu itu, atau bersembunyi seakan dirinya tidak ada disini?
"Aku tahu kau didalam! Cepatlah buka pintu ini!" Suara Wilson terdengar melalui menu interkom membuat jantung Cath berdetak dengan cepat. Tanpa tersadar, Cath tersenyum.
Cath tidak lagi ragu, ia berjalan dengan cepat namun berusaha menyembunyikan senyumnya menghampiri pintu Masuk. Dengan satu hentakan, Pintu itu terbuka lebar. Namun apa yang terlihat didepannya membuat Cath membelalakan mata tidak percaya. Tidak terlihat wajah Wilson di depannya, namun yang terlihat adalah beragam warna Mawar yang dirangkai bersamaan dan terlihat indah. Rangkaian bunga itu besar sekali hingga menutupi sebagian tubuh tinggi dan besar Wilson.
Wajah Wilson menyembul keluar dari rangkaian bunga yang ia pegang. Ia hanya memamerkan deretan gigi putih dan rapihnya tanpa berkata apapun dan menatap Cath.
Apakah aku boleh berharap meskipun hanya sedikit? Batin Cath.
Seakan dapat membaca pikiran Cath, Wilson berdeham. "Apa benar anda yang bernama Catherine dengan huruf C didepannya?" Tanya Wilson merubah mukanya menjadi serius.
"Ya.." Cath tersenyum mengikuti permainan Wilson.
Wilson menyodorkan sebuah kartu ucapan dengan susah payah melalui tangannya yang tengah mengangkat rangkaian bunga besar itu. "Ada Kiriman Bunga untuk anda."
Cath menerima kartu ucapan itu dengan senang hati. Ia tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya. Itu terpancar dari senyumnya yang membuat Wilson merasa benar telah melakukan ini semua, sampai mengadakan jumpa fans dadakan di toko bunga, dan menghadapi berbagai pertanyaan dari fansnya terkait untuk siapa bunga ini di berikan. Wilson hanya berbohong kalau ini adalah titipan temannya yang malu. Ia tidak mau membuat Cath lebih kesusahan setelah apa yang ia lakukan kemarin.
"Apa yang kau lakukan? Kau bisa langsung mengatakannya tanpa perlu menulis kartu ucapan!" Cath tertawa.
Wilson merasa lega melihat senyum dan juga tawa Cath. "Hei, aku berperan sebagai kurir sekarang. Kau tidak bisa memintaku untuk berbicara." Ujar Wilson. "Kau baca saja Kartu itu." pintanya.
Cath mengangguk ringan seraya tersenyum. Ia membuka kartu itu perlahan dan membaca isinya.
"Tiada kehadiranmu, hatiku semu. Karena kesalahanku, kau berhak menghukumku. Perbuatan bodohku, sudah ku tahu. Setiap tangkai bunga ini melambangkan penyesalanku. Maukah kau menerima permintaan maafku?"
Cath tersenyum sambil melipat kembali surat itu lalu menatap Wilson.
"Bagaimana?" tanya Wilson.
Cath mengerutkan keningnya lalu tertawa. "Bukankah kau hanya kurir? Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?" canda Cath. Ia lalu merentangkan tangannya meraih Rangkaian bunga yang di pegang Wilson dari tadi kedalam pelukannya. Dengan susah payah ia mengangkat bunga yang menutupi sebagian tubuhnya lalu berusaha menatap Wilson. "Terima kasih telah repot mengantarkan ini." Ia berbalik lalu hendak menutup pintu sebelum Wilson menahan gagang pintu itu dengan cepat.
"Hanya itu?" tanyanya. "Dan kau mau menutup pintu ini membiarkanku diluar?"
"bukankah Kau hanya kurir pengantar bunga? Kenapa aku harus mempersilahkanmu masuk?" Pancing Cath.
Wilson menghela nafas sambil menyunggingkan senyumnya. "Baiklah kau menang." jawabnya. "Aku Wilson. Bolehkah aku masuk kedalam rumahku?" pinta Wilson tersenyum kepada Cath.
"Buktikan kalau kau adalah Wilson yang asli." tantang Cath tidak mau kalah.
Wilson mengernyit. Ia hanya bisa tersenyum tanpa membalas kata-kata Cath. "Kurasa sebelum aku berhasil membuatmu yakin, kedua tanganmu akan patah terlebih dulu." Wilson meraih Bunga itu dari pelukan Cath lalu berjalan kedalam.
Cath hanya bisa menggeleng tersenyum lalu menutup pintu.
Wilson meletakkan bunga yang dipegangnya di meja lalu menghempaskan dirinya kesofa. "Aku tidak percaya kalau aku dilarang masuk kerumahku sendiri."
"Kau sendiri yang bilang kalau kau adalah Kurir. Aku hanya menjaga diriku, Kau tahu?" Koreksi Cath yang sudah berdiri di hadapan Wilson. Wilson hanya tertawa.
"Biar ku letakkan bunga-bunga ini di vas." Cath meraih Bunga yang tergeletak di meja lalu berjalan kearah dapur.
"Kau tidak masak?" tanya Wilson dari ruang tamu.
"Aku tidak mengira kau akan kembali secepat ini, kau juga tidak bilang kemana kau akan pergi." Jawab Cath dari Dapur. Ia sedang sibuk membuka bungkusan bunga itu perlahan agar tidak melukai tangkainya.
"Bukankah kau bilang akan memasak bubur untukku?" tanya Wilson lagi.
"Ah! Kau mengingatkanku." Cath berseru lalu berjalan setengah berlari menghampiri Wilson. Tangannya memegang kening Wilson tanpa bisa Wilson bantah. "Kau masih demam!" seru Cath lagi. Ia berdiri lalu menarik lengan Wilson untuk bangkit. "Cepat kekamar dan beristirahat. Aku akan membuatkan bubur untukmu sekarang." perintahnya.
"Dan kau akan meninggalkanku setelahnya seperti kemarin?" Selidik Wilson.
Cath mengerjap. Ia kembali teringat ketika Caroline datang dan memintanya pergi kemarin.
Wilson menatap Cath yang tengah memikirkan sesuatu itu sedikit kesal. "Kalau kau berencana meninggalkanku lagi, Aku tidak mau beristirahat." Wilson menepis tangan Cath lalu menyilangkan tangannya didepan dada dan membuang muka kesal.
"Beristirahat lah." Guman Cath pelan.
"Tidak sebelum kau berjanji kau tidak akan pergi sebelum aku bangun tidur dan merasa lebih baik."
"Kau terlihat seperti anak kecil." Cath terkekeh melihat tingkah Wilson.
Wilson mendengus dan tetap pada aksi protesnya untuk tidak menatap Cath.
"Baiklah, Aku berjanji tidak akan pergi hari ini. Jadi, Kau..." Cath menyelipkan tangannya meraih lengan Wilson yang dilipat dan menariknya kembali. "istirahat! Sebelum aku berubah pikiran."
Wilson membiarkan dirinya ditarik oleh Cath. Ia mengikuti langkah Cath dari belakang. "Kau begitu mengkhawatirkanku?"
"Tentu saja!" Jawab cath cepat tanpa menoleh.
"Karena aku majikanmu?"
"Ya!"
"Dan karena kau mencintaiku?'
"Ya!" Cath seperti baru menyadari arti pertanyaannya Wilson. Ia kemudian berhenti melangkah. "Ehm.. Maksudku--"
Wilson tersenyum meskipun ia tahu Cath tidak sengaja masuk kedalam pertanyaan jebakannya. Tapi itu saja sudah cukup. Wilson berjalan menghampiri Cath yang terdiam dan menunduk bergumam tidak jelas. Ia lalu menggapai rambut Cath dan membelai halus seakan mencoba menenangkan Cath. "Tidak usah dipikirkan. Aku hanya bercanda." Wilson menepuk pelan kepala Cath sebelum akhirnya berjalan melewati Cath yang masih terpaku.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid is A Princess
RomanceKehidupan Catherine Hovers memang berbeda dengan gadis sebayanya. Ayahnya yang seorang pengusaha ternama, membuatnya jarang mendapat perhatian dari keluarganya, nama belakang yang ia bawa membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Suatu saat Cath mem...