Nafas Wilson terengah-engah. Pengambilan adegan berakhir lebih cepat dari perkiraan. Lawan main wilson yang bertugas menamparnya, terlihat tidak enak hati saat melakukan kesalahan sekali dan menyadari kalau wilson sedang demam. Ia langsung melakukannya dengan benar pada pengambilan kedua.
Wilson menyetir dengan perlahan namun ia ingin segera sampai kerumah untuk bertemu dengan Cath secepatnya. Namun ia tahu kalau kondisinya tidak memungkinkannya untuk mengendara dengan cepat. Ia masih ingin melihat Cath dirumah, bukan dirumah sakit atau yang lebih parah lagi dari atas langit. Ia merinding memikirkan kemungkinan itu.
Mobil Wilson memasuki pelantaran parkir dengan selamat tanpa lecet sedikitpun pada bodi mobilnya. Ia merasa nafasnya panas dan kepalanya pusing. Ia terlihat seperti orang mabuk yang sedang berjalan akibat langkah kakinya yang sempoyongan. Perlahan ia dapat mencapai Pintu utama lalu menekan PassCode di mesin. Ia mendorong perlahan lalu berjalan masuk. Rumah itu terlihat sepi, tidak terdengar suara apapun dari dalam. Waktu memang sudah menunjukan pukul 11 malam. Ia yakin Cath sudah tidur di kamarnya. Ia berjalan perlahan membawa kantung berisi Jahe dan Gula merah yang ia janjikan tadi siang.
Langkahnya terhenti dan melihat kesekitarnya. Pandangan matanya terpaku pada Sofa yang terletak di sebelah Kirinya. Ia meletakkan Plastik yang ia bawa di meja makan, lalu ia berjalan ke ruang tamu perlahan.
Ia terbelalak tidak percaya. Cath tertidur disana. Cath menunggunya hingga tertidur. Betapa ia ingin memeluk Sosok didepannya saat ini.
Wilson berjalan mendekat lalu berlutut di samping Cath. Perlahan ia mengangkat tangannya lalu menggeser rambut Cath yang terjatuh menutupi wajahnya. Namun sentuhan itu sepertinya dirasakan Cath. Ia membuka matanya yang tertutup tadi lalu melihat Wilson yang tersenyum manis kepadanya. "Kau tertidur?" Tanya Wilson.
"Kau sudah kembali?" Cath mengabaikan Pertanyaan Wilson. Ia ikut tersenyum karena ia merasa lega melihat Wilson di depannya sekarang. "Kau terlihat lelah." Cath mencoba berdiri dari posisinya dan duduk.
Wilson duduk di sebelah Cath. "Ya. Lelah sekali." Wilson bersandar dan memejamkan matanya yang memang terasa berat dari tadi.
Cath terlonjak begitu Wilson bersandar. Ia merasa panas sekali sisi tempat Wilson bersandar. Juga Jantungnya yang berdebar dengan tidak teratur. "Apa kau sudah makan?" Tanya Cath memulai pembicaraan. Ia takut kalau terlalu sepi, detak jantungnya akan kedengaran, apalagi dengan posisi Wilson yang sedang bersandar padanya.
"hmm." Wilson hanya bergumam kecil.
"Wil?" Panggil Cath. "Apa kau sudah tertidur?" Tidak ada jawaban. Cath lalu bermaksud mencolek Tangan Wilson, namun ia merasa Tangan Wilson panas melebihi temperatur biasanya. Ia lalu meraih kening Wilson dengan cepat. "Kau Panas sekali, Wil!" Cath tercekat. Ia baru hendak bangkit, namun tangan kiri Wilson menahan tangan Cath.
"Jangan pergi." Pintanya.
"Kau sedang sakit, Wil. Aku harus memindahkanmu ke kamar agar kau bisa beristirahat." suara Cath terdengar panik.
"Berjanjilah kau tidak akan pergi." Wilson menatapnya dalam, namun terasa hangat.
"Aku berjanji. Sekarang berdiri lah, Aku akan memapahmu hingga kamarmu." Cath meraih bahu Wilson dan membantunya untuk berdiri. Badannya panas sekali. "Kau sedang sakit, kenapa kau harus memaksa untuk bekerja?" Omel Cath.
Wilson hanya tersenyum. Ia senang Cath mengkhawatirkan dirinya.
"Hati-hati dengan langkahmu." Cath memperingati Wilson sebelum mereka melalui tangga.
Ketika mereka sampai di kamar Wilson, Wilson langsung dibaringkan oleh Cath. "Kau masih mempunyai tenaga?" tanya Cath. "setidaknya kau harus ganti baju. Kau berkeringat sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Maid is A Princess
RomanceKehidupan Catherine Hovers memang berbeda dengan gadis sebayanya. Ayahnya yang seorang pengusaha ternama, membuatnya jarang mendapat perhatian dari keluarganya, nama belakang yang ia bawa membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Suatu saat Cath mem...